Kilas Dunia

Lima Pelanggaran AS dalam Perjanjian Doha

Setidaknya ada lima daftar komitmen Amerika Serikat kepada Imarah Islam Afghanistan dalam Perjanjian Doha (29 Februari 2020) yang tidak sepenuhnya dipenuhi atau dilaksanakan dengan penundaan yang signifikan. Hal itu diungkap Aktivis Hizbut Tahrir Saifullah Mustanif, Rabu (8/3/2023) di Situs Hizb-ut-tahrir.info.

Pertama: Amerika Serikat setuju untuk menarik pasukannya dari Afganistan dalam waktu 14 bulan, tetapi tidak itu tidak dilakukan, dan ditunda selama lebih dari lima bulan.

Kedua: Amerika Serikat setuju untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban dalam waktu 10 hari setelah penandatanganan perjanjian, tetapi butuh waktu enam bulan.

Ketiga: Amerika Serikat berjanji untuk menghapus nama-nama pemimpin dan anggota Taliban dari daftar sanksi dan penghargaan pada 27 Agustus 2020, tetapi ini belum juga terwujud. Bahkan FBI menggandakan hadiah bagi siapa saja yang memiliki informasi tentang keberadaan penjabat menteri dalam negeri di Imarah Islam saat ini, dari 5 juta dolar menjadi 10 juta dolar.

Keempat: Amerika Serikat setuju menghapus nama pejabat Taliban dari daftar hitam PBB paling lambat 29 Mei 2020. Namun, masih ada beberapa nama yang tidak dihapus, dan ada pula yang dihapus sementara, tidak permanen. “Intinya adalah bahwa hal itu sekarang digunakan sebagai alat kebijakan tongkat untuk melawan Imarah Islam,” ujar Saifullah.

Kelima: Amerika Serikat berjanji untuk menghormati integritas teritorial Afganistan dan privasi wilayah udaranya, tetapi masih mengoperasikan drone di atas wilayah udara Afganistan dan melakukan berbagai serangan. “Salah satunya menyebabkan mati syahidnya pemimpin al-Qaeda Dr. Ayman al-Zawahiri rahimahulLaah,” ungkap Saifullah.

Selain itu, lanjut Saifullah, Amerika Serikat membuat banyak komitmen lain yang belum terpenuhi.

Pelanggarannya terhadap Perjanjian Doha menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak menghormati dan tidak menganggap perlu untuk menindaklanjuti komitmen dan perjanjiannya.

Menurut Saifullah, hal ini menjadi pengingat yang kuat bagi kaum Muslim dan gerakan Islam untuk tidak percaya pada janji, kesepakatan dan komitmen kaum kafir, khususnya Amerika Serikat.

Saifullah mengakui memang dalam syariah kaum Muslim diwajibkan untuk mematuhi perjanjian, konvensi, kesepakatan dan janji. Namun sebaliknya, Barat dan Amerika Serikat melihat perjanjian sebagai cara untuk menghilangkan masalah guna mendapatkan kesempatan untuk melemahkan dan mengalahkan pihak lain.

“Amerika Serikat tidak mematuhi perjanjian ini karena melanggar perjanjian sudah mendarah daging dalam budaya Barat. Perlu dicatat bahwa Amerika Serikat dianggap sebagai salah satu pelanggar perjanjian dan pakta di tingkat internasional,” pungkasnya.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 5 =

Back to top button