Solusi Efektif Krisis Palestina
Pembantaian Gaza sampai saat ini masih terus terjadi. Seolah-olah tidak ada kekuatan yang bisa menghalangi Zionis Israel untuk menghentikan kebiadaannya.
Genosida yang terjadi sejak lima bulan terakhir ini tidak menunjukkan akan berhenti. Bahkan para zionis itu semakin gila dan tidak manusiawi dengan berbagai perlakuan yang mereka lakukan terhadap warga Gaza Palestina.
Negara-negara lain tetap konsisten hanya melakukan kecaman demi kecaman. Tak terkecuali Dunia Islam. Padahal seharusnya mereka bisa mengambil langkah-langkah efektif. Misalnya saja Turki, Mesir, Iran, Arab Saudi, Qatar, Yordania dan yang lainnya. Sikap pembiaran Dunia Muslim dan Arab yang membuat Zionis menjadi semakin di atas angin.
Bahkan sejak krisis di laut merah terjadi sejak akhir 2023 lalu, negara-negara Arab memfasilitasi Israel dengan memberikan jalur daratnya untuk truk-truk yang membuat kebutuhan Israel masuk melalui Bahrain atau Dubai melewati Arab Saudi, Yordania sampai ke Israel. Ini lebih cepat 20 hari dibandingkan melalui laut merah yang butuh 50-60 hari untuk sampai ke Israel.1
Dapat disimpulkan bahwa penguasa Muslim di Timur Tengah bukan hanya diam dan membiarkan. Mereka bahkan ikut berkonspirasi melakukan pembantaian dan penjajahan terhadap Muslim Gaza-Palestina bersama rezim penjajah Zionis dan sekutu Amerika Serikat. Na’uudzubilLaah.
Selama sistem dunia masih didominasi oleh hegemoni politik dan ideologi Amerika Serikat maka, nasib Muslim Palestina akan selalu sama. Ini akan terus terjadi sampai muncul kekuatan penyeimbang atau yang lebih kuat untuk membebaskan Palestina. Sampai saat itu tiba, krisis Palestina hanya akan selalu menjadi tontonan musiman. Dunia ramai saat terjadi pembantaian besar-besaran, kemudian diam saat Kembali “normal”. Padahal pembunuhan, penggusuran dan kezaliman itu terus terjadi sejak tahun 1948.
Idealnya, pembantaian yang terjadi sejak 07 Oktober 2023 bisa segera dihentikan andai Dewan Keamanan PBB mau memaksa Israel untuk berhenti. Faktanya, saat PBB sekedar membuat resolusi gencatan senjata saja, AS selalu memveto PBB.
Jadi, proses meredanya serangan ini hanya akan berakhir jika Israel bersama Amerika bersepakat untuk menghentikan serangannya.
Jika melihat itikad Israel melalui pernyataan-pernyataan para elitnya, mereka tidak ada niat untuk menghentikan pembantaian ini. Mereka menginginkan HAMAS harus hilang dan tidak punya daya untuk bangkit lagi. Caranya, sebagaimana dinyatakan oleh Yoav Gallant, Menhan Israel, Israel terus melakukan operasi militer tanpa henti untuk menghilangkan jejak-jejak HAMAS dan mencegah HAMAS untuk hidup kembali.2
Israel terlihat sangat ketakutan. Di tengah kesibukan mereka dengan konflik internal secara politik selama beberapa tahun terakhir, HAMAS mampu meningkatkan kekuatan dan memberikan terapi kejut kepada Israel melalui ribuan rudal dan infiltrasi ke Israel di awal-awal perang tersebut.
Namun, Israel tidak akan mampu juga melakukan operasi terus-menerus. Tekanan-tekanan domestik maupun internasional terus menekan Israel. Selain itu beban ekonomi harus ditanggung terus-menerus oleh Israel yang telah menghabiskan sekitar 53 Miliar dolar AS atau 826 Miliar rupiah. Pariwisata, proyek-proyek konstruksi, investasi asing, termasuk krisis di laut merah juga turut mengganggu perekonomian Israel yang membuat proyeksi pertumbuhan ekonominya hanya sekitar 2% saja pada tahun 2024 ini.3 Tahun 2024 akan semakin berat bagi Israel karena biaya perang terus membengkak, sementara kondisi ekonomi terus melambat selama perang.
Dampak militer terhadap Israel juga semakin meningkat. Pada akhir Desember 2023 saja sudah sekitar 6.000 tentara Israel terluka dan cacat. Sebanyak 4.000-an di antaranya menderita trauma. Diperkirakan total tentara Israel yang terluka bisa sampai 20.000 orang.4
Opini publik di internal Israel pun masih terbelah. Satu pihak mendukung rezim berkuasa untuk terus Bersatu. Pihak lain menginginkan rezim berganti.5
Di sisi lain adan pesimisme warga Zionis terhadap kemenangan perang mereka. Ditambah lagi ada desakan warga yang terus-menerus meminta pembebasan ratusan tahanan Hamas.
Tekanan eksternal juga terus mendesak Zionis Israel untuk segera menghentikan pembantaian tersebut. Termasuk aksi-aksi publik global yang terus terjadi. Narasi kecaman juga bermunculan dari berbagai negara baik langsung maupun melalui PBB dan Mahkamah Internasional, ICJ.
Amerika Serikat sebagai pendukung utama Israel juga menghadapi banyak tekanan internal saat ini. Meski terus mendukung Israel, posisi politik Biden menjelang Pilpres AS juga menjadi pertimbangan penting terhadap sikap Biden terhadap Israel.
Warga-warga Amerika yang Muslim dan Arab, misalnya, telah mengkampanyekan untuk tidak mendukung Biden menjelang Pemilu AS tahun 2024 ini.
Posisi AS semakin terjepit karena harus membiayai ketegangan di Ukraina dan di Asia Pasifik. Ini membuat keuangan AS juga terkuras banyak. Untuk Ukraina saja, Kemenhan AS, telah memutuskan untuk mengirimkan bantuan paket militer terakhir pada 27 Desember lalu. ini karena AS sudah kehabisan dana persediaan untuk ke Ukraina. Akibatnya, AS harus bernegosiasi dengan negara-negara sekutunya untuk tetap mempertahankan dukungan militer ke Ukraina. Di sisi lain, pemerintahan Biden harus menghadapi kritikan dari internal Parlemen AS terkait bantuan-bantuan dana yang terus diusulkan Biden untuk mendukung Israel dan Ukraina.6
Kepentingan politik domestik dan desakan internal juga yang akhirnya membuat pemerintahan Biden menjadi agak lebih keras terhadap Israel. Biden menjadi lebih serius memediasi krisis yang terjadi ini. Bahkan AS juga menunjukkan gimmick dengan mengirim pesawat untuk memberikan bantuan melalui udara terhadap warga Gaza.
Upaya negosiasi untuk menghentikan perang antara Hamas dan Israel secara intensif telah diinisiasi sejak pertengahan Februari lalu yang melibatkan Mesir, Qatar, Amerika Serikat dan Hamas. Targetnya adalah gencatan senjata selama enam minggu dan pertukaran tawanan antara kedua belah pihak.
Namun, upaya gencatan senjata ini berakhir tanpa hasil. Tuntutan HAMAS kepada Israel—yaitu agar menarik pasukan, memberikan ruang bagi pengungsi Gaza untuk pulang ke rumah masing-masing serta mengizinkan proses rekonstruksi dan masuknya bantuan kemanusiaan—ditolak oleh Israel. Israel juga tidak menginginkan adanya gencatan senjata jika HAMAS tidak memberikan daftar tawanan Israel yang ditawan oleh HAMAS. Israel bahkan menegaskan akan membebaskan tawanan bagaimanapun caranya. 7
Solusi Efektif
Proses penghentian genosida Israel terlihat seolah sangat pelik. Melalui upaya mediasi gagal. Desakan dunia dan dari Mahkamah Internasional untuk menghentikan upaya genosida juga tak kunjung berhasil. Seolah terlihat rumit dan berliku. Padahal sebenarnya sangat mudah untuk menangani krisis ini dan membebaskan Palestina dari Penjajahan Israel.
Dalam Piagam PBB juga sudah termaktub solusi dan langkah-langkah tepat untuk itu, yakni: Pertama, melalui tekanan-tekanan non-militer seperti tekanan ekonomi, komunikasi dan pemutusan hubungan diplomatik. Jika poin pertama tidak diindahkan maka PBB bisa melalukan intervensi militer baik darat, laut maupun udara untuk menjaga perdamaian dunia. Tentunya melalui keputusan bulat dari dewan keamanan (DK) PBB.
Namun, PBB tidak bisa diharapkan. Ini karena negara-negara besarlah penentu kebijakan utama di DK PBB khususnya Amerika Serikat.
Untuk membebaskan Gaza secara efektif sebenarnya kita dapat belajar dari Sultan Salahuddin al-Ayyubi saat membebaskan Palestina tahun 1187. Caranya dengan membangun kekuatan militer yang mampu menyatukan wilayah-wilayah kaum Muslim yang terpecah-belah. Pada akhirnya Palestina dapat dibebaskan dari pasukan Salib setelah dijajah selama 90 tahun lamanya.
Saat ini, untuk membebaskan Palestina kita juga butuh pemimpin tangguh, yang berani mengambil sikap tegas sama seperti para pemimpin kaum Muslim terdahulu, Mereka mampu menyatukan kekuatan kaum Muslim, membangun militer yang kuat dan memobilisasi tantara kaum Muslim melakukan pembebasan terhadap Palestina. Hanya dengan itu, persoalan penjajahan dan pembantaian terhadap saudara Muslim Palestina bisa diselesaikan dengan cepat dan efektif.
Jika langkah ini tidak diambil, dunia hanya akan menonton dan menghitung jumlah korban tiap harinya yang terus-menerus bertambah, baik karena ditembak, dibom, atau mati kelaparan kekurangan nutrisi.
WalLaahu a’lam. [Hasbi Aswar]
Daftar Pustaka
Cafiero, Giorgio. ‘Has the War on Gaza Hurt Israel’s Economy?’ Al Jazeera, 27 January 2024. https://www.aljazeera.com/economy/2024/1/27/has-the-war-on-gaza-hurt-israels-economy.
Copp, Tara, and Lolita C. Baldor. ‘Pentagon Has No More Money for Ukraine as It Hosts a Meeting of 50 Allies on Support for Kyiv’. AP News, 23 January 2024. https://apnews.com/article/ukraine-russia-money-congress-weapons-dd5076b30bf8fab5c914a1222186e7f0.
Izso, Amir Tal, Richard Allen Greene, Niamh Kennedy, Lauren. ‘Israeli Minister Proposes Post-War Plan for Gaza as Government Divisions Burst out into Open’. CNN, 5 January 2024. https://www.cnn.com/2024/01/05/middleeast/israel-government-divisions-gaza-plan-intl/index.html.
Middle East Monitor. ‘Report: Number of Wounded Israeli Soldiers Approaching 20,000’. Middle East Monitor, 29 December 2023. https://www.middleeastmonitor.com/20231229-report-number-of-wounded-israeli-soldiers-approaching-20000/.
Parvaz, D. ‘Mediators Are in Cairo Working to Secure a Cease-Fire between Israel and Hamas’. NPR, 13 February 2024, sec. Middle East crisis — explained. https://www.npr.org/2024/02/13/1231099026/israel-gaza-cairo-hamas-ceasfire-negotiations.
Toi Staff. ‘Poll: Over Half of Israelis Feel Let down by War Cabinet’s Handling of Hamas Conflict’, 24 January 2024. https://www.timesofisrael.com/over-half-of-israelis-say-theyre-let-down-by-war-cabinets-handling-of-hamas-conflict/.
- O. A. News. ‘Red Sea Attacks Foster Arab-Israeli Trade Link by Land’. Voice of America, 15 February 2024. https://www.voanews.com/a/red-sea-attacks-foster-arab-israeli-trade-link-by-land/7487827.html.