Hiwar

Yuana Ryan Tresna: Tanpa Khilafah, Umat Islam Lemah


Pengantar:

Rajab adalah salah satu bulan istimewa. Di antaranya karena ada peristiwa besar, yakni Isra‘ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Sayang, Bulan Rajab dan Peringatan Isra‘ Mi’raj sering hanya bersifat seremonial belaka. Kadang, ia hanya membangkitkan aspek spiritualitas umat sesaat. Padahal Bulan Rajab dan Peristiwa Isra‘ Mi’raj yang setiap tahun diperingati mengandung dimensi keagamaan dan politik yang penting. Apalagi dikaitkan dengan eksistensi Palestina saat ini, yang di dalamnya ada Masjid al-Aqsha, yang sedang dikuasai dan dijajah oleh Zionis Yahudi.

Jika demikian: Apa sesungguhnya arti penting Bulan Rajab dan Perayaan Isra‘ Mi’raj bagi umat Islam? Sejauh mana kaitan Bulan Rajab dan Perayaan Isra‘ Mi’raj dengan eksistensi Palestina yang selama puluhan tahun terjajah hingga kini? Adakah hubungan langsung atau tidak langsung antara Bulan Rajab, Peringatan Isra‘ Mi’raj, eksistensi Palestina yang terjajah saat ini dengan kewajiban menegakkan kembali Khilafah Islam? Betulkah tanpa Khilafah umat Islam tak berdaya, termasuk untuk membebaskan Palestina? Jika demikian, sejauh mana pentingnya Khilafah bagi umat Islam?

Demikian di antara sejumlah pertanyaan yang diajukan Redaksi kepada Ustadz Yuana Ryan Tresna, Direktur Pusat Pendidikan Hadits Ma’had Khadimus Sunnah Bandung. Berikut wawancara lengkapnya.

 

Ustadz, saat ini kita ada pada Bulan Rajab. Apa keutamaan Bulan Rajab bagi umat Islam?

Bulan Rajab adalah salah satu dari empat bulan haram (al-asyhur al-hurum) dalam Islam. Keistimewaannya diakui dalam al-Quran dan as-Sunnah. Bulan Rajab memiliki keutamaan. Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, Tafsiir al-Qur’aan al-‘Azhiim (4/148), menjelaskan, ketika menafsirkan QS at-Taubah ayat 36: “Pada bulan-bulan haram, amal kebaikan lebih besar pahalanya dan dosa lebih besar hukumannya dibanding bulan lainnya.”

Para ulama menyebutkan bahwa dalam bulan-bulan haram diperintahkan untuk menjauhi segala bentuk kezaliman dan dosa. Dalam kitab tafsirnya, Al-Jaami’ li Ahkaam al-Qur’aan (8/123), Imam al-Qurtubi menjelaskan, “Kemaksiatan pada bulan-bulan tersebut lebih besar dosanya dibandingkan pada bulan lainnya dan kebaikan di dalamnya juga lebih besar pahalanya.”

 

Peristiwa penting apa saja yang terjadi pada bulan Rajab pada masa Rasul?

Peristiwa yang paling monumental adalah Isra‘ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini menjadi momentum penting dalam sejarah Islam karena perintah shalat lima waktu diperintahkan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah saw.

 

Isra‘ Mi’raj banyak dipahami hanya peristiwa sejarah perjalanan Rasul dari Makkah ke Palestina dan dilanjutkan naiknya beliau ke Sidratul Muntaha. Adakah nilai strategis lain yang itu sangat penting untuk dipahami oleh umat Islam?

Ya. Jika kita telaah lebih dalam, peristiwa ini mengandung nilai strategis yang sangat relevan dengan kondisi umat Islam, khususnya terkait Palestina yang saat ini berada dalam penjajahan.

Palestina adalah simbol sentralitas Islam. Masjid al-Aqsha di Palestina adalah bagian inte­g­ral dari sejarah Islam. Isra‘ Mi’raj mempertegas kedudukan Masjid al-Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam dan tanah para nabi.

Isra‘ Mi’raj secara langsung menegaskan bahwa Masjid al-Aqsha adalah bagian dari tanggung jawab umat Islam. Allah SWT memilih Masjid al-Aqsha di Palestina sebagai tujuan Isra‘ Rasulullah saw. Ini menunjukkan pentingnya menjaga, melindungi dan membebaskan tanah Palestina dari segala bentuk penistaan dan penjajahan.

 

Adakah peristiwa penting lainnya yang terjadi pada bulan Rajab yang itu terjadi setelah masa Kenabian dan sangat berkaitan dengan masalah keumatan?

Ada. Di antaranya kejatuhan Khilafah Utsmaniyah. Kejatuhan Khilafah Utsmaniyah memiliki nilai historis dan simbolis bagi umat Islam. Kejatuhan Khilafah Utsmaniyah pada Bulan Rajab tahun 1342 H (Maret 1924 M) merupakan peristiwa besar yang menandai berakhirnya era Kekhilafahan dalam Islam. Padahal Khilafah Islam telah berlangsung selama lebih dari 1300 tahun sejak masa Khulafaur Rasyidin. Para ulama melihat kejadian ini sebagai tragedi besar dalam sejarah Islam. Pasalnya, institusi Khilafah dipandang sebagai simbol persatuan umat Islam dan penegakan hukum syariah secara global.

 

Apa yang menjadi alasan kuat sehingga umat Islam terdahulu begitu bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam membebaskan Palestina dari belenggu penjajah?

Generasi terdahulu menangkap spirit pembebasan tanah yang dijajah pada peristiwa Isra‘ Mi’raj. Peristiwa agung ini sungguh mengajarkan bahwa tanah suci tidak boleh berada di bawah kekuasaan pihak yang menodai kehormatannya. Perjalanan Rasulullah saw. ke Masjid al-Aqsha adalah simbol awal pembebasan. Dalam sejarah Islam, Palestina telah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. pada tahun 638 M. Juga diperjuangkan kembali oleh Shalahuddin al-Ayyubi dari kekuasaan Tentara Salib pada 1187 M. Hari ini, penjajahan atas Palestina menjadi tugas generasi umat Islam untuk melanjutkan semangat pembebasan ini.

 

Mengapa saat ini umat Islam memperingati Rajab dan Isra‘ Mi’raj, namun melupakan pembebasan Palestina?

Peringatan Rajab, termasuk Isra‘ dan Mi’raj, sering dilakukan dengan fokus pada sisi spiritualnya, seperti kisah perjalanan Rasulullah saw. dan keajaiban peristiwa tersebut. Namun, hubungan strategis Isra‘ Mi’raj dengan pembebasan Palestina sering terabaikan.

 

Faktor-faktor internal umat Islam apa saja yang menyebabkan Palestina seakan susah dibebaskan?

Banyak. Di antaranya: Pertama, minimnya kesadaran tentang pentingnya Palestina. Banyak umat Islam yang belum memahami kedudukan strategis Masjid al-Aqsha dalam Islam. Palestina sering dianggap sebagai isu politik atau kemanusiaan semata.

Kedua, reduksi makna Isra‘ Mi’raj. Peringatan Isra‘ Mi’raj sering terbatas pada kegiatan ritual seperti ceramah atau Peringatan Hari Besar Islam yang menekankan kisah perjalanan Rasulullah saw.

Ketiga, Dunia Islam saat ini terpecah-belah dengan konsep nasionalisme dan fragmentasi politik, sosial dan ekonomi, yang membuat isu Palestina sering dianggap sebagai masalah lokal atau regional, bukan isu global umat Islam. Konsep negara-bangsa (nation state) telah sukses menghapus ikatan ukhuwah islamiyah dan meletakkan batas-batas imajiner di antara negeri-negeri Islam.

Keempat, ketiadaan kepemimpinan global Islam. Salah satu dampak dari kejatuhan Khilafah Utsmaniyah adalah hilangnya kepemimpinan global umat Islam yang mampu menyatukan mereka untuk membela Palestina. Saat ini tidak ada satu entitas politik atau kekuatan global yang bisa memobilisasi umat Islam secara efektif untuk membebaskan Palestina.

 

Bagaimana makar negara-negara imperialis dalam mempertahankan eksistensi entitas Yahudi di Palestina?

Secara historis, negara-negara imperialis Baratlah yang melahirkan, memelihara dan membesarkan entitas Yahudi untuk menjadi duri di Timur Tengah dan alat kontrol negara-negara penjajah atas kawasan yang amat strategis itu. Kawasan tersebut tidak boleh dibiarkan dalam kondisi yang stabil. Sebagai penguasa awal di Palestina, Inggris memiliki kepentingan besar untuk mendukung pendirian entitas Yahudi di Palestina. Inilah yang saya maksud dengan akar konflik dan ketidakstabilan yang terus-menerus di Timur Tengah. Krisis ini juga dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok nasionalis Arab untuk kepentingan mereka. Penjajahan Palestina oleh entitas Yahudi dijadikan faktor untuk membangkitkan sentimen nasionalisme Arab.

Narasi global yang dikendalikan oleh media arus utama sering kali menggambarkan Palestina sebagai konflik etnis atau perebutan wilayah, bukan sebagai penjajahan atas tanah suci umat Islam dan penistaan terhadap simbol agama (Masjidil Aqsha dan tempat suci lainnya).

Penjajahan atas Palestina bukan hanya fisik, tetapi juga menyasar kesadaran umat Islam. Ada upaya sistematis untuk menjauhkan umat Islam dari sejarah pembebasan Palestina oleh para pahlawan Islam, dan membatasi Palestina sebagai isu lokal, sebagai konsekuensi paham nasionalisme, bukan kewajiban umat Islam secara global.

 

Siapa yang paling diuntungkan dengan konflik dan hancurnya Palestina?

Jelas negara-negara penjajah sangat diuntungkan dengan memelihara konflik di Timur Tengah. Ini karena Timur Tengah itu tidak akan lepas dari isu Islam, letak strategis, entitas Yahudi dan masalah minyak atau penjajahan. Negara kafir penjajah sangat berkepentingan untuk mengontrol kawasan itu.

 

Bagaimana makar negara-negara imperialis sehingga pemimpin negeri-negeri Islam tidak berpikir secara serius membebaskan Palestina, selain hanya seruan gencatan senjata dan perundingan semata?

Perlu dicatat bahwa rezim Arab juga merupakan bentukan Barat. Rezim boneka tersebut juga menjadikan isu Palestina sebagai alat untuk memperkokoh kedudukan mereka di mata rakyat Arab. Tepatnya untuk mendapatkan simpati rakyat. Faktanya, apa yang mereka katakan hanya sebuah retorika, terkesan membela Palestina. Sama halnya dengan Inggris, AS juga memanfaatkan krisis Palestina untuk lebih memperkokoh panjajahannya di kawasan tersebut.

 

Apa yang harus dilakukan oleh umat Islam agar permasalahan Palestina bisa terselesaikan dengan tuntas?

Masalah Palestina hanya akan tuntas dengan jihad dan Khilafah. Penjajahan entitas Yahudi atas tanah Palestina harus dituntaskan dengan jihad pengusir penjajah. Dalam kondisi umat Islam tanpa Khilafah, jihad masih bisa dilakukan oleh individu atau kelompok, seperti yang dilakukan rakyat Palestina. Namun, efektivitasnya terbatas karena tidak terkoordinasi secara global. Di sinilah peran Khilafah dalam mengorganisasikan jihad. Khilafah akan menyatukan kekuatan umat Islam dalam melawan penjajahan dengan kekuatan militer. Jihad dan Khilafah adalah bagian integral dari Islam yang dapat menjadi solusi strategis untuk masalah Palestina. Khilafah juga dapat menjadi simbol persatuan umat Islam yang menguatkan posisi mereka di kancah internasional.

Imam al-Mawardi, di dalam kitabnya, Al-Ahkaam as-Sulthaaniyyah (hlm. 13-15), me­ngatakan, “Tugas Khalifah adalah menjaga agama, menegakkan hukum dan melindungi wilayah kaum Muslimin dari serangan musuh. Di antara tugasnya adalah memobilisasi jihad untuk me­lawan musuh yang memusuhi Islam.”

Imam Ibnu Qudamah, dalam Al-Mughni (9/198-200), juga menegaskan, “Jihad adalah kewajiban yang harus diatur oleh pemimpin kaum Muslim. Khalifah bertugas mengatur strategi, memobilisasi pasukan dan memastikan bahwa jihad dilakukan sesuai dengan syariah.”

Peran Khilafah dalam pembebasan Palestina dapat dibuktikan dalam sejarah panjangnya. Seperti yang saya sudah sebutkan, Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. berhasil membebaskan Palestina dari kekuasaan Bizantium pada tahun 637 M dan Shalahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Palestina dari Tentara Salib melalui persatuan umat di bawah kepemimpinannya. Kejatuhan Khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924 membuka jalan bagi penjajahan atas Palestina. Tanpa Khilafah, umat Islam kehilangan kekuatan politik global untuk melindungi tanah suci mereka. Inilah yang harus jadi prioritas perjuangan umat saat ini.

WalLahu a’lam. []

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 + seven =

Back to top button