
Islamisasi Karawang Raya (Dari Syaikh Qura Hingga Kesultanan Islam) (Bagian 1)
Awal Mula Islamisasi: Pesantren Syaikh Qura
Syaikh Qura sampai ke Karawang Raya bersama rombongan Laksamana Cheng Ho dari Cina masa Dinasti Ming yang singgah di Champa. Beliau tiba di Tatar Sunda melalui Cirebon dan sempat menjalin hubungan baik dengan Ki Gedeng Tapa. Namun, karena tekanan penguasa Pajajaran, ia akhirnya hijrah dari Cirebon, kemudian mendirikan pusat dakwah dan pendidikan Islam di Tanjungpura, Karawang. Pada masa tersebut Cina masih memberikan kelonggaran bagi kaum Muslim, namun dengan banyak syarat yang menyulitkan, terutama keharusan untuk penyesuaian Islam dengan budaya Cina. Berbeda dengan masa sebelumnya, saat Dinasti Yuan dari Mongol berkuasa. Mereka tidak ikut campur terhadap urusan internal kaum Muslim. Bahkan cenderung mendukung. Pada masa tersebut, yakni sekitar abad ke-14 M, saudara mereka di bagian Timur, yakni Ilkhanate, Kipchak maupun Chatagai memilih Islam sebagai agama dan jalan hidup. Pada masa sebelumnya, yakni setelah kejatuhan Baghdad, pemimpin Kipchak sejak masuk Islam tak ragu untuk mendukung Khilafah Abbasiyah. ia memisahkan diri dari Mongol dan bekerja sama dengan Mamluk.
Selama di Karawang, islamisasi ala Syaikh Qura dipusatkan di mesjid dan pesantren sebagai upaya kaderisasi dakwah sekaligus menarik minat masyarakat, terkhusus melalui pendidikan al-Quran. Jejak dakwah yang masih eksis hingga saat ini berwujud Mesjid Agung Syaikh Qura Karawang. Mesjid tersebut menjadi pusat islamisasi penting dan pernah mendampingi langsung pemerintahan sebagian penguasa Karawang Raya. Capaian penting lainnya ialah lahirnya sosok Muslimah negarawan, yakni Nyai Subanglarang, putra Ki Gedeng Tapa, yang dinikahi Pamanah Rasa, dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Dari pernikahan tersebut lahir Pangeran Cakrabuana Haji Abdullah Iman, Syarifah Muda’im Nyimas Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati dan Pangeran Kean Santang. Kader penting lainnya ialah sang putra, Syaikh Bentong, yang menjadi bagian dari perkumpulan para wali, penasihat kuasa di Demak dan Cirebon. Beberapa kader lain dikirim hingga ke Lemahabang, Karawang. Dapat dikatakan islamisasi Syaikh Qura merupakan pondasi utama bagi islamisasi Pakuwati Cerbon yang dilakukan Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah beserta pendukungnya di masa berikutnya.
Masjid Agung Syaikh Qura Karawang
Pengaruh Cirebon–Banten: Darul Islam Karawang Raya
Dalam banyak kajian seputar sejarah Karawang Raya sering hanya menyebutkan nukilan Kasumedangan – Mataraman, kemudian disimpulkan Karawang Raya dianggap sebagai wilayah penting dimulai sejak era Susuhunan Agung Mataram. Namun, terdapat sumber lainnya yang menyebutkan Karawang Raya, berkaitan erat dengan dakwah Islam atau jihad fi sabilillah dari Banten – Cirebon. Disebutkan dalam Sajarah/Babad Banten:
Terjemah: