Kontribusi Muslimah dalam Perubahan Hakiki
Sesungguhnya gambaran kehidupan dunia yang diidam-idamkan oleh manusia manapun ada dalam kehidupan yang ditata dengan syariah Islam yang diterapkan oleh Daulah Islam, Al-Khilâfah. Syariah Islam diturunkan secara lengkap dan sempurna oleh Pencipta alam semesta untuk mengatur kebutuhan dasar individu, kepentingan kolektif masyarakat serta eksistensi Islam dan umatnya dalam percaturan dunia. Faktanya, aturan ini selaras dengan peradaban manusia di wilayah manapun tatkala Khilafah Islam meluas hingga dua pertiga bagian dunia. Jejaknya masih ada. Banyak catatan dari sejarahwan non-Muslim yang menuliskan kebaikan yang diperoleh dunia, juga kemajuan yang memberikan kesejahteraan bagi umat manusia, sepanjang sejarah Khilafah Islam.
Syariah Islam mengatur kebutuhan individu terkait naluri beribadah, berketurunan dan eksistensinya; juga terkait kebutuhan dasar untuk tempat tinggal, makan-minum dan pergaulannya. Semua diatur dengan hukum yang rinci dan jelas. Begitu pun aturan interaksi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Tentang tanggung jawab pemimpin dalam urusan ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, keamanan, komunikasi, transportasi dan sebagainya. Semua diatur dengan jelas dan rinci. Dengan begitu menjadi jelas gambaran individu yang shalih, sehat dan kuat; keluarga sakinah mawaddah wa rahmah; masyarakat yang bertakwa, peduli dan kritis; bangsa beradab mulia; negara makmur-sejahtera, mandiri dan berdaulat. Semua benar-benar terwujud karena lengkap dan sempurnanya pengaturan syariah Islam yang diterapkan oleh institusi negara Khilafah.
Para pemimpinnya pun mencontohkan karakter yang telah ditetapkan oleh syariah, yaitu pemimpin yang bertakwa, menyayangi rakyat, bertanggung jawab menerapkan seluruh amanah, tidak mengambil hak rakyat, senantiasa memberikan teladan dalam keterikatan dengan Islam. Rakyat dalam negara Khilafah secara langsung atau melalui perwakilannya akan selalu mengontrol pelaksanaan tanggung jawab pemimpinnya. Dengan begitu semua kemaslahatan umum terpenuhi sesuai dengan ketentuan syariah Allah, kehendak Sang Pencipta, sehingga menciptakan kehidupan dunia yang berada dalam naungan ridha-Nya.
Pangkal Buruknya Kehidupan
Sayang, sejak Khilafah dilenyapkan pada awal abad ke-20, semua gambaran agung tersebut juga turut lenyap. Berganti dengan kehidupan dunia yang penuh dengan konflik kepentingan antarkelompok; sarat dengan kesengsaraan ekonomi, kerusakan moral, kesewenangan pemimpin serta penghinaan terhadap syariah Islam dan umatnya. Itu karena syariah Islam dicampakkan hingga mempengaruhi keterikatan individu, masyarakat dan juga pemimpinnya terhadap Islam.
Aturan yang ada hari ini bersumber dari ideologi kapitalisme, buatan manusia, yang jauh dari sifat adil dan kasih sayang. Asasnya adalah kepentingan individu. Setiap orang diberi kebebasan untuk mewujudkan kepentingannya. Tidak ada kepastian hukum. Tidak ada benar-salah yang tetap. Standarnya kebebasan. Itulah yang menyebabkan kehidupan yang diidam-idamkan manusia itu tidak terwujud hingga akhir ini.
Hal lain yang menambah kerumitan dalam mewujudkan kehidupan Islam ini adalah pemberdayaan para ulama oleh musuh Islam dalam memanfaatkan ketidaktahuan umat terhadap gambaran Islam sebenarnya. Musuh-musuh Islam dengan sungguh-sungguh menjauhkan umat dengan mendistorsi pemahaman, hukum-hukum Islam dan realiasasi penerapannya.
Jadi, masalah mendasar dari buruknya kehidupan umat manusia hari ini, juga penghinaan bertubi-tubi terhadap syariah Islam, adalah karena syariah Islam tidak digunakan dalam pengaturan juga karena ketiadaan Khilafah.
Karena itu solusinya adalah tegaknya kembali Khilafah yang akan menerapkan kembali syariah Islam secara kâffah. Terwujudnya kembali Khilafah ini jelas menjadi kewajiban seluruh umat hingga benar-benar terealisasi nanti dengan izin Allah.
Konstribusi Muslimah
Kewajiban penerapan syariah dengan tegaknya Khilafah berlaku atas Muslim dan Muslimah. Agar semua bisa merealiasikan kewajiban ini dan berlepas dari dari sanksi akhirat, hendaknya para Muslimah memahami:
Pertama. Tegaknya syariah dan Khilafah adalah mahkota kewajiban. Khilafah akan menyempurnakan seluruh penunaian kewajiban yang Allah tetapkan. Khilafah adalah penghilang segala kemungkaran. Khilafah akan menjaga umat dari segala penyimpangan perilaku dan kejahatan lainnya.
Kedua, berpikir tentang perubahan umat dan bangsa atau pemikiran politik adalah jenis pemikiran tertinggi di antara pemikiran lainnya. Ini karena pemikiran politik tidak memikirkan perubahan individu saja, tetapi berpikir untuk kebaikan orang lain dan dalam skala yang lebih luas. Pelakunya adalah orang yang memiliki taraf berpikir yang tinggi, bijaksana dan tidak egois.
Ketiga, aktivitas dakwah adalah aktivitas terbaik di antara aktivitas lainnya. Allah SWT berfirman:
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata, “Sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS Fushshilat [41]: 33).
Imam al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa orang yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kekasih Allah. Dia adalah penolong (agama) Allah, orang pilihan-Nya, orang yang Dia utamakan, orang yang paling Dia sukai di antara penduduk bumi. Dia memenuhi seruan Allah SWT dan menyeru manusia untuk memenuhi seruan-Nya. Ia beramal shalih sebagai pengamalan seruan-Nya. Lalu ia berkata, “Aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” Ini menjadikan dia sebagai khalifah Allah. (Tafsîr Ibnu Katsîr).
Keempat, Allah SWT mewajibkan adanya kelompok yang menyerukan Islam dan melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar. Allah SWT berfirman: Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyerukan kebajikan, melakukan amar makruf nahi mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran [3]: 104).
Perintah ini sekaligus menunjukkan kewajiban untuk berjuang bersama dengan ummat[an] (kelompok) dakwah yang menyeru penegakan Khilafah.
Kelima, harus terwujud gerakan kesadaran pada umat, siapapun dan dimana pun, tentang Islam sebagai ideologi yang memuat aturan bagi individu, masyarakat dan negara di semua aspek. Penyadaran tentang orang-orang kafir yang begitu keras permusuhannya terhadap Islam. Merekalah aktor ideologis di balik upaya pencitraburukan Khilafah dan tudingan-tudingan buruk terhadap syariah Islam. Mereka juga yang mendikte para penguasa negeri Muslim untuk menjalankan agendanya dalam rangka kelanjutan penjajahannya atas dunia, yaitu melanggengkan Kapitalisme dan mencegah kebangkitan Islam ideologi. Tidak mungkin umat lepas dari keburukan jika tidak melepaskan diri dari cengkeraman rezim antek musuh. Juga kesadaran akan adanya kelompok dakwah yang akan menyelamatkan mereka. Kelompok yang ikhlas bekerja demi tegaknya syariah Allah.
Keenam, kesadaran tersebut terbentuk karena interaksi intensif pengemban dakwah dengan umat. Memahamkan mereka tentang akidah Islam, syariah Islam, kewajiban dakwah, Khilafah dan jihad. Tanpa interaksi intensif sulit terbentuk kesadaran terhadap pentingnya syariah dan kewajiban penegakan Khilafah.
Ketujuh, harus adanya kegiatan politik langsung berupa kritik dan nasihat kepada penguasa Muslim, karena mereka sumber persoalan dan penderitaan rakyat. Hal ini meniscayakan risiko berupa sikap perlawanan terhadap dakwah. Karena itu sikap sabar, kuat dan istiqamah diperlukan dalam menjalankan-nya.
Kedelapan, diperlukan bekal yang cukup berupa pemahaman Islam terkait ide dan metode penerapan syariah. Karena itu setiap pengemban dakwah harus istiqamah dalam membina dirinya dengan pengetahuan, pemahaman dan hukum-hukum Islam. Sabar dalam belajar, memahami, menjalankan dan saat menyampaikannya pada umat. Sebab tarik-menarik tuntutan kehidupan dunia dan tanggung jawab membina umat dengan pengorbanan waktu, tenaga dan harta begitu kuat.
Wajib dipahami bahwa tidak ada satupun kewajiban yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya yang tidak mungkin bisa dilaksanakan. Dakwah politik menuju perubahan hakiki ini bisa dilakukan oleh siapapun yang menyadari kepentingannya, target yang hendak dia capai dan komitmen kuat yang dia miliki. Awal dan akhir urusan dakwah kita pasrahkan pada Allah SWT. Tujuan kita hanya satu: meninggikan Islam setelah musuh-musuh Allah menghinakannya. Mengembalikan kemulian umat dan kesejahteraan hidup umat manusia.
Allah SWT berfirman:
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨
Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari seraya mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu telah melewati batas (QS al-Kahfi [18]: 28). []