Nisa

Peran Politik Muslimah Pasca Pemilu

Di dunia ini, tidak ada manusia yang beruntung selain Muslim dan Muslimah. Sebab Allah SWT menegaskan hanya meridhai Islam sebagai agama para hamba-Nya (QS Ali Imran [3]: 19).  Allah SWT pun akan menyelamatkan Muslim yang bertakwa di akhirat nanti dan  membiarkan orang-orang zalim (QS Maryam [19]: 72). Karena itu  menjadi Muslim-Muslimah adalah kebanggaan dan kebahagiaan.

 

Islam Ideologi Istimewa

Islam adalah agama peradaban. Tidak sama dengan agama lain. Risalahnya yang mencakup seluruh aspek kehidupan adalah pedoman hidup manusia di setiap waktu dan tempat (QS Saba [34]: 28). Islam adalah ideologi yang mencakup pemikiran (thought) tentang akidah dan problem solving; juga mencakup tatacara pelaksanaannya (method) untuk menjaga akidah, menerapkan hukum-hukumnya serta menyebarkan akidah dan hukum solusi ini ke seluruh penjuru dunia.

Tatacara pelaksanaan atau metode penerapan Islam ini pun adalah hukum syariah. Jika perintah untuk beriman dan larangan untuk murtad itu adalah fikrah (thought), maka memperlakukan orang murtad dan menerapkan hukum atasnya adalah thariqah (method). Perintah Allah untuk menjaga kehormatan perempuan dan menjauhi zina juga telah Allah SWT jelaskan caranya dengan hukum pakaian, hukum pergaulan lawan jenis, dan hukum bagi pezina. Urusan ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya pun telah Allah tetapkan hukum tatacara pelaksanannya.

Dari seluruh pelaksanaan risalah Islam itu, munculah identitas Muslim yang khas, berbeda nyata dengan lainnya. Bertakwa, ahli ibadah, tawakal, zuhud, berani dan santun, cerdik,  pandai, tangguh, disiplin, amanah, dermawan, dan sejumlah sifat baik khas lainnya yang menonjol di tengah pergaulan. Secara komunal, sudah dibuktikan oleh waktu bahwa umat Islam dimasanya adalah bangsa pemimpin peradaban manusia dengan kemajuannya di berbagai bidang. Itu semua adalah buah dari penerapann seluruh hukum Islam, baik pemikiran (thought) maupun metodenya (method). Khilafah adalah metode untuk melaksanakan seluruh risalah Islam.

 

Serangan Musuh Terhadap Identitas Muslimah

Hari ini semakin gencar serangan terhadap Islam, khususnya pada hukum-hukum metode penerapan Islam.  Khilafah adalah institusi pelaksana hukum yang salah satu kerjanya adalah menjaga hak-hak perempuan, melindungi keluarga dan generasi dimonsterisasi di tengah ketidak-utuhan umat dalam memahami ideologi Islam. Kelompok yang menamakan dirinya Muslim moderat, sebagai pasukan pendukung musuh Islam, tengah fokus bekerja untuk menggoncang dan merobohkan keyakinan Muslim-Muslimah terhadap syariah Islam dan mengeksploitasi potensi besar umat untuk kelanggengan hegemoni kapitalis sekular.

Dalam konteks isu perempuan, mereka persoalkan hukum terkait identitas, posisi dan peran perempuan. Mereka kritisi fungsi ibu sebagai peran tidak produktif secara ekonomi. Hukum pakaian Muslimah dikatakan menghalangi akses perempuan pada dunia kerja. Lain waktu mereka katakan pakaian untuk Muslimah Indonesia adalah baju adat budaya Nusantara, bukan jilbab. Pendidikan ibu di rumah pada anaknya diduga menanamkan benih radikal.

Alhasil, Muslimah taat yang berupaya mewujudkan perintah Allah SWT, menjadi istri dan ibu shalihah yang mewujudkan kebaikan bagi dirinya, keluarga dan masyarakat, digugat. Dilabeli tidak produktif, berbahaya, radikal dan ekstrem.

Pada saat yang sama mereka mempromo-sikan sosok perempuan hebat versi ideologi Barat sekular yaitu pencari nafkah, single parent, sukses karir, bisnis women, dan sejenisnya. Mereka membolak-balik ketetapan syariah. Posisi dan peran utama Muslimah sebagai ibu dilabeli buruk, sementara peran sekunder perempuan semisal karir dinilai baik.

Di tengah situasi ketidakpahaman Muslimah hari ini terhadap risalah Islam dan kemunculan ulama moderat dengan jampi-jampinya, upaya Barat merobohkan keyakinan Muslimah terhadap syariah Islam ibarat gayung bersambut. Propaganda sesat kaum moderat itu dianggap satu kebenaran. Akibatnya, ada Muslimah yang jengah dengan aturan Islam, kritis terhadap syariah Allah dan menghabiskan tenaga dan potensinya untuk mengejar karir, atau memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Panduan hidupnya bukan lagi al-Quran dan as-Sunnah, melainkan media informasi yang mengatur jadwal hidup kesehariannya.  Model pakaian seperti apa, makan apa dan dimana, mau beraktivitas apa, semuanya dipandu oleh lifestyle yang bukan dari syariah Islam. Mereka menjadi konsumtif. Akibatnya, mereka menjadi sasaran empuk produk-produk kewanitaan. Fashion, kosmetik, aksesoris, tas, sepatu, furniture, gadget, kendaraan, dsb yang dikuasi para kapitalis.  Waktu, tenaga dan dana mereka tersedot untuk kepentingan kelompok oligarki. Dampak dari pergeseran peran perempuan ini, banyak keluarga Muslim rapuh dan anak-anak terabaikan.

Hal ini semua di-setting oleh ideologi Barat sekular.  Sebab mereka memahami bahwa Muslimah adalah darah kehidupan umat Islam.  Mereka memainkan peran besar dalam kehidupan keluarganya, menjadi supporter suami, ibu pelindung anak-anak dan keluarga, manager rumah tangga, seorang guru pendidik generasi, untuk kelanjutan kepemimpinan umat Islam. Mereka tidak seperti wanita Barat yang didominasi sifat egois, utilitarian materialistis (kebahagiaan terbesar adalah materi), yang merapuhkan keluarga, melemahkan generasi.  Fakta peradaban kapitalis hari ini telah menunjukkan dampak buruk itu.  Atas potensi besarnya Muslimah itu, mereka ketakutan akan terbentuk keluarga solid, generasi militan dan bangsa kuat yang akan menyingkirkan peradaban materialistis Barat.

 

Menangkal Serangan Musuh

Seharusnya dengan adanya serangan gencar bertubi-tubi dari propagandis moderat sekular itu, Muslimah tidak menonjolkan perasaan dalam menyikapinya. Akan salah jadinya karena yang muncul adalah sikap defensive apologetic. Bermaksud merespon, namun merendahkan diri dan seolah membenarkan tudingan. Mestinya menimbang secara rasional dan mengaitkannya dengan penjelasan syariah.

Allah SWT berfirman bahwa musuh Islam akan terus menyerang Islam dengan bertubi-tubi. Meski usaha mereka terlihat berdampak pada sebagian umat, Allah SWT tegaskan bahwa mereka akan kalah dan menyesal pada saatnya (QS al-Baqarah [2]: 217).

Sebab itu serangan keji bertubi-tubi ini harus memunculkan sense of belonging for Islam. Secara sunnatullah hal itu akan menguatkan jatidiri Muslimah dengan identitas khas serta menyolidkan umat dengan kesatuan pemikiran dan perasaan Islamnya. Serangan tersebut membentuk imunitas pada dirinya, dan itu ada pada keyakinan terhadap ideologi islam dan kebanggaannya menjadi Muslim-Muslimah.  Ia yakin bahwa aturan Allah SWT adalah benar dan menyelamatkan. Ia pun yakin bahwa kicauan kelompok moderat adalah salah dan menjerumuskan. Sebab ia memahami firman Allah SWT:

وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٖ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَٰلٗا مُّبِينٗا ٣٦

Tidaklah patut bagi Mukmin laki-laki dan perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguhlah dia telah sesat secara nyata (QS al-Ahzab [33]: 36).

 

Karena itu, mari kuatkan keyakinan akan kebenaran Islam. Perdalam pemahaman tentang syariah Islam. Kuatkan komitmen untuk menjalankan hukum-hukum Islam. Semangat mendakwahkan Islam kepada yang lain. Lebih aktif membina umat, khususnya Muslimah, untuk menjadi pembela Islam.  Siapkan diri bahwa membela Islam itu niscaya mendapat ujian. Karena itu berpeganglah pada firman Allah SWT:

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّهُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡهُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُۥ فُرُطٗا ٢٨

Bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhan mereka pada pagi dan senja hari seraya mengharap keridhaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Jangan pula kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu telah melewati batas (QS al-Kahfi [18]: 28).

[Ratu Erma Rachmayanti]

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen − five =

Back to top button