Pengantar [Makna Politis Hijrah Nabi SAW]
Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Pembaca yang budiman, Hijrah Rasul saw. dari Makkah ke Madinah merupakan fragmen agung dari sirah beliau. Fragmen ini sangat menentukan perjalanan sejarah Islam dan kaum Muslim. Sungguh tepat Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. dan para sahabat memilih peristiwa hijrah sebagai awal penanggalan Islam (kalender hijrah).
Hijrah Nabi saw. tentu berdimensi politis. Pasalnya, sebelum hijrah, terjadi Baiat ‘Aqabah II oleh kaum Muslim di Madinah kepada Rasulullah saw. Baiat ini merupakan baiat penyerahan kekuasaan (istilâm al-hukm) kepada Rasul saw. sekaligus pengangkatan beliau sebagai amir (pemimpin) Madinah. Dengan kata lain, Baiat ‘Aqabah II menandai pengangkatan Rasul saw. sebagai kepala negara di Madinah. Dengan demikian sejak Baiat ‘Aqabah II itu secara de jure Yatsrib (Madinah) telah berubah menjadi Dâr al-Islâm. Sejak itu kekuatan yang terwujud di Madinah adalah milik Islam dan kaum Muslim. Tinggal menunggu Rasul saw. hijrah ke Madinah sehingga Madinah berubah menjadi Dâr al-Islâm secara de facto.
Allah SWT lalu memerintahkan Rasul saw. hijrah ke Madinah. Beliau bersama Abu Bakar ash-Shidiq ra. berangkat pada 27 Shafar 1 H (12 September 622 M) dan tiba di Madinah pada 12 Rabiul Awal 1 H (27 September 622 M). Setiba di Madinah, Rasul saw. langsung bertindak sebagai kepala negara secara de facto.
Alhasil, pasca hijrah, selain tugas kenabian dan kerasulan, Rasulullah saw. juga menjalankan tugas kenegaraan, yakni sebagai kepala Negara Islam. Tegasnya, Hijrah Rasul saw. merupakan tonggak pendirian Daulah Islam (Negara Islam), penegakan sistem Islam, penerapan syariah Islam sekaligus pembentukan masyarakat Islam.
Karena itu, di antara spirit hijrah yang paling penting adalah spirit penegakan sistem pemerintahan Islam, penerapan syariah Islam serta pembentukan dan pembangunan masyarakat Islam. Spirit hijrah semacam ini sejatinya mendorong kita saat ini untuk segera meninggalkan sistem dan hukum jahiliah, lalu menerapkan sistem dan hukum Islam. Caranya dengan menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam semua aspek kehidupan. Tentu dalam sebuah institusi pemerintahan Islam, sebagaimana Daulah Islam yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw. di Madinah pasca hijrah.
Itulah tema utama al-waie kali ini, selain sejumlah tema menarik lainnya. Selamat membaca!
Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.