Kelaparan di Gaza, Genosida Sistematis
Aktivis Hizbut Tahrir Dr. Musab Abu Arqoub menyatakan kelaparan di Gaza adalah genosida sistematis, bukan bencana alam.
“Kelapan di Gaza adalah genosida sistematis, bukan bencana alam!” tegasnya sebagaimana diberitakan hizb-ut-tahrir.info, Sabtu (2/3/2024).
Karena, jelas Musab, kelaparan di Gaza merupakan bagian dari agresi dan blokade, tidak terpisah dari tindakan militer yang bertujuan memusnahkan masyarakat Gaza dan berupaya menggusur mereka.
“Hal ini terlihat jelas melalui pernyataan para pemimpin entitas Yahudi,” ungkapnya.
Hanya 48 jam setelah agresi di Gaza dimulai, jelas Musab, Menteri Pertahanan entitas Yahudi Yoav Gallant mengumumkan keputusannya untuk mencegah masuknya makanan, air, dan bahan bakar ke Jalur Gaza.
“Keputusan tersebut merupakan momen aktual pendudukan mulai menerapkan pemblokadean untuk menciptakan kelaparan di Jalur Gaza,” terang Musab.
Maka dari itu, tegas Musab, mengatasi kelaparan itu sebagai bencana kemanusiaan atau ekonomi adalah tindakan yang menyesatkan dan merupakan sebuah konspirasi terhadap rakyat Gaza.
Pasalnya, jelas Musab, kelaparan tersebut bukanlah akibat dari gempa bumi atau bencana alam, melainkan sebuah rencana sistematis yang diumumkan dengan segala keterusterangan dan arogansi di hadapan mata dunia dan umat Islam.
Walhasil, bebernya, umat yang negerinya penuh dengan berbagai potensi dan kekayaan ini sedang menderita kelaparan buatan. Hal ini mencerminkan keadaan menyedihkan yang dialami oleh umat yang tidak memiliki kedaulatan dan pengambilan keputusan politik yang bersumber dari akidah dan budayanya.
Menurut Musab, kelaparan buatan dan sistematis di Gaza adalah untuk menundukkan rakyatnya agar menyerah pada solusi Amerika Serikat yang menjamin stabilisasi kaum Yahudi yang terpuruk, dan upaya untuk mengintegrasikan mereka ke dalam lingkungan melalui normalisasi.
“Rezim boneka Barat di negeri kita berpartisipasi dalam hal ini, memblokade rakyat Gaza. Sebaliknya, mereka memasok sayuran, buah-buahan, dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan entitas Yahudi melewati koridor aman dan mudah,” pungkasnya. []