Palestina Makin Merana
Ada “alasan yang masuk akal” untuk percaya bahwa Israel melakukan kejahatan genosida terhadap warga Palestina sebagai sebuah kelompok di Gaza.
(Francesca Albanese, Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HAM di Wilayah Palestina).
Tanggal 17 Maret 2024, pada Hari Ahad menjelang sahur, keluarga Tabatibi di kamp pengungsian di Nuseirat, Gaza Tengah, sedang menunggu untuk bersantap sahur. Kaum perempuan sedang berada di dapur untuk mempersiapkan hidangan saat itu. Makanan belum juga tersedia. Tiba-tiba rudal Zionis menghancurkan tempat tinggal mereka, menewaskan 36 anggota keluarga Tabatibi dan melukai 30 orang lainnya. Jenazah para mujahid itu diperlakukan dengan penuh keterbatasan; dibungkus dengan kantong jenazah dan dibawa dengan truk tanpa bak. Tidak ada lagi ambulans atau kendaraan yang tersedia untuk mengantar mereka secara layak dan terhormat.1
Ini hanyalah satu kisah dari jutaan kisah saudara-saudara Muslim Palestina, baik Gaza maupun di Tepi Barat, yang saat ini sedang dijajah dan dibantai oleh rezim Zionis bersama para sekutu mereka.
Sudah hampir setengah tahun sejak Oktober lalu, pembantaian Zionis terhadap warga Muslim Gaza terus-menerus terjadi sampai saat ini. Setiap hari berjatuhan ratusan korban. Sampai hari ini sudah ada kurang lebih 32 ribu korban meninggal. Sekitar 7.000 lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan. Sebagian besar dari para korban tersebut adalah perempuan dan anak-anak.
Akibat dari serangan Zionis, hampir dua juta warga Gaza telah pergi meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mengungsi ke wilayah yang dianggap lebih aman di Selatan, di wilayah yang dekat dengan Mesir, di Rafah dan Khan Younis. Adapun yang masih tinggal di rumah-rumah mereka di utara terancam menderita kelaparan dan kekurangan gizi. Saat ini, di perbatasan Gaza dan Mesir, ribuan tenda menjadi tempat berlindung bagi para pengungsi yang diperkirakan luasnya sekitar 3,5 km atau seluas 500 lapangan sepak bola.
Para pengungsi tersebut mencari perlindungan dengan membawa pakaian seadanya. Mereka tidak membayangkan akan mengungsi selama itu. Bahkan ada seorang ibu yang hanya menggunakan satu pakaian; dipakai terus sampai lusuh dan usang. Ia sampai malu keluar dari tendanya dengan kondisi yang sedang ia alami.
Zionis memblokade Gaza, membatasi masuknya bantuan ke Gaza serta memutus aliran listrik dan internet. Sejak itu pembantaian sistematis Zionis telah dimulai, yakni sejak Oktober 2023, sampai saat ini. Padahal sebelum serangan 7 Oktober saja, warga Gaza sebagian besarnya (75%) hidup menunggu uluran tangan dari pihak lain sebagai pengungsi.
Menurut The World Food Programme, untuk menjamin keterpenuhan kebutuhan dasar warga Gaza dibutuhkan 300 truk pembawa makanan perhari. Namun, Zionis Israel hanya membolehkan 164 truk masuk setiap harinya.2 Ini berarti hanya setengah dari kebutuhan warga Gaza yang bisa terpenuhi tiap harinya. Itu pun jika distribusinya maksimal. Nyatanya tidak demikian. Banyak truk yang sedang mengantar bantuan ke wilayah Gaza juga dijadikan sasaran tembak oleh Zionis.
Kekejian Zionis juga berdampak akut bagi kehidupan para ibu di Gaza. Banyaknya jumlah perempuan dan ibu yang meninggal menambah beban fisik dan mental bagi anak-anak mereka yang ditinggal. Para ibu yang masih bertahan terpaksa berpuasa untuk memprioritaskan anak-anak mereka untuk dapat bertahan hidup di tengah keterbatasan makanan. Itu pun kadang-kadang mereka harus mengais-ngais sisa makanan di bekas reruntuhan bangunan untuk dapat menambah pasokan untuk kebutuhan makan mereka. Namun, semua itu tetap tidak cukup. Banyak anak yang akhirnya meregang nyawa karena kekurangan gizi dan kekurangan air minum. Bahkan sampai seorang anak di Gaza meminum dari air kotor berwarna coklat yang tergenang di jalan raya.3
Dampak serangan zionis terhadap infrastruktur di Gaza juga sedemikian parahnya. Sejak puluhan ribu rudal ditembakkan ke Gaza, menurut WHO, hampir 80% atau 160.000 infrastruktur seperti rumah, rumah sakit, sekolah, masjid, sekolah, kampus, sumber air, fasilitas sanitas hancur rusak parah. Diperkirakan butuh puluhan miliaran dolar AS dan butuh lebih 70 tahun untuk memulihkan Gaza menjadi seperti sediakala.4
Rumah sakit yang menjadi tumpuan bagi warga yang luka juga menjadi sasaran penghancuran oleh Zionis Israel dari 36 rumah sakit di Gaza. Sisa 12 yang masih layak digunakan bagi warga yang sedang sakit atau terluka. Rumah sakit yang masih aktif itu pun harus tiap hari diteror oleh bom, diintimidasi dan dituduh berkomplot dengan Hamas. Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh oleh tentara Zionis laknat.5
Belum lagi soal para tahanan dari warga Gaza yang ditangkap dan diculik paksa oleh tentara Zionis. Di dalam tahanan, mereka disiksa, dan tidak diberi makan dan obat-obatan. Kaum perempuannya ditelanjangi dan diperkosa oleh para tentara teroris zionis tersebut.6
Kekejaman terus terjadi bahkan saat setelah Mahkamah Internasional mendesak Israel untuk menghentikan upaya genosida oleh Israel dan PBB mengeluarkan resolusi untuk gencatan senjata di Gaza.
Di Tepi Barat, Palestina, kondisinya juga sama buruknya. Setelah serangan 7 Oktober dimulai, penduduk di Tepi Barat dilanda ketakutan setelah rezim zionis melakukan berbagai pengetatan melalui penutupan jalan, pengetatan pos-pos pemeriksaan, pembunuhan dan intimidasi serta penangkapan massal.
Rezim zionis bahkan melengkapi warganya dengan senjata yang dibagikan ibarat pembagian sembako yang digunakan untuk menembaki warga Palestina, baik anak-anak maupun dewasa. Sejak 07 Oktober 2023 sampai akhir Januari 2024, 350 warga Palestina terbunuh. Sampai akhir Maret 2024, lebih dari 7000 orang ditahan dan disiksa sedemikian rupa dalam penjara.7
Pengetatan di pos pemeriksaan juga membuat warga Tepi Barat menjadi sulit berkunjung ke kampung keluarga mereka. Ini karena mereka harus melewati pos Zionis dulu untuk menyeberang ke wilayah Palestina yang lain.8
Yang penting dicatat dari apa yang terjadi di Palestina saat ini, baik di Gaza maupun Tepi Barat, adalah bahwa genosida ini tidak terjadi hanya saat 7 Oktober saja. Genosida telah berlangsung sejak 1948 saat entitas Zionis menduduki tanah Palestina secara ilegal. Sejak saat itu, warga Palestina yang mendiami wilayah itu sejak ratusan tahun yang lalu tiba-tiba terusir dari rumah mereka. Mereka menjadi pengungsi di berbagai negara tetangga, termasuk di dalam Palestina sendiri. Sekitar 5,9 juta warga Palestina secara keseluruhan berstatus pengungsi sejak tahun 1948.9
Saat Zionis menguasai Palestina, pembunuhan, diskriminasi, penganiayaan, pengusiran, pelecehan, dan penangkapan terus-menerus terjadi setiap harinya terhadap Muslim Palestina. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara-negara anggotanya, termasuk juga negeri-negeri Muslim, selalu menyuarakan solusi dua negara. Seolah-olah ini adalah konflik antara dua pihak yang setara dan berebut tanah kosong, kemudian mereka berperang satu sama lain.
Padahal yang terjadi di tanah Palestina adalah jutaan Yahudi yang difasilitasi oleh Inggris bersama sekutu-sekutunya datang dan menggusur warga Palestina dari kediaman mereka. Kekuatan sekutu Barat pulalah yang menopang dan melindungi pembantaian Zionis di Gaza selama 76 tahun terakhir. Bagaimana mungkin ini disebut konflik. Ini adalah pendudukan, penjajahan, genosida dan pembantaian rezim penjajah Zionis terhadap warga Muslim Palestina yang lemah dan tidak punya kekuatan apalagi pelindung.
Penjajahannya pun mengerikan. Pasalnya, bukan hanya rezim zionis yang terlibat langsung, tetapi juga warganya dididik dan dipersenjatai untuk membenci Muslim Palestina dan mendorong mereka untuk membunuhi kaum Muslim.
Memang PBB banyak memberikan bantuan dan membentuk badan-badan khusus untuk Palestina. Bantuan pembangunan juga banyak dikirimkan oleh berbagai negara. Namun, semuanya tidak berkontribusi positif untuk menghentikan penderitaan Muslim Palestina. Seorang aktivis Palestina pernah mengungkapkan bahwa warga Palestina bukannya tidak mau berterima kasih atas berbagai bantuan untuk pembangunan Gaza dan Palestina. Namun, apalah artinya itu semua jika Israel tidak dihentikan kekejamannya. Jika sekadar membangun infrastruktur, hanya dalam hitungan waktu Israel akan datang lagi dan menghancurkan semuanya. Yang warga Palestina paling butuhkan saat ini adalah Israel harus diadili dan dibawa ke pengadilan internasional. Jika tidak demikian, bantuan kemanusiaan miliaran dolar hanya terbuang sia-sia dan tidak terlalu berdampak terhadap nasib warga Palestina.
Solusi sejati atas penderitaan Palestina hanyalah pembebasan melalui intervensi militer atau jihad yang hanya bisa dilakukan oleh negara-negara yang peduli terhadap Islam dan kaum Muslim. Sayangnya, kita pesimis dengan kondisi para pemimpin umat Islam saat ini.
Sebagai bagian dari keluarga besar umat Islam, kita punya dua tugas besar yang mendesak saat ini. Pertama: Selalu mengangkat persoalan Palestina dengan mengedepankan akar masalah dan solusi yang benar. Ini bisa disampaikan melalui berbagai forum termasuk di media sosial. Kedua: Menjelaskan kepada umat terkait pengkhianatan para pemimpin Muslim terhadap saudara-saudara Muslim Palestina yang hanya bisa beretorika. Di balik itu mereka bermesraan dengan zionis dan negara-negara pendukung zionis.
Kita berharap dengan dua ikhtiar itu, umat sadar atas kondisi yang sebenarnya terjadi di tengah-tengah kaum Muslim serta akar masalah dari problematika itu. Lalu mereka mau bersama-sama untuk menyongsong perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu dengan melanjutkan kehidupan Islam untuk membebaskan kaum Muslim yang terzalimi di berbagai penjuru dunia.
WalLaahu a’lam. [Hasbi Azwar]
Catatan kaki:
1 ‘The Tabatibi Family Massacre: Israeli Airstrike Hits Their Home during Suhoor’, WAFA Agency, accessed 29 March 2024, http://wafa.ps/Pages/Details/142525.
2 BBC News, ‘Gaza Strip in Maps: How Life Has Changed’, BBC News, 23 March 2024, sec. Middle East, https://www.bbc.com/news/world-middle-east-20415675.
3 ‘Acute Malnutrition Has Doubled in One Month in the North of Gaza Strip: UNICEF’, accessed 30 March 2024, https://www.unicef.org/press-releases/acute-malnutrition-has-doubled-one-month-north-gaza-strip-unicef.
4 ‘Gaza Needs Multibillions and 70 Years to Be Habitable Again: UNCTAD | Al Mayadeen English’, accessed 30 March 2024, https://english.almayadeen.net/news/Economy/gaza-needs-multibillions-and-70-years-to-be-habitable-again.
5 BBC News, ‘Gaza Strip in Maps’.
6 ‘Israel/oPt: UN Experts Appalled by Reported Human Rights Violations against Palestinian Women and Girls’, OHCHR, accessed 30 March 2024, https://www.ohchr.org/en/press-releases/2024/02/israelopt-un-experts-appalled-reported-human-rights-violations-against.
7 Mat Nashed, ‘More than 7,350 West Bank Palestinians Arrested by Israel during Gaza War’, Al Jazeera, accessed 30 March 2024, https://www.aljazeera.com/features/2024/3/22/israel-arrested-over-7350-west-bank-palestinians-since-war-on-gaza-began.
8 Arab Center Washington DC (ACW), ‘The Occupied West Bank Since October 7: Movement Restrictions and Collective Punishment’, Arab Center Washington DC, 28 March 2024, https://arabcenterdc.org/resource/the-occupied-west-bank-since-october-7-movement-restrictions-and-collective-punishment/.
9 ‘Palestine Refugees | UNRWA’, accessed 30 March 2024, https://www.unrwa.org/palestine-refugees.