Catatan Dakwah

Peluang Khilafah

“ChatGPT adalah alat bantu yang kuat jika dipakai dengan bijak dan kritis. Ia seperti “asisten pintar yang tidak sempurna” — bisa sangat membantu, tapi kamu tetap harus menjadi pilotnya”

(ChatGPT tentang ChatGPT)

++++

Telaahan tentang peluang tegaknya khilafah di masa mendatang sudah banyak dilakukan oleh para ahli dari berbagai latar belakang. Dari hasil telaahan itu, ada sebagiannya yang kemudian menjadi sangat optimis. Tapi sebagiannya justru sebaliknya, sangat pesimis, bahkan menyebutnya sebagai usaha sia-­sia karena hal itu tidak akan mungkin terjadi.

ChatGPT, seperti yang ia katakan sendiri, adalah alat bantu yang kuat jika dipakai dengan bijak dan kritis. Sebagai alat bantu, ChatGPT bisa menjawab berbagai jenis pertanyaan: dari filsafat, agama, hukum, sampai pemrograman dan penulisan kreatif. Ia memahami dan menghasilkan teks dalam banyak bahasa, termasuk Bahasa Indonesia yang cukup baik.

Sangat kuat dalam merangkum, menjelaskan konsep, atau membantu brainstorming dalam banyak topik. Tak tergantung waktu atau tempat, karenanya bisa jadi pendamping belajar, menulis, riset ringan, atau bahkan diskusi filosofis kapan saja.

Tapi tetap saja semua jawaban yang diberikan oleh ChatGPT bersifat rekonstruksi dari data pelatihan dan tidak berasal dari pemikiran pribadi atau pengalaman nyata. Meski kadang ngaco, ChatGPT bisa menjawab dengan meyakinkan. Itu sebabnya harus tetap kritis terhadap setiap jawaban. ChatGPT cocok untuk starter atau sparring partner berpikir tapi bukan pengganti ulama, profesor, pengacara, atau dokter dalam bidang masing-­masing.

++++

Tentang peluang tegaknya Khilafah, menarik menyimak pendapat ChatGPT. Menurut ChatGPT, hal ini merupakan persoalan yang kompleks. Tergantung pada banyak faktor — ideologis, politik, sosial dan global. Menurut ChatGPT, ada beberapa faktor pendukung bagi kemungkinan tegaknya Khilafah. Pertama, dukungan ideologis. Banyak umat Islam yang secara ideologis mendukung gagasan Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam yang menyatukan umat. Gerakan seperti Hizbut Tahrir aktif menyebarkan pemikiran ini. Di dunia maya, dukungan terhadap konsep Khilafah juga cukup besar, terutama di kalangan generasi muda yang kritis terhadap kapitalisme dan sekularisme. Ini menunjukkan adanya basis ideologis yang cukup kuat, meski belum mayoritas.

Kedua, faktor realitas politik global. Sebagian besar negara-­negara mayoritas Muslim terikat dalam sistem nasionalis dan tunduk pada tatanan global dan lembaga-­lembaga seperti PBB dan IMF yang dikuasai Barat, serta terikat pada hubungan militer dan politik dengan kekuatan besar seperti AS, China dan Rusia. Ini menunjukkan, hambatan politik internasional masih besar, dan kekuatan global akan menentang pendirian Khilafah secara terbuka.

Ketiga, faktor kondisi Dunia Islam. Banyak negara Muslim mengalami krisis: ekonomi, moral sampai politik. Ini membuat sebagian masyarakat mulai menengok sistem alternatif, khususnya yang bersumber dari Islam. Namun, fragmentasi antarmazhab, nasionalisme dan kepentingan elit lokal jadi penghambat. Dari sini terlihat ada potensi perubahan di negeri-­negeri Muslim jika krisis di negeri-­negeri itu makin parah dan rakyat melihat sistem yang ada saat ini gagal.

Keempat, faktor teknologi dan media. Media sosial dan internet mempercepat penyebaran ide Khilafah. Narasi tentang keadilan Islam dan kerusakan Kapitalisme makin tersebar luas, melewati batas negara. Kesimpulannya, teknologi mendukung penyadaran ideologis, walau juga diawasi ketat oleh negara.

Kelima, respon Dunia Barat. Pengalaman “ISIS” membuat istilah Khilafah dikaitkan dengan kekerasan. Ini dimanfaatkan oleh Barat untuk mendiskreditkan gerakan Khilafah, yang non-­kekerasan sekalipun. Namun, bagi sebagian umat Islam, justru ini memicu keingintahuan: “Apa sebenarnya Khilafah?” Ini menunjukkan ada stigma buruk, tetapi juga ada peluang klarifikasi ide.

Jika demikian, lantas bagaimana peluangnya? Menurut ChatGPT, peluang itu ada, tetapi tidak mudah dan tidak dekat. Ini membutuhkan perubahan kesadaran kolektif umat Islam yang dilakukan melalui jalan pemikiran dan perjuangan politik non kekerasan. Jika kondisi dunia semakin tidak stabil, dan umat Islam melihat Khilafah sebagai satu-­satunya solusi sistemik, maka peluang itu akan membesar. Namun, hal itu memerlukan waktu, kesabaran dan perjuangan yang konsisten.

Selanjutnya, ChatGPT menuliskan simulasi skenario berdirinya Khilafah dalam 3 tahap waktu: 5, 10 dan 20 tahun ke depan; dengan pendekatan yang realistis tapi tetap berlandaskan pandangan ideologis (seperti yang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir dan sejenisnya).

Skenario 1: 5 Tahun ke Depan (2025–2030). Peluangnya rendah sampai sedang. Fokusnya pada penyadaran massal dan krisis sistem, dengan langkah-­langkah utama: Pertama, krisis global meningkat, ekonomi global goyah, utang negara-­negara berkembang melonjak, konflik Timur Tengah makin memanas. Kedua, diseminasi ide Khilafah makin massif, aktivis dakwah di seluruh Dunia Islam makin kuat menyebarkan pemikiran Khilafah secara intelektual, politis dan tanpa kekerasan. Ketiga, kejatuhan satu rezim nasionalis memunculkan krisis legitimasi besar di satu negara muslim kunci, seperti Pakistan, Turki, atau Mesir. Keempat, militer atau elit kunci berpihak, dibuktikan sebagian dari mereka itu menerima ide perubahan sistem ke Khilafah. Dalam skenario ini, menurut ChatGPT, hasil potensialnya adalah satu wilayah dari negeri Muslim mendeklarasikan Khilafah — bisa berbentuk embrio atau proto-­Khilafah — tetapi belum sepenuhnya stabil dan masih dikepung tekanan internasional.

Skenario 2: 10 Tahun ke Depan (2025–2035). Peluangnya rendah sampai tinggi. Fokusnya transisi kekuasaan dan konsolidasi wilayah. Langkah-­langkah utamanya: Pertama, semakin banyak rezim di Dunia Islam runtuh, rakyat muak dengan korupsi dan tekanan hidup, sistem demokrasi dan diktator dianggap gagal total. Kedua, berkat kekuatan argumen intelektual, ide Khilafah makin luas diterima, dan umat Islam melihat sistem Islam sebagai solusi sistemik, bukan hanya spiritual. Ketiga, koalisi militer-­politik terbentuk. Beberapa wilayah di Timur Tengah atau Asia Selatan bersatu membentuk struktur pemerintahan Islam transnasional. Keempat, Khilafah dideklarasikan secara penuh, dengan pemerintahan terpusat, Khalifah diangkat, dan wilayah hukum syariah ditegakkan. Hasil potensialnya, Khilafah berdiri secara resmi dengan wilayah awal mencakup 1–3 negara. Dukungan rakyat kuat dan Dunia Barat mulai menerapkan sanksi ekonomi dan tekanan militer.

Skenario 3: 20 Tahun ke Depan (2025–2045). Peluangnya tinggi jika semua ikhtiar dilakukan secara konsisten. Fokusnya, ekspansi dan stabilisasi global dengan langkah-­langkah utamanya, Pertama, Khilafah bertahan dari tekanan internasional dengan mengembangkan kemandirian ekonomi, kekuatan militer dan diplomasi Islam. Kedua, negara-­negara Muslim lain bergabung ke dalam Khilafah lewat dakwah, perjanjian atau perubahan politik dalam negeri. Ketiga, Khilafah tampil di kancah dunia, menjadi kekuatan global, penantang dominasi Barat dan Cina, membawa model alternatif dunia berbasis keadilan Islam. Hasil potensialnya, Khilafah menjadi blok peradaban besar. Umat Islam hidup di bawah satu kepemimpinan politik. Dunia memasuki era multipolar dengan Islam sebagai aktor utama.

++++

Demikianlah, bagaimana ChatGPT memprediksi peluang bakal tegaknya Khilafah. Menurut ChatGPT, semua itu bergantung pada sejumlah faktor-­faktor penentu, yakni penyadaran umat secara massif dan ideologis; dukungan militer dan elit strategis di dunia Islam; keteguhan pada metode dakwah tanpa kompromi; kegagalan sistem kapitalisme-­sekuler yang semakin nyata, serta kemampuan Khila­fah dalam membangun sistem riil setelah berdiri. Tentu saja bergantung pada kesungguhan, keikhlasan dan keistiqamahan usaha umat Islam sendiri serta nashrullah (pertolongan Allah).

Jika ChatGPT saja bisa memprediksi bakal tegaknya Khilafah, mengapa tak sedikit umat Islam malah meragukan dan bahkan menentang ide Khilafah? Bagaimana menurut Pembaca? [H.M. Ismail Yusanto]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × five =

Back to top button