
Catatan Hitam Rezim Uzbekistan
Islam Karimov dikenal sebagai pemimpin bertangan besi. Sebelum menjabat sebagai presiden Uzbekistan setelah negeri itu melepaskan diri dari Uni Soviet, Islam Karimov adalah kepala dinas intelijen KGB di Uzbekistan. Dia dikabarkan meninggal. Karimov kemudian digantikan mantan Perdana Menteri Shavkat Mirziyoyev. Sejak Karimov berkuasa, pengawasan politik yang keras memaksa pemimpin oposisi dalam pembuangan. Dia bahkan telah banyak menjatuhkan hukuman penjara dalam jangka panjang. Catatan kekejaman Karimov ini berkali-kali disampaikan oleh beberapa lembaga hak-hak sipil dan HAM. Dubes Inggris di Uzbekistan Craig Murray pernah mengatakan, rezim Karimov mendidihkan orang sampai mati. Belum lagi siksaan-siksaan yang pernah disebut PBB.
Setiap tahun, Pemerintah Uzbek menahan dan menghukum penjara ratusan umat Islam. Sekitar 150 pemimpin agama Uzbek, termasuk 14 wanita, dijatuhi hukuman penjara tahun lalu. Demikian menurut laporan oleh Kelompok Inisiatif Independen Hak Asasi Manusia Pembela Uzbekistan (IGNPU).
Satu hukuman memicu beberapa penangkapan, interogasi dan hukuman dari anggota keluarga, tetangga, teman dan mitra bisnis mereka. Orang-orang yang dituduh sebagai tergabung kelompok Islam secara rutin diekstradisi dari Rusia dan negara-negara bekas Soviet lainnya. Kadang-kadang petugas keamanan Uzbek menculik orang-orang yang mengubah kewarganegaraannya atau yang mencari suaka.
Setelah dipenjara, mereka dihukum berat karena shalat. Sering dimasukkan ke dalam sel isolasi. Hukumannya diperpanjang secara sewenang-wenang karena sedikit “melakukan pelanggaran aturan di penjara”. Demikian menurut laporan Human Rights Watch, badan pengawas HAM internasional.
Setidaknya 23 Muslim dipenjara dan disiksa sampai mati pada tahun 2014, kata laporan IGNPU. Jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Kasus-kasus lain tetap tidak dilaporkan karena keluarga korban terlalu takut untuk menghubungi kelompok-kelompok HAM, atau beberapa wartawan independen, katanya.
Sejak Karimov didikte Washington, praktis negara ini tunduk melakukan propaganda “perang melawan terorisme”. Ia akan segera memberangus gerakan-gerakan Islam yang membenci atau tak setuju dengan dirinya. Selama berkuasa, ada puluhan ribu Muslim dan Muslimah ditahan tanpa diadili. Ribuan lainnya disiksa. Ratusan lainnya telah dibunuh di luar pengadilan. Muslimahnya selalu terancam tindak pelecahan seksual selama interogasi. Mereka yang dipenjara melaporkan bahwa mereka menjadi sasaran pemukulan, kurungan di ruang bawah tanah dalam kondisi yang tak tertahankan untuk manusia, serta suntikan dengan darah terinveksi HIV karena mereka tetap shalat dan menolak memohon ampunan kepada Karimov.
Steve Crawshaw, Direktur Human Rights Watch London, menyatakan, “Polisi di Uzbekistan menggunakan sengatan listrik, pukulan dan perkosaan untuk memaksa pengakuan. Mereka membuat sesak nafas tahanan dengan tas plastik, menyiram dengan gas klor, atau mematikan ventilasi udara di sel bawah tanahnya. Mereka menggantung lelaki secara telanjang pada pergelangan tangan dan kaki. Dalam sebuah kasus tahun lalu (2003), dokter menemukan bahwa luka bakar pada tubuh seorang tahanan yang mati di tahanan ialah akibat dicelupkan ke dalam air mendidih. Tangannya tak lagi berkuku. Inilah gaya dari rezim Karimov.”
Secara intens kezaliman dilakukan Karimov terhadap syabab Hizbut Tahrir secara khusus. Juga banyak dari kezaliman itu menimpa setiap orang yang menyerukan Islam meski bukan berasal dari Hizbut Tahrir. Karimov takut Hizbut Tahrir akan mampu menggerakkan pemikiran dan perasaan umat di negeri ini sehingga umat bergerak untuk menjatuhkan pemerintahan karena kezaliman, kekufuran dan kediktatorannya. Bangsa-bangsa Asia Tengah tidaklah jauh lagi untuk meletus hingga terjadi revolusi rakyat melawan penguasa tirannya, khususnya penguasa Uzbekistan. [Umar Syarifudin]