Nisa

Peran Perempuan Penggerak Perubahan (Meneladani Dakwah Rasulullah Saw.)

Ada istilah Jawa, “konco wingking”. A man behind the scene. figur berpengaruh dalam keberhasilan hidup setiap tokoh dunia. Dalam Sirah Nabawiyah kaum Muslim mengenal Ibunda Khadijah ra., istri Rasulullah saw.; Asma’ binti Abu Bakar, istri Sahabat Zubair bin Awwam sekaligus ibu dari Abdullah bin Zubair; Sumayyah, syahidah pertama yang merupakan istri dari Sahabat Yassir dan ibu dari Ammar bin Yassir; serta Fathimah az-Zahra, putri Rasulullah saw. dan istri dari Ali bin Abi Thalib, dll.

Jauh dari masa Rasulullah saw. dan Sahabat lahir dari rahim peradaban Islam, sosok wanita inspirator, yakni Huma Hatun ibu, dari Sultan Muhammad al-Fatih, sang penakluk imperium Romawi, Konstantinopel. Umat Islam tidak akan melupakan Fatimah binti Ubaidillah Azdiyah, ibu dari Imam Syafii. Tentu masih banyak tinta sejarah peradaban Islam menorehkan nama-nama Muslimah hebat lainnya.

 

Pemimpin Kelas Dunia

Buku The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History menempatkan Nabi Muhammad saw. sebagai yang pertama. Dunia mengenal Nabi Muhammad saw. adalah Islam sebagaimana dunia mengenal Islam adalah Nabi Muhammad saw. Bukan sebab Islam datang dari kecerdasan Nabi Muhammad saw., tetapi Islam adalah risalah Ilahiyah. Nabi Muhammad saw. adalah pembawa risalah Islam. Beliau memimpin seluruh umat manusia, menanamkan visi dunia “Lâ ilâha illalLâh Muhammad RasûlulLâh” ke seluruh penjuru bumi atas izin Rabb semesta alam.

Maka dari itu, kehebatan para pemimpin sepanjang peradaban Islam terletak pada ajaran Islam, yakni sejauh mana para pemimpin mengimani, memegang teguh dan mengemban Islam. Siapa saja pemimpin yang menggenggam risalah agung ini pasti menjadi mulia. Sebaliknya, siapa saja pemimpin yang mengerdilkan risalah Islam ini pasti dia menjadi hina.

Para pemimpin pasti tumbuh dalam lingkungan kepemimpinan yang menyiapkan mereka. Muhammad bin Abdullah lahir dari rahim wanita mulia, wanita terbaik Quraisy, Siti Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhrah. Ia tumbuh dalam lingkaran kepemimpinan suku Quraisy. Kakeknya Abdul Munthalib adalah pemimpin Quraisy yang terhormat. Nasabnya terhormat. Keturunan dari dua orang yang disembelih. Kandungan ibunya mengeluarkan cahaya yang menerangi Istana Bushra di daerah Syam. Ia adalah bayi yang lahir dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di bumi, sementara kepalanya menghadap ke langit. Ia pun tampil dalam pembangunan Ka’bah dan mendapat gelar “Al-Amin”.

Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qal’ahji me­ngomentari bahwa semua itu merupakan salah satu di antara persiapan yang dilakukan oleh Allah SWT terhadap Muhammad saw. Sebab, ia akan menjadi nabi sekaligus pemimpin bagi semua umat.

 

Meneladani Rasulullah saw.

Bukanlah pemimpin hebat, yang tidak mampu mencetak para pemimpin. Pemimpin hebat akan melahirkan ribuan pemimpin hebat lainnya. Rasulullah saw, berhasil mencetak ribuan kader-kader perubahan yang tangguh sepanjang zaman. Beliau, dalam kurun yang singkat 23 tahun kenabiannya, telah sukses membangun sistem kaderisasi para politisi level negarawan. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta siap mengemban risalah yang beliau bawa.

Sistem kaderisasi politisi tangguh ala Rasulullah saw, berbentuk sebuah partai politik (hizbun siyâsiyyun) yang langsung beliau pimpin. Berhimpun di sekitar beliau baik dari kalangan keluarga, kerabat dekat maupun jauh, para sahabat dan keluarganya, masyarakat bahkan dari kalangan kuat maupun lemah, apapun warna kulit dan asal sukunya. Semua orang memasuki mesin pembinaan terstandarisasi yang teruji. Ideologi (akidah) Islam menjadi ruh keberlangsungan partai dan pergerakannya. Dari rumah Arqam bin Abi al-Arqam satu titik basis pembinaan kader lalu menyebar ke penjuru Makkah, bahkan sampai Habasyah dan Yatsrib.

Dipandu oleh Sang Khaliq dengan turunnya QS al-Hijr ayat 94, sistem partai yang telah establish mengambil jalan membuka ruang interaksi para kader dengan masyarakat secara langsung. Benturan tak terelakkan antara konsepsi-konsepsi partai yang begitu khas dan unik dengan sengkarut pemikiran kemusyrikan dan standarisasi status quo yang telah mapan. Risiko perjuangan meniti jalan perubahan menjadi sunnatullah yang secara qanâ’ah diterima para kader partai. Kadang raga dan nyawa harus menebus manisnya iman dan pengorbanan.

Sang Khaliq menetapkan qadar-Nya. Selimut kemusyrikan di titik nol dakwah partai, yang membelenggu pemikiran masyarakat jahiliyah di bawah hegemoni penguasa tiran-otoritarian, memberikan “berkah kemajuan” dakwah partai pada titik lain yang jauh berbeda dengan titik awal pergerakan. Partai Rasul mendapatkan penerimaan dakwah dari Yatsrib (Madinah), baik para pemimpin maupun masyarakatnya. Madinah telah menjadi titik sentral sekaligus dari sanalah tujuan partai terwujud, yakni tegaknya sistem Islam, Daulah Islamiyah yang pertama, yang langsung dipimpin oleh Muhammad Rasulullah sebagai kepala negaranya.

 

Muslimah Tangguh Produk Mesin Partai Rasul saw.

Sumayah, anggota Partai Rasul, telah mengalahkan seluruh Sahabat dalam kesyahidan. Sikap teguhnya di hadapan pemimpin yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya berhasil merayu Tuhannya untuk memberikan gelar kemuliaan sebagai syahidah pertama. Hanya sebentar menjadi bagian pergerakan dakwah Rasul saw., tetapi harum semerbak kesyahidannya tercium sampai akhir zaman.

Ada juga Asma’ binti Abu Bakar. Sosok ibu tangguh, pengantar bekal hijrah Rasulullah saw. bersama ayahanda, Abu Bakar. Kedalaman berpikir politiknya mampu membalikkan hambatan menjadi pembuka jalan dakwah yang lebih besar. Berbekal keyakinan terhadap misi agung yang dibawa manusia yang paling ia cintai. Tidak ada rasa takut dalam menghadapi risiko perjuangan politik.

Ada pula Ummu ‘Ammarah Nasibah bintu Kaab al-Anshariyyah dan Ummu Mani’ Asma’ bintu ‘Amru. Keduanya bergabung dalam barisan Partai Rasul setelah dakwah Mushab bin Umair menyentuh kalbu masyarakat Yatsrib (Madinah). Keduanya turut hadir dalam detik-detik momentum politik paling menentukan masa depan Islam, yakni Baiat Aqabah. Saat itu prosesi penyerahan kekuasaan (istilâmul-hukmi) diberikan kepada Muhammad bin Abdullah, Rasulullah saw.

Mereka semua, bersama para Sahabiyah lainnya, telah mengisi ruang dakwah partai Rasul bersama para Sahabat dan kaum Muslim. Mereka adalah para ibu sekaligus politisi tangguh. Dari mereka lahir para politisi penggerak perubahan, dari sistem jahiliah menuju sistem Islam yang memancarkan cahaya kemuliaan.

 

Perempuan dan Partai Islam

Islam adalah Dîn untuk seluruh manusia, laki-laki maupun perempuan. Masing-masing sama kedudukannya di hadapan Allah SWT sesuai kadar ketakwaannya (QS Hujurat [49]: 13). Islam mewajibkan laki-laki berdakwah, amar makruf nahi mungkar, sebagaimana perempuan. Sebabnya, nas-nas syariah terkait bersifat umum mencakup laki-laki dan perempuan (QS Ali Imran [3]: 110 dan QS at-Taubah [9]: 71).

Dalam konteks perubahan sistem, peran politik perempuan juga sama sebagaimana peran laki-laki. Allah SWT berfirman (yang artinya): Hendaklah ada di antara kalian ada segolongan umat yang menyerukan kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung (muflihûn) (QS Ali Imran [3] 104).

Sifat “muflihûn” dalam ayat ini merupakan pujian bagi laki-laki dan perempuan yang bersungguh-sungguh menjalankan peran politik perubahan. Ayat ini juga mengandung tuntutan untuk membentuk partai politik Islam serta tuntutan untuk bergabung—bagi laki-laki dan perempuan—ke dalam partai ini untuk menjalankan dakwa dan amar makruf nahi mungkar.

Dengan demikian, para Muslimah abad ini membutuhkan kehadiran partai politik Islam untuk menjawab seruan dan tuntutan Allah SWT di atas. Itulah parpol Islam hakiki yang menduplikasi sistem kepartaian yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Sebabnya, semua yang dibawa Rasulullah hanyalah wahyu, bukan berasal hawa nafsu (QS an-Najm [53]: 3-4). Partai politik Islam inilah yang akan mampu mencetak kaum perempuan penggerak perubahan sistem serta menjalankan fungsi kaderisasi pada kalangan muda.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, Indonesia memiliki rasio gen Z laki-laki 36,7 juta dan perempuan 34,7 juta. Bonus demografi merupakan potensi besar salah satu sumber bahan baku megaproyek perubahan sistem politik Islam (Khilafah). Kehadiran parpol Islam hakiki yang meneladan partai Rasul adalah garansi sukses kaderisasi kaum muda penggerak perubahan. Parpol Islam ideologis inilah yang akan mengasuh lalu meninggikan bargaining kaum muda Indonesia, merdeka dari jerat korporasi yang eksploitatif. Telah lahir dan terus membesar barisan politisi perempuan penggerak perubahan abad 21.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Endiyah Puji Tristanti]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 × 5 =

Back to top button