Kilas Dunia

FIFA Jadi Kubu Politik Barat

Memberikan hukuman berupa penundaan keikutsertaan tim sepak bola Rusia dan semua klub sepak bolanya di pentas internasional apa pun terkait invasi militer Rusia ke Ukraina menjadikan FIFA bukan sekadar organisasi yang mengatur si kulit bundar, tetapi menjadi bagian dari kubu politik Barat.

“Jadi FIFA bukan sekadar organisasi yang mengatur si kulit bundar, tapi kubu politik Barat,” ujar Direktur Siyasah Institute Iwan Januar kepada Mediaumat.id, Kamis (3/3/2022).

Iwan menilai, kebijakan ini memperlihatkan FIFA sudah bermain unfairplay dan menunjukkan FIFA sudah menjadi bagian mesin politik Barat, bukan lagi organisasi sepak bola murni seperti yang sering mereka gadang-gadangkan; no politic just football.

Iwan menyebut, FIFA sudah mainkan standar ganda. Dalam sejumlah agresi militer Barat terhadap negeri-negeri Muslim, seperti Israel terhadap Palestina, atau Pasukan Koalisi terhadap Irak dan Afganistan yang melibatkan beberapa negara seperti AS, Inggris, Jerman, Prancis, organisasi bola ini diam. FIFA tidak menjatuhkan sanksi apa pun pada negara-negara tersebut.

Padahal, kata Iwan, invasi yang dilakukan Israel terhadap Palestina, atau pasukan koalisi terhadap Irak dan Afganistan jauh lebih brutal. Namun, timnas negara-negara tersebut, juga klub-klub sepak bolanya tetap boleh berlaga di pentas internasional

Iwan mengatakan, FIFA juga bertindak kejam terhadap pemain sepak bola dan suporter yang memberikan pembelaan pada Palestina. Ia mengingatkan, pecinta sepak bola mungkin tidak akan lupa bagaimana Frederic Kanoute, pesepak bola asal Prancis kelahiran Mali, yang waktu itu bermain untuk klub Sevilla di La Liga Spanyol dijatuhkan sanksi oleh FIFA.

Iwan menjelaskan, waktu itu di tahun 2009, Kanoute, melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang lawan dengan mengangkat jersey bertuliskan Palestine, sebagai dukungannya pada negeri kaum Muslim. Urusan tidak selesai di lapangan, Raphael Schultz selaku Duta Besar Israel di Madrid mengatakan bahwa isyarat Kanoute telah melampaui profesinya dan aturan FIFA. Singkat cerita, Kanoute kemudian kena denda. Penyerang kelahiran Prancis itu didenda sebesar USD 4.000 (sekitar Rp 57 juta jika mengacu kurs saat ini).

Selain itu, kata Iwan, FIFA juga pernah menjatuhkan sanksi pada suporter klub asal Skotlandia, Glasgow Celtic. Sebabnya, dalam laga kualifikasi Liga Champions 2016-2017, saat itu Celtic berhadapan dengan klub asal Israel, Hapoel Be’er-Sheva. Dalam laga tersebut sepanjang pertandingan para suporter Celtic mengibarkan bendera Palestina sebagai tanda dukungan, dan ketidaksukaan pada Israel.

“Akibat ulah itu, UEFA menjatuhkan sanksi Rp 145 juta pada Glasgow Celtic,” pungkasnya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

seventeen − 4 =

Back to top button