Pengantar

Pengantar [Ramadhan Totalitas Ketaatan]

Assalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

Pembaca yang budiman, tak terasa, kita kembali kedatangan tamu agung. Tamu yang mulia. Itulah Bulan Ramadhan. Kali ini Ramadhan Tahun 1422 H.

Ramadhan adalah bulan puasa, bulan al-Quran, bulan ampunan dan bulan bertabur pahala kebaikan. Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya banyak sekali keutamaan. Salah satunya adalah Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Selama Ramadhan umat tampak lebih taat dan lebih shalih. Banyak kemaksiatan yang biasa dilakukan di luar Ramadhan, ditinggalkan selama Ramadhan. Banyak yang biasa mengumbar aurat di luar Ramadhan, selama Ramadhan auratnya ditutup rapat-rapat dengan kerudung dan jilbab.  Banyak amal shalih yang sering dilupakan di luar Ramadhan—semisal membaca al-Quran—digencarkan selama Ramadhan.  Intinya, Ramadhan adalah madrasah ketakwaan.

Sejatinya, tentu ketakwaan tak hanya tampak hanya saat Ramadhan saja. Ketakwaan justru harus terwujud pula pada sebelas bulan berikutnya di luar Ramadhan. Ketakwaan pun sejatinya tak hanya bersifat individual. Ketakwaan juga sudah seharusnya tampak secara sosial bahkan tampak di level negara. Hal ini tentu harus dibuktikan dengan pengamalan syariah Islam secara kaaffah baik di level individu, masyarakat dan juga level negara.

Hanya saja, penerapan dan penegakan syariah secara kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan tentu membutuhkan kekuasaan. Membutuhkan institusi negara. Itulah Negara Islam (Daulah Islam) atau Khilafah Islam. Karena itu perjuangan untuk menegakkan kembali Khilafah Islam adalah hal yang niscaya. Tak bisa ditawar-tawar. Sebabnya, hanya dengan Khilafah Islamlah, syariah Islam dapat diterapkan dan ditegakkan secara kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Inilah wujud ketakwaan hakiki yang sudah seharusnya menjadi minat, cita-cita dan fokus perjuangan umat yang mendesak saat ini.

Di seputar itulah tema utama al-waie kali ini. Selain tema menarik lain lainnya. Selamat membaca!

Wassalâmu‘alaikum wa rahmatullâhi wa barakâtuh.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − 2 =

Back to top button