Mengajak Anak Menjaga Takwa
Ayah-Bunda, sebulan lamanya kita melaksanakan ibadah pada Bulan sSci Ramadan. Sejatinya semua ibadah itu dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Takwa adalah tujuan dari pensyariatan puasa Ramadan. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٨٣
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).
Dalam Tafsir Jalalayn dijelaskan dengan ringkas tentang frasa la’allakum tattaquun: “Maksudnya, agar kalian bertakwa (takut) dari maksiat. Sebabnya, puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat.”
Secara bahasa Arab, takwa berasal dari fi’il ittaqa-yattaqi. Artinya, berhati-hati, waspada, takut. Bertakwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Menurut Thalq bin Habib al’-Anazi: “Takwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya-Nya (dalil), mengharap ampunan-Nya, meninggalkan maksiat dengan cahaya-Nya (dalil) dan takut terhadap azab-Nya.”
Dengan demikian puasa Ramadan akan mengantarkan kita menjadi hamba Allah yang taat kepada Diri-Nya dalam seluruh syariah-Nya, ringan menjalankan ibadah dan sangat takut berbuat maksiat.
Sayangnya, setelah Ramadhan, banyak di antara kaum Muslim yang tak mampu menjaga takwa. Merasa berat menjalankan ketaatan kepada Allah, serta mudah melakukan maksiat. Bisa jadi anak-anak kita pun termasuk ke dalamnya. Lalu bagaimana caranya mengajak anak-anak kita menjaga takwa selepas Ramadan? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.
- Membangun Tekad, Menguatkan Keimanan.
Menjaga takwa adalah membulatkan tekad untuk tetap taat kepada Allah, kapan pun, di mana pun dan bagaimanapun kondisinya. Kita harus memperkuat keimanan anak-anak kita. Dengan itu mereka memiliki tekad yang bulat untuk tetap menjaga takwa sekalipun Ramadan telah usai. Kita pahamkan apa makna takwa itu dan bahwa takwa itu harus dilakukan sepanjang hidup kita. Kita yakinkan bahwa Allah akan memberi balasan yang terbaik bagi hamba-Nya yang berusaha dan berjuang untuk tetap taat pada semua perintah dan larangan-Nya.
Rasulullah saw. telah bersabda, “Bertakwalah engkau kepada Allah dimanapun engkau berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan sebelumnya. Pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR at-Tirmidzi).
Dalam hadis tersebut Rasulullah Muhammad saw. menekankan kepada kita untuk bertakwa kepada Allah ‘haytsuma kunta’. Maknanya: di manapun, kapan pun dalam keadaan bagaimana pun. Maka dari itu kita ajari anak-anak kita untuk tetap bertakwa kepada Allah, taat pada semua aturan-Nya, di mana pun dan kapan pun; baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan bahagia maupun sedih, Kita perlu memahamkan bahwa taat kepada Allah harus dilakukan di semua waktu, baik di pagi, siang, sore maupun malam hari. Pada masa anak-anak, saat dewasa bahkan sampai tua. Juga saat kita ada pada bulan Ramadan ataupun bulan-bulan lainnya. Kita senantiasa bertakwa kepada Allah, beribadah kepada-Nya serta tidak bermaksiat kepada-Nya.
- Mengajak Anak Istiqamah dalam Beribadah.
Imam an-Nawawi menjelaskan makna istiqamah adalah luzuumu thaa’atilLaah, yaitu tetap konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Oleh karena itu ketaatan kepada Allah bukan hanya selama Ramadan. Seharusnya kita tetap taat kepada Allah dan selalu meningkatkan amal shalih meskipun di luar bulan Ramadan. Maka dari itu, kita ajari anak untuk istiqamah dalam beribadah, yakni dilakukan secara terus-menerus sekalipun tidak banyak.
Aisyah ra. bertutur: Rasulullah saw. bersabda: “Kerjakanlah suatu amalan itu sesuai dengan kemampuan kalian. Allah tidak akan bosan hingga diri kalianlah yang bosan. Sungguh amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (Kata Asiyah ra.) Jika beliau mengerjakan suatu amalan, beliau akan mengerjakan amalan itu secara rutin (HR Abu Dawud).
Agar anak istiqamah beribadah, tentu perlu contoh keseharian. Apalagi bagi anak-anak yang masih kecil. Ayah-Bunda adalah sosok yang paling dekat dengan mereka. Karena itu Ayah-Bunda harus menjadi teladan kebaikan bagi mereka. Ayah-Bunda bisa membersamai anak-anak dalam shalat berjamaah, membiasakan untuk tetap bangun shalat malam, membaca al-Quran dan memahami maknanya serta mendawamkan amalan-amalan sunnah yang biasa dilakukan ketika Ramadhan.
- Terus Menimba Ilmu, Memperbaiki Amal.
Ilmu adalah kunci dari amal. Tanpa ilmu, amal bisa menjadi salah dan menjerumuskan pelakunya dalam kesesatan. Sebagai contoh, menganggap takwa hanya dengan cara memperbanyak amalan sunnah, sementara yang wajib malah ditinggalkan. Ketika ada yang mengajak kebaikan, seperti ajakan untuk menerapkan syariah Islam secara keseluruhan, malah mencibir atau bahkan mengejek.
Meraih ilmu akan mengantarkan benarnya amal, yang selanjutnya akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia maupun akhirat. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang menginginkan dunia, hendaklah ia menguasai ilmu. Siapa saja yang menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu. Siapa saja yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu.” (HR Ahmad).
Karena itu untuk bisa menjaga takwa selepas Ramadhan, kita perlu memiliki ilmu tentang Islam secara keseluruhan, baik akidah maupun syariah Islam. Kita bisa mengajak anak-anak kita hadir di majelis ilmu yang khusus untuk anak-anak maupun remaja. Atau bisa juga kita ajak mereka ikut pengajian bersama kita di masjid atau di majelis taklim.Di rumah juga bisa kita rutinkan waktu-waktu tertentu untuk mengkaji Islam bersama-sama. Misalnya, setiap hari ba’da shubuh atau maghrib. Bisa pula kita jadwalkan setiap akhir pekan ada kajian Islam bersama Ayah-Bunda.
- Mengajak anak Puasa Syawal.
Puasa Syawal seharusnya dilakukan, selain untuk menambah pahala puasa, juga untuk menjaga agar amal ibadah kita tetap kontinu meski di luar bulan Ramadan. Rasulullah saw. mengingatkan untuk melaksanakan puasa Syawal yang pahalanya seperti melaksanakan puasa satu tahun. Sabda Nabi saw.. “Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadan, lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, dia seperti puasa satu tahun.”
Para ulama menjelaskan mengenai hadis di atas bahwa puasa Ramadhan selama 30 hari ditambah puasa Syawal 6 hari berjumlah 36 hari. Setiap 1 hari puasa dibalas dengan 10 pahala kebaikan. Dengan demikian puasa 30 hari Ramadhan ditambah puasa 6 hari Syawal setara dengan 360 hari atau satu tahun.
Maka dari itu kita ajak anak-anak untuk menjalankan puasa Syawal bersama kita. Untuk anak-anak yang masih kecil, jika mereka tidak sanggup, maka semampu yang mereka bisa. Tidak memaksa mereka, tetapi membangun kesadaran betapa besarnya pahala puasa Syawal. Dengan begitu saat mereka belum mampu melakukan puasa Syawal berturut-turut 6 hari, maka bisa dilakukan dengan selang-seling.
- Memohon Keteguhan Iman kepada Allah SWT.
Bulan suci Ramadan adalah bulan peningkatan iman dan takwa. Pada bulan ini kita melaksanakan ibadah puasa, shalat tarawih, tadarus al-Quran, sedekah dan ibadah lainnya yang akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Setelah Ramadan selesai, kita memohon kepada Allah SWT agar hati kita tetap kuat dan semangat untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya sebagaimana kita semangat ketika melaksanakan perintah-perintah itu pada bulan Ramadan. Rasulullah saw. mengajarkan doa kepada kita: “Yaa Muqallib al-quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinik (Duhai Tuhan Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agamamu.” (HR at-Tirmidzi).
Maka dari itu kita ajarkan doa ini dan kita lafalkan bersama sama dengan anak anak setiap selesai shalat fardhu. Jangan lupa menjelaskan arti doa tersebut. Kita ajak anak-anak kita meminta kepada Allah agar meneguhkan iman dan membuat kita senantiasa taat kepada-Nya dalam seluruh aktivitas kita.
Khatimah
Ayah-Bunda, menjadi kewajiban kita mengajak anak-anak kita menjaga takwa. Tentu itu bukan hal yang mudah. Apalagi untuk anak anak yang belum balig, yang belum bisa menggunakan akal dengan sempurna. Butuh pengawalan penuh. Juga butuh kesabaran dan ketelatenan kita. Mengajak mereka berpikir benar dengan standar Islam. Membiasakan mereka bersikap dan berperilaku sesuai Islam. Tentu saja itu semua harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan kasih saying. Tidak dengan paksaan.
Semoga Allah SWT memudahkan kita dan anak-anak kita senantiasa menjaga takwa. Aamiin.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Wiwing Noeraini]