Nggragas
Bapak, hasil pemeriksaan menunjukkan kandungan kreatin cukup tinggi. Ini tanda ada gangguan pada fungsi ginjal,” begitu kata dokter Rosli Bin Mohd Ali, ahli jantung di RS CVS, Kuala Lumpur, saat saya check up bulan lalu.
Alhamdulillah, setelah lebih dari 4 tahun terpasang 3 ring, kerja jantung maupun fisik jantung saya dalam keadaan baik. Hanya itu tadi, ternyata dari pemeriksaan darah, kandungan kreatin saya cukup tinggi. “Terus apa yang harus saya lakukan, Dok?”, tanya saya? Dokter Rosli menjawab, “Kurangkanlah protein. Protein memang bagus untuk pertumbuhan. Tapi seumur bapak yang sudah mendekati usia 60, protein tidak terlalu banyak diperlukan,” jelasnya.
Mendengar penjelasan dokter Rosli, saya tercenung. Lha iya, yang halal saja, demi kesehatan, dalam keadaan tertentu, mesti dikurangi. Apalagi yang haram. Tentu harus lebih dihindari, karena makanan haram pasti akan berdampak buruk bagi kesehatan. Nabi mengatakan, “Al-Bathnu ashl ad-da’i (Perut itu pangkal penyakit).” Mencegahnya adalah pangkal obat.
++++
Sebagai Muslim kita harus yakin, setiap ketentuan syariah Allah pastilah baik. Ketaatan akan memberikan maslahat atau rahmat. Sebaliknya, pelanggaran pada syariah-Nya pasti akan mendatangkan mafsadat atau madarat. Allah SWT mengingatkan (yang artinya): Siapa saja yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah berjaya dengan kejayaan yang agung (TQS al-Ahzab [33]: 71).
Kemadaratan atau keburukan yang timbul akibat pelanggaran terhadap syariah oleh Allah disebut fasad. Istilah ini terdapat dalam firman-Nya (yang artinya): Telah nyata kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 31).
Muhammad Ali Ashabuni dalam kitab Shafwah at-Tafasir mengartikan bima kasabat aydin nas sebagai bi sababi ma’ashin nas wa dzunubihim (karena kemaksiatan dan dosa-dosa manusia).
Maksiat adalah setiap perlanggaran terhadap syariah. Melakukan yang dilarang dan meninggalkan yang diwajibkan. Setiap maksiat pasti berdosa. Setiap dosa pasti akan menimbulkan fasad atau kerusakan.
Dalam perspektif ini, sesungguhnya merebaknya virus corona yang saat ini tengah menghebohkan dunia adalah fasad atau kerusakan. Ini Antara lain akibat pelanggaran terhadap syariah tentang larangan mengkonsumsi makanan haram, yakni kelelawar. Dalam hadis sahih jelas sekali dilarang membunuh dan tentu mengkonsumsi makanan haram, seperti kelelawar: Janganlah kalian membunuh katak, karena suaranya adalah tasbih. Jangan kalian membunuh kelelawar, karena ketika Baitul Maqdis roboh, ia berkata, “Wahai Rabb, berikanlah kekuasaan kepadaku atas lautan hingga aku dapat menenggelamkan mereka.” (HR al-Baihaqi).
Di Cina, nyatanya bukan dihindari, kelelawar tetap saja dikonsumsi. Sop kelelawar justru menjadi santapan sehari-hari. Sangat digemari penduduk di seantero Cina. Utamanya di Wuhan. Jadi, munculnya penyakit akibat mengkonsumsi kelelawar sesungguhnya hanyalah soal waktu.
Mengenai kemungkinan maraknya wabah virus corona akibat mengkonsumsi kelelawar, menurut Ahmad Rusydan Ph.D, ahli kesehatan molekuler lulusan Harvard University, sebenarnya sudah diingatkan setahun lalu. Tepatnya pada bulan Februari 2019. Peng Zhao, peneliti di Wuhan Institute of Virology, melalui paper yang dia publikasikan, telah menulis tentang potensi wabah yang diakibatkan oleh virus corona yang berasal dari kelelawar. Alasannya, coronavirus penyebab SARS dan MERS yang beberapa tahun lalu sempat marak juga di Cina, berasal dari kelelawar yang sudah berubah genetiknya akibat rekombinasi. “…It is highly likely that future SARS- or MERS-like coronavirus outbreaks will originate from bats, and there is an increased probability that this will occur in China (Sangat mungkin terjadi bahwa wabah seperti SARS atau MERS akibat infeksi coronavirus akan bersumber dari kelelawar, dan ada kemungkinan besar akan terjadi di Cina),” kata Peng Zhou (Wuhan Institute of Virology, China).
Pada paper yang sama, Peng mengatakan bahwa mengkonsumsi kelelawar, yang merupakan tradisi di Cina, menunjukkan ‘dekatnya’ interaksi antara manusia dan kelelawar di sana. Artinya, risiko untuk paparan memang tinggi. Apalagi membunuhnya untuk konsumsi pun dalam kondisi sesegar mungkin.
“Chinese food culture maintains that live slaughtered animals are more nutritious, and this belief may enhance viral transmission.”
Penyebaran virus ini sangat cepat. Hingga tulisan ini dibuat, lebih dari 50 ribu orang di lebih dari 26 negara telah terinfeksi virus corona. Lebih dari 1300 di antaranya tewas. Banyak orang percaya, angka yang sebenarnya lebih besar dari itu.
Pengaruh wabah ini terhadap keuangan dan ekonomi serta bisnis juga sangat serius. Otoritas fiskal Cina terpaksa harus mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk membiayai upaya pengendalian penyebaran virus corona. Menurut China Banking News, pada 9 Februari 2020, Menteri Keuangan Liu Kun mengatakan bahwa Departemen Keuangan di Pemerintah Cina telah mengalokasikan dana sebesar 71,85 miliar yuan. Angka tersebut setara dengan 10,28 miliar dolar AS atau senilai Rp 143,92 triliun (kurs Rp 14.000) untuk menangani virus corona.
Penyebaran virus corona juga telah menimbulkan dampak ikutan yang sangat serius. Jutaan orang terpaksa tak bisa kemana-mana karena isolasi. Sejumlah maskapai besar telah menangguhkan penerbangan ke dan dari Cina sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran wabah. Akibatnya, sektor pariwisata terkena imbasnya. Lebih 20 ribu turis asal Cina dengan pesanan lebih dari 40 ribu kamar telah membatalkan kunjungannya ke Bali. Ekspor-impor barang ke Cina juga mulai banyak dihentikan. Beberapa industri otomotif seperti Honda menutup pabriknya di Wuhan. Rencana balapan F1 di Cina juga sudah dibatalkan.
Bila hal ini berlangsung lama tentu akan berdampak sangat besar pada industri dan perdagangan global. Pasalnya, saat ini Cina telah menjadi pemain ekonomi utama yang perannya sangat menentukan.
Berapa kerugian global yang ditimbulkan akibat wabah virus corona belum ada pihak yang menghitung. Pastilah sangat besar. Belum lagi kerugian tidak langsung seperti terhambatnya rencana-rencana bisnis, kontrak dan lain sebagainya; juga kerugian non material seperti kecemasan dan ketakutan yang meluas. Tentu akan sangat merugikan banyak sekali orang di banyak negara.
++++
Nyatalah, ketika ketentuan syariah yang sesungguhnya pada awalnya sangat sederhana—tentang makanan halal dan larangan mengkonsumsi makanan secara sembarangan (nggragas)—dilanggar, dampaknya sangatlah besar. Bukan hanya kena kepada satu dua orang di satu dua tempat, tetapi ke ribuan bahkan mungkin jutaan orang di banyak tempat dan negara.
Pada penghujung QS ar-Rum ayat 31 di atas ada hal menarik. Munculnya fasad itu, Allah SWT katakan: ….supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Berkaitan dengan ayat ini, munculnya virus corona dan semacamnya mestinya menyadarkan kita untuk segera kembali ke jalan yang benar. Memperhatikan ketentuan Allah. Mengkonsumsi hanya makanan yang halal dan thayyib saja serta menghindari yang haram.
Namun sayang, tampaknya kesadaran semacam ini tidak ada. Buktinya, makanan dan minuman haram tetap saja ramai dikonsumsi. Di mana-mana, termasuk di negeri ini. Karena itu jangan menyesal jika pun nanti ditemukan obat anti virus corona, akan muncul lagi virus dan penyakit yang mungkin jauh lebih ganas dan mematikan, karena manusia tetap saja nggragas. [H.M. Ismail Yusanto]