Dari Redaksi

Solusi Dua Negara: Solusi Pengkhianatan!

Pernyataan Presiden Prabowo Subianto dalam kunjungannya ke Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang mendukung solusi dua negara atas konflik Palestina-Israel, adalah sebuah pengkhianatan terang-terangan. Sikapnya bukan hanya pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina, tetapi juga terhadap prinsip konstitusi negeri ini dan, yang lebih besar, terhadap ajaran Islam itu sendiri.

Bagaimana mungkin seorang pemimpin Muslim mendukung “solusi” yang justru melegalkan eksistensi entitas penjajah Yahudi yang telah mencaplok tanah umat Islam, membunuhi anak-anak dan wanita, serta mengusir jutaan rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri? Bagaimana mungkin ia menyebut solusi dua negara sebagai jalan damai, padahal itu adalah jalan untuk melegitimasi dan mengokohkan penjajahan?

Solusi dua negara sejatinya adalah pengakuan terhadap penjajah Yahudi. Meskipun dikatakan solusi ini mensyaratkan kemerdekaan Palestina, pada hakikatnya ini adalah bentuk legitimasi terhadap keberadaan negara penjajah Yahudi. Padahal, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia berkomitmen untuk menentang segala bentuk penjajahan di atas dunia. Karena itu mendukung solusi dua negara sama saja dengan mendukung pelanggaran terhadap konstitusi negeri ini.

Lebih dari itu, solusi dua negara adalah proyek lama Amerika Serikat yang bertujuan untuk menjaga eksistensi entitas Yahudi sang penjajah. Palestina “merdeka” dalam kerangka ini hanyalah negara boneka yang pasti dilemahkan—tanpa kekuatan militer, tanpa kedaulatan penuh, tanpa kemampuan untuk mempertahankan diri. Ia hanya akan menjadi kantong administratif, yang dijaga oleh pasukan lokal tak bersenjata berat, untuk memfasilitasi keamanan entitas penjajah Yahudi. Inilah yang disebut negara tanpa kedaulatan dan wilayah tanpa kemerdekaan.

Pengakuan terhadap penjajah Yahudi bukan hanya bertentangan dengan akal dan kemanusiaan, tetapi juga secara tegas bertentangan dengan syariah Islam. Dalam Islam, penjajahan tidak diakomodasi. Penjajahan tidak dinegosiasikan. Penjajah adalah musuh yang wajib diperangi dan diusir. Allah SWT berfirman (yang artinya): Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian dan janganlah kalian melampaui batas. Sungguh Allah tidak menyukai kaum yang melampaui batas. Usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 190–191).

Apakah ayat ini tidak cukup jelas? Penjajah harus diperangi. Mereka harus diusir. Bukan diakui. Bukan diberi negara bahkan dilegalkan. Maka dari itu, dukungan terhadap solusi dua negara—yang melegalkan keberadaan penjajah Yahudi di atas tanah suci umat Islam—adalah bentuk penghinaan terhadap hukum Allah SWT dan umat Islam.

Solusi dua negara yang digaungkan oleh para pemimpin negeri-negeri Muslim hari ini mencerminkan satu fakta pahit: mereka bukan bagian dari solusi, tetapi bagian dari masalah itu sendiri. Mereka adalah agen-agennya solusi palsu. Mereka adalah pelindung status quo penjajahan. Mereka adalah penghalang pembebasan sejati Palestina.

Apa yang disampaikan Amir Hizbut Tahrir, Syaikh Atha‘ bin Khalil Abu ar-Rasytah, dalam sambutan Idul Adha 1446 Hijrah sangat penting untuk kita perhatikan dan sambut. Pertama: Hari Raya ini datang, sementara serangan Yahudi dengan dukungan Amerika dan persenjataannya masih terus berlangsung terhadap Gaza Hasyim dan seluruh Palestina. Para penguasa di negeri kaum Muslim hanya mengamati apa yang terjadi, menghitung syuhada’ dan menyebut mereka sebagai korban tewas! Yang paling baik jalannya adalah orang-orang moderat yang seolah-olah pada posisi netral bahkan lebih dekat kepada Yahudi!

Kedua: Sungguh tidak aneh jika Amerika dan kaum kafir penjajah dan buatan mereka, negara Yahudi, menyerang kita. Sebabnya, mereka adalah musuh Islam dan kaum Muslim bukan dari hari ini, tetapi sejak bertahun-tahun lalu. Demikian juga tidak aneh jika kaum kafir penjajah dengan mengandalkan hukum internasional dapat menyerang negeri-negeri kaum Muslim. Pasalnya, hukum ini sejak pertama kali dibuat memang untuk melawan kaum Muslim dan negara mereka (Ad-Daulah al-Utsmaniyah) pada Konferensi Westphalia tahun 1648 M, yang kemudian berkembang menjadi Liga Bangsa-Bangsa dan kemudian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Semua ini tidak aneh.

Ketiga: Yang aneh/mengherankan, para penguasa di negeri kaum Muslim yang bertetangga dengan Palestina mengamati apa yang terjadi di sana berupa kejahatan-kejahatan dan pembantaian, sementara mereka diam dan menghalangi pasukan dari menolong Gaza bahkan dari seluruh Palestina. Bahkan mereka menjamin penerapan keputusan-keputusan internasional yang mematikan bagi kaum Muslim. Semoga Allah membinasakan mereka bagaimana mereka sampai dapat dipalingkan!

Keempat: Wahai tentara di negeri kaum Muslim! Mari bersegera menolong saudara-saudara Anda di Gaza. Jika rezim-rezim pemerintah diktator yang eksis di negeri kaum Muslim menghadang Anda maka tindaklah mereka. Tegakkanlah hukum (pemerintahan yang disyariatkan) Allah untuk menggantikan mereka. Tegakkanlah Al-Khilâfah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini sebagai perealisasian kabar gembira Rasulullah saw.: “…Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian…” (HR Ahmad)

Alhasil, apa yang dibutuhkan umat Islam saat ini bukanlah kompromi politik, tetapi kekuasaan politik Islam, yaitu Khilafah Islamiyah ‘alâ minhâj an-nubuwwah. Khilafah inilah yang akan menyatukan umat, mengonsolidasikan kekuatan negeri-negeri Muslim dan mengirimkan pasukan untuk membebaskan Palestina sebagaimana dulu Salahuddin membebaskan al-Quds dari cengkeraman Salibis.

Wahai Kaum Muslim! Tidak cukup kita marah. Tidak cukup kita mengecam. Saatnya kita sadar. Pembebasan Palestina membutuhkan tegaknya Khilafah. Tidak akan ada penegakan syariah tanpa pemimpin yang tunduk pada al-Quran dan as-Sunnah. Tidak akan ada kemenangan kecuali kita kembali pada Islam sebagai ideologi dan sistem kehidupan.

Karena itu, solusi dua negara bukanlah solusi. Itu adalah pengkhianatan. Solusi sejati adalah menegakkan Khilafah dan mengusir penjajah Yahudi dari seluruh tanah Palestina dengan mengirimkan pasukan militer. Inilah yang akan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina. Inilah jalan satu-satunya menuju kemenangan yang hakiki. AlLâhu Akbar! [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − fourteen =

Back to top button