Opini

Densus 88 Layak Bubar?

Sejumlah pihak menyesalkan penembakan terhadap Dr. Sunardi, seorang dokter, aktivis kemanusiaan serta pendiri Lembaga Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI). Sebagaimana diketahui, Dr. Sunardi ditembak mati oleh Tim Detasemen Khusus 88 (Densus 88) atas dugaan terorisme, Rabu (9/3).

Gaya represif, kasar dan brutal yang dilakukan Densus 88 dalam menangani kasus terorisme akhirnya menjadi blunder bagi mereka sendiri. Densus justru menjadi common enemy bagi sebagian umat Islam, pengamat terorisme serta aktifis HAM. Sebagian pihak bahkan dengan tegas menyatakan Densus 88 dan BNPT sebaiknya dibubarkan saja karena telah sering melanggar HAM. Gaya represif yang diperagakan Densus terhadap warga yang diduga melakukan tindakan terorisme justru menjadi penyebab lahirnya lingkaran kekerasan. Orang yang tewas di tangan Densus malah dianggap warga sebagai pahlawan. Sebaliknya, sebagian warga memendam kebencian terhadap Densus.

Meski kinerja Densus sudah menuai banyak kecaman, Pemerintah justru melebarkan tindakan represif melalui jalur perundang-undangan.

Lalu BNPT secara serius menggarap program deradikalisasi. Ada beberapa target yang disasar oleh BNPT dalam program deradikalisasi ini. Pertama: Membuat phobia di tengah umat terhadap perjuangan syariah dan Khilafah dengan menciptakan stigma bahwa tujuan terorisme adalah untuk mendirikan Khilafah dan menegakkan syariah Islam.

Kedua: Mencegah penyebaran dakwah Islam khususnya dakwah penegakkan syariah dan Khilafah melalui berbagai penyebaran opini di tengah umat seperti melalui seminar, publikasi hasil penelitian radikalisme. Dengan begitu umat akan bersikap antipati terhadap dakwah syariah dan Khilafah serta memusuhi para pengembannya. Berulang di media massa Mantan ketua BNPT Ansyad Mbai menyebut dengan jelas tujuan kelompok teroris adalah ‘untuk mendirikan Negara Islam’.

Ketiga: Menciptakan permusuhan terhadap para pengemban dakwah syariah dan Khilafah. Dengan begitu tidak akan ada regenerasi dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat. Dipublikasikan pula hasil penelitian yang mengatakan rohis sebagai sarang teroris. Hal ini ditujukan agar orangtua mewaspadai anak-anak mereka agar tidak terlibat dalam kegiatan pengajian yang menyuarakan syariah Islam dan Khilafah.

Keempat: Menebar kecurigaan dan adu domba di tengah umat dengan pola ‘belah bambu’. BNPT merangkul kelompok Islam tradisionalis dan modernis, lalu menginjak kelompok-kelompok garis keras. [Hadi Sasongko ; (Direktur POROS)]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 1 =

Back to top button