Siyasah Dakwah

Militer Kuat, Bebas dari Oligarki dan Pengaruh Barat

Peran militer dalam negara begitu penting. Militer berperan menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah, melindungi keamanan nasional, alat pertahanan terhadap invasi asing, diplomasi untuk daya tawar internasional dan menjaga martabat bangsa. Kuat dan tidak suatu negara sering dilihat dari kekuatan militernya. Bahkan untuk mendukung kekuatan militer, anggaran negara pun digelontorkan begitu besar.

Militer dipengaruhi oleh ideologi, politik, ekonomi dan hukum yang diterapkan negara. Jika negara mengadopsi demokrasi dalam politiknya, maka militer menjaga sepenuh jiwa penerapannya. Tanpa mempedulikan baik dan buruknya. Baru ketika dalam situasi genting, militer menjadi penjaga utama dengan mengambil pemerintahan sipil sementara. Khususnya keamanan dan ketertiban dalam darurat militer.

Struktur dan unsur pembentukan militer suatu negara sering tak lepas dari pengaruh asing. Apalgi pengaruh penjajah Barat di negeri-negeri Islam sangat signifikan. Kondisi ini terwujud setelah Perang Dunia 1 dan 2, juga setelah keruntuhan kedigdayaan militer Khilafah Turki Utsmani. Demi menghegemoni wilayah bekas jajahannya, penjajah Barat menancapkan ideologi jahatnya (Kapitalisme) untuk diadopsi dan diwariskan. Alhasil, militer pun diintervensi dan dalam kendalinya.

 

Pengaruh Asing di Tubuh Militer

Ketika Khilafah Islamiyah runtuh, Barat segera menyusun strategi untuk menyiapkan sistem dan orang yang akan menjadi penjaganya. Orang-orang yang dipilih dididik dan didukung sebagai kepanjangan tangan Barat di negerinya. Melalui militer, asing menanamkan pengaruhnya:

 

1)       Doktrin dan Strategi Militer.

Penanaman doktrin dan strategi dilakukan secara sistemis di pusat pendidikan militer Barat seperti: The US Military Academy (1802), West Point, New York; Royal Military Academi Sandhurst (1741), Camberley, UK; Voroshilov General Staff Academy (1936) Rusia; PLA National Defense University (1985), Beijing, China; École Spéciale Militaire de Saint-Cyr (1802), Brittany, Perancis; Helmut Schmidt University–Bundeswehr University Hamburg (1973), Jerman.

Pendirian King Abdulaziz Military Academy (1955), Arab Saudi, menjadi pelatihan perwira Angkatan Darat Arab Saudi dengan pengaruh besar dari akademi militer Barat seperti Sandhrust (Inggris) dan West Point (AS).

 

2)        Campur Tangan Politik dalam Militer.

Sejak Perjanjian Camp David (1979), AS telah memberikan bantuan militer tahunan kepada Mesir untuk pertahanan dan perang melawan ‘terorisme’. Mesir menerima USD1,3 miliar pada tahun 2024. AS memiliki pengaruh besar dalam politik Mesir dengan dukungannya pada kudeta militer yang menggulingkan Presiden Muhammad Morsi tahun 2013. Jenderal Abdel-Fattah El-Sisi kemudian naik menjadi presiden atas restu AS.

Adapun Indonesia, AS tidak langsung memberikan bantuan dana militer, namun lebih pada kerja sama mitra strategis dan latihan bersama. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi melakukan pertemuan billateral dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan sejumlah pejabat AS lainnya di Washington DC, Amerika Serikat. Pertemuan tersebut membahas kemitraan dialog strategis antar kedua negara dari mulai soal kesehatan hingga perdagangan.1

TNI Angkatan Darat (AD) menggelar latihan bersama dengan US Army di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI AD di Martapura, Batu Raja, Sumatera Selatan (Sumsel). Latihan bertajuk Garuda Shield ke-15 berlangsung 1-14 Agustus 2021. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa dan Commanding General USARPAC General Charles A. Flynn hadir pada upacara pembukaan. General Flynn mengatakan latihan ini merupakan simbol dari tujuan yang lebih besar dari kerja sama militer Indonesia dan Amerika di masa depan.

 

3)        Keberadaan Pangkalan Militer.

Pangkalan militer berdiri tegak di Timur Tengah. Pangkalan udara terbesar AS di Al-Udeid Air Base, Qatar, digunakan untuk operasi militer di Irak, Suriah dan Afganistan. Pangkalan di Arab Saudi sejak Perang Teluk tahun 1991. Markas utama armada ke-5 Angkatan Laut AS di Naval Support Activity, Bahrain, mengontrol jalur perdagangan minyak di selat Hormuz.

Dampak keberadaan pangkalan ini, negara di Timur Tengah tidak bersikap independen dalam kebijakan luar negeri AS, terutama terkait Palestina dan Iran. AS pun memiliki akses langsung mengintervensi konflik di Dunia Islam kapan pun diperlukan.

 

4)        Ketergantungan pada Alutsista dan Teknologi Barat.

Negara-negara Teluk dan Mesir menyumbang lebih dari 25% penjualan senjata global dalam empat tahun terakhir, menurut sebuah laporan yang dirilis Senin. Laporan empat tahunan The Stockholm International Peace Research Institute’s (SIPRI) tentang transfer senjata internasional merinci impor dan ekspor senjata di seluruh dunia antara tahun 2019 dan 2023.

Arab Saudi merupakan importir senjata terbesar kedua di dunia dari tahun 2019 hingga 2023, dengan pangsa pasar sebesar 8,4%. Qatar berada di posisi ketiga dengan pangsa pasar sebesar 7,6%. Menurut data SIPRI, India merupakan importir terbesar dengan pangsa pasar global sebesar 9,8%.2

Ketergantungan ini mengikat kebijakan luar negeri negara pamasok serta ketersediaan suku cadang dan pemeliharaan yang dikendalikan oleh negara produsen. Alhasil, penentuan strategi pertahanan dengan senjata teknologi asing membutuhkan pelatihan dan doktrin sesuai standar negara produsen.

Ketika pengaruh asing semakin kuat di militer, maka penjajah Barat hakikatnya ingin terus mencengkram Dunia Islam yang telah kehilangan pelindungnya.

 

Motif Barat Mengendalikan Militer

Barat memahami bahwa dengan mengontrol militer, berarti tidak lagi harus capek-capek berkorban dalam peperangan fisik yang melelahkan dan mengeluarkan banyak uang. Di sisi lain, Barat memahami cara yang efektif dan efisien. Di antaranya:

Pertama, menjaga dominasi global untuk memastikan tidak ada kekuatan lain yang mampu menandingi dan menantang dominasinya.

Kedua, mencegah kebangkitan kekuasaan Islam. Barat menyadari kekuatan militer Dunia Islam jika dilandasi aqidah Islam untuk mengusir penjajahan. Militer dipandang sebagai kekuatan perlawanan dominasi Barat di negeri-negeri Muslim pada masa penjajahan maupun sesudahnya.

Ketiga, mengamankan ketersediaan sumber daya alam. Mayoritas dunia Islam kaya SDA. Barat ingin masuk melalui Multi National Company-nya. Demi menjaga keamanan dan eksistensi kepentingan eksplorasi SDA, keamanan menjadi isu sentral. Upaya mulus mengontrol militer berarti akses langsung terhadap SDA.

Keempat, menjaga rezim yang pro-Barat. Dunia sudah memahami bahwa pemimpin Dunia Islam masih menaruh harapan dan loyalitas kepada Barat. Bahkan mereka tak segan bergandengan tangan dengan negara yang telah menjajah Dunia Islam. Tak pelak, pemimpin itu menjadi kaki tangan dan pemimpin boneka atas restu dan kendali Barat. Karena itu, melalui anteknya, Barat dengan mudah memasuki setiap lini Dunia Islam dengan tujuan hegemoni atas penjajahan baik fisik maupun non-fisik.

 

Langkah Strategis Melepas Cengkeraman

Oligarki dalam tubuh militer mengacu pada sekelompok kecil elit, baik dari kalangan penguasa, pengusaha maupun pihak asing, yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebijakan militer suatu negara. Di banyak negara Islam, oligarki ini sering didukung oleh kepentingan Barat untuk memastikan militer tetap tunduk pada kepentingan mereka. Upaya mendidik sejak taruna disiapkan untuk menanamkan ideologinya. Pengkaderan secara sistemis bahkan memberikan dukungan untuk naik jabatan. Karena itu militer kerap berpihak pada kepentingan oligarki dan asing daripada membela kepentingan rakyat.

Langkah melepaskan kendali dari asing dan oligarki dalam militer bisa ditempuh sebagai berikut:

Pertama, penguatan ideologi yang shahih (Islam). Barat dan oligarki dengan ideologi kapitalismenya begitu merusak struktur berpikir dan bertindak militer di Dunia Islam. Penguatan idelogi Islam menjadi bargaining position yang lebih kuat. Keyakinan terhadap ideologi Islam ditanamkan untuk menguatkan daya berpikir kritis dan bertindak sejalan dengan Islam.

Kedua, membangun loyalitas pada Islam dengan pembinaan intensif, mulai dari aqidah, syariah, siyaasah, fiqih dan dakwah. Penetrasi tsaqaafah Islam akan menguatkan militer untuk mempersembahkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan kepada asing maupun oligarki. Dedikasinya tinggi karena puncak dari semua adalah ridha Allah.

Ketiga, menghadirkan ulama untuk mengajarkan Islam dan kisah-kisah heroisme pejuang. Tujuannya menumbuhkan ketakwaan dan ghiirah untuk berjihad di jalan Allah.

Keempat, membangun kekuatan militer yang mandiri, baik sarana maupun prasarana. Kemandirian ini sejalan dengan ideologi Islam untuk membangun industri militer yang kuat demi menjaga negara dan menyebarkan Islam ke seluruh alam.

Kelima, memanggil generasi terbaik dari umat untuk penelitian alutsista dan teknologi militer modern. Tujuannya adalah untuk menanggulangi embargo dan hegemoni teknologi. Di sisi lain, kemampuan mengimbangi kekuatan militer musuh dan membuatnya gentar.

Keenam, negara dengan sumber dananya menyediakan segala kebutuhan sarana dan prasarana militer. Termasuk menanggung semua kebutuhan pasukan dalam nafkah, keluarga dan segala urusannya. Biaya penelitian untuk menjamin peneliti menghasilkan inovasi teknologi militer terkini.

Langkah ini juga perlu diimbangi dengan mengembalikan fungsi militer yang sesuai tugasnya. Militer tetap harus dalam kendali pemimpin yang shahih. Tujuannya untuk mengontrol dan mengaturnya sesuai kepentingan negara. Tidak boleh militer terjun melindungi kepentingan bisnis oligarki dan elit politik. Posisinya jelas sebagai penjaga negara, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Perlu juga meniadakan perbedaan kelas antara militer dengan rakyat sipil. Sebabnya, militer adalah mitra masyarakat, penjaga keamanan dan segala macam perlindungan untuk masyarakat.

Fungsi militer dalam menjaga kondisi dalam negeri di antaranya:

  • Melindungi pengemban dakwah dan menjaga penerapan syariah Islam kâffah oleh negara. Hal inilah yang menguatkan negara dalam satu ikatan yang sama secara pemikiran, perasaan dan aturan.
  • Menjaga kedaulatan dan keamanan. Khususnya mencegah pemberontakan dan separatisme. Juga menjaga perbatasan negara dari infiltrasi asing.
  • Menjaga ketertiban bersama kepolisian untuk stabilitas yang kondusif serta menjaga stabilitas politik dari ancaman intervensi asing.
  • Melindungi masyarakat dari ragam upaya kezaliman penguasa, hadir dalam kedaruratan bencana, serta memberikan rasa aman dan bagi rakyat dari musuh-musuh Islam.

 

Adapun untuk kepentingan luar negeri militer berperan:

  • Menjaga kedaulatan Islam dari ancaman eksternal berupa serangan musuh, baik berbentuk kekuatan militer asing maupun operasi intelijen yang merusak stabilitas umat. Hal ini juga menjaga agar tidak dikuasai oleh asing.
  • Jihad untuk menyebarkan dan membela Islam. Ekspedisi perluasan dakwah ini dilindungi oleh pasukan terpilih dan menjadikan Islam rahmatan lil ‘alamin, juga sebagai upaya melindungi kaum muslim dari kezaliman penguasa yang menindas.
  • Menjadi garda terdepan dalam memimpin dunia. Kekuatan militer dalam Islam berfungsi untuk melindungi umat Islam dan membebaskan mereka dari penjajahan, serta menjadi contoh dalam menegakkan keadilan; bukan sebagai alat penjajahan atau eksploitasi sebagaimana penjajah Barat.

 

Khatimah

Mewujudkan militer yang independen, profesionalitas dan kuat bisa terwujud jika segaris dengan ideologi Islam. Hal ini karena Islam membebaskan penghambaan dari manusia hanya kepada Allah. Dengan itu militer memiliki loyalitas bukan asal bos senang atau malah menjadi kaki tangan asing. Khilafahlah yang akan mewujudkan militer digdaya dan menjadi penjaga syariah yang utama. Militer kuat, bebas dari cengkeraman oligarki dan penjajah Barat, bukanlah isapan jempol.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. [Hanif Kristianto (Analis Politik dan Media)]

 

Catatan kaki:

  1. “Indonesia-AS Makin Mesra: Bantuan Triliunan Hingga Latihan Bersama” https://news.detik.com/berita/d-5671541/indonesia-as-makin-mesra-bantuan-triliunan-hingga-latihan-bersama?page=1
  2. Saudi Arabia, Qatar, Egypt among world’s top arms importers: SIPRI https://www.al-monitor.com/originals/2024/03/saudi-arabia-qatar-egypt-among-worlds-top-arms-importers-sipri

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen + fourteen =

Back to top button