
Pemimpin Terburuk
Amirul Mukminin, anak paduka itu lebih layak untuk menerima jabatan khalifah ini. Jadikan sajalah ia menjadi khalifah. Kami akan menerimanya.” Begitu kata sebagian kaum Muslim kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab. Suatu tawaran tulus dari sebagian Sahabat Rasulullah saw. Jauh dari sikap menjilat. Bukan karena Abdullah bin Umar semata anak sang Khalifah, melainkan juga beliau adalah salah seorang pemuda yang dalam ilmunya.
Kala itu ada tiga Abdullah sahabat muda Rasulullah yang terkenal ilmu dan adabnya: Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Umar.
Abdullah bin Umar merupakan perawi hadis terbanyak kedua setelah Abu Hurairah. Ada sebanyak 2.630 hadis yang beliau riwayatkan. Beliau selalu mengikuti kemana Rasulullah saw. pergi. Aisyah ra. istri Rasulullah saw., pernah memuji dirinya dan berkata, “Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar.”
Berbagai peperangan pun beliau ikuti seperti Perang Khandaq, Perang Mu’tah, Fathu Makkah, Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika. Namun, sekalipun putranya layak sebagai khalifah, Umar bin al-Khaththab ra. menolak tawaran itu. “Tidak ada kaum keturunan Al-Khaththab hendak mengambil jabatan khalifah ini untuk mereka. Abdullah tidak akan turut memperebutkan jabatan ini.”
Beliau pun melirik ke putranya seraya berkata, “Anakku Abdullah, sekali-kali jangan. Sekali-kali jangan engkau terbersit hendak mengambil jabatan ini!” Abdullah bin Umar pun menjawab dengan tegas, “Baik, Ayah.”
Begitu kisah indah penuh tawadhu yang ditampakkan oleh Amirul Mukminin Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. dan putranya sebagaimana dinukil oleh Buya Hamka dalam bukunya, Sejarah Umat Islam.
“Rasanya jarang ya sikap seperti itu,” ujar Ahmad. “Umumnya sekarang penguasa mendorong-dorong keluarganya menjadi pejabat. Ada yang mempromosikan anaknya menjadi anggota Dewan atau wakil kepala negara. Istrinya menjadi wali kota. Mantunya menjadi gubernur. Pamannya menjadi hakim MK, dan sebagainya,” tambah anak muda itu.
“Rezim sekarang apa lagi. Membangun dinasti,” Daffa menimpali.
Itu rupanya realitas yang dirasakan. Pada Januari 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya digugat ke Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dengan dugaan melanggengkan nepotisme dan membangun dinasti politik di Indonesia. Penggugatnya adalah Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) dan Perekat Nusantara. “TPDI dan Perekat Nusantara melihat Nepotisme Dinasti Politik Presiden Jokowi telah berkembang sangat cepat, sehingga telah menjadi ancaman serius terhadap pembangunan demokrasi,” kata Koordinator Perekat Nusantara, Carrel Ticualu (12/1/2024).
Pada 20 September 2024, sekelompok mahasiswa mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut tuntas dan memeriksa keluarga Presiden Joko Widodo atas berbagai dugaan kasus korupsi. Wakil Ketua Umum MUI, Buya Anwar Abbas, menyampaikan, “Sepuluh tahun berkuasa, dia meninggalkan banyak luka di hati rakyat yang terzalimi.”
Pada 30 September 2024, Habib Rizieq Syihab, Mayjen TNI (Purn) Soenarko, Eko Santjojo, Edy Mulyadi, Mursalim, Marwan Batubara dan Munarman menggugat Presiden Joko Widodo ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam gugatan ini dijelaskan bahwa sejak menjadi Cagub DKI Jakarta tahun 2012, Capres tahun 2014 dan 2019 hingga menjabat sebagai Presiden, Jokowi dianggap telah melakulan rangkaian kebohongan. “Sidang perdana G30S/Jokowi akan dimulai 8 Oktober. Apakah istana akan teror dan ancam para penggugat?” Alfian Tanjung berkomentar.
Dalam Bang Edy Chanel (4/10/2024), menantu Bung Hatta, Prof. Sri Edi Swasono mengatakan, “Sejak dua tahun lalu saya sudah katakan, Jokowi common enemy. Seharusnya sejak dulu rakyat bergerak untuk melengserkan dia.”
“Ribet. Bagaimana ya perasaan di akhir kekuasaan banyak masyarakat yang tidak menyukainya?” tanya Daffa secara retoris.
Saya jadi teringat pada hadis Rasulullah saw. saat beliau bersabda, “Sebaik-baik imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian serta yang kalian doakan dan mereka juga mendoakan kalian. Seburuk-buruk imam (pemimpin) kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian serta yang kalian laknat dan mereka juga melaknat kalian.” Mereka berkata: Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah tidak kita perangi saja mereka pada saat demikian?” Rasul menjawab, “Tidak, selama mereka masih menegakkan salat di tengah-tengah kalian. Ingatlah, siapa yang diperintah oleh seorang wali, lalu ia melihat wali itu melakukan sesuatu kemaksiatan kepada Allah, maka hendaknya ia membenci kemaksiatan itu dan janganlah ia melepaskan tangan dari ketaatan.” (HR Muslim, Ahmad dan ad-Darimi).
Ternyata, pemimpin yang membeci rakyat dan karena itu ia dibenci oleh rakyatnya termasuk dalam katagori seburuk-buruk pemimpin. Na’uudzu bilLaahi min dzaalik.
WalLaahu a’lam. [Muhammad Rahmat Kurnia]