
Ayna al-Muslimûn? (Renungan Bagi Kaum Muslim)
Krisis Palestina adalah aib bagi umat manusia, aib bagi peradaban dunia di bawah asuhan buruk Kapitalisme Global, aib bagi mereka yang mendiamkan kejahatan nyata Zionis Yahudi dan sekutunya dari rezim-rezim kampiun Demokrasi Barat. Mereka tak bergerak, diam, tak menggunakan kekuatan tangan dan lisannya untuk mencegah kejahatan mereka. Padahal Gaza telah berteriak lantang meminta pertolongan. Bukankah kita mendengar firman-Nya:
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan (QS al-Anfal [8]: 72).
Krisis Palestina adalah pelajaran tentang pentingnya persatuan dunia di bawah kepemimpinan Islam, yang menghidupkan syiar dakwah dan jihad, serta menebar rahmat bagi semesta alam. Palestina adalah semangat untuk bersatu melawan kezaliman dan tontonan ketidakadilan negara-negara Barat kepada Islam dan kaum Muslim. Apakah layak kaum Muslim masih berharap kepada mereka dengan sistem kepemimpinan Kapitalisme-Demokrasi Global yang penuh tipu daya dan kemunafikan? Berharap solusi kepada mereka yang tidak mengimani Allah dan Rasul-Nya, dan lembaga-lembaga internasional yang didirikan di atas landasan selain Islam adalah angan-angan kosong, bahkan bertentangan dengan amanah Rasulullah saw. Dari Anas ra., Rasulullah saw. bersabda:
Janganlah kalian meminta bantuan penerangan dengan api kaum musyrik (HR al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa’i dan al-Baihaqi).
Imam al-Baihaqi (w. 458 H) dalam As-Sunan al-Kubrâ’ menjelaskan hadis ini dengan menyatakan, “Sungguh Nabi saw. bersabda (maksudnya), yakni janganlah kalian mengambil petunjuk orang musyrik dalam hal apapun dalam urusan kalian.”
Al-Baihaqi lalu menegaskan hal tersebut dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan teman kepercayaan kalian orang-orang di luar kalangan kalian. Mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadaratan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi (QS Ali Imran [3]: 118).
Ini menunjukkan bahwa kaum musyrik yang dimaksud mencakup kaum kuffaar secara umum. Islam nyata mewajibkan umara’ mencegah kebiadaban Zionis Yahudi dengan kekuatan tangan (kekuasaan) mereka. Para ulama serta kaum Muslim secara umum wajib mengingatkan penguasanya untuk menunaikan kewajiban tersebut, agar mengerahkan segenap daya upaya mengulurkan pertolongan atas kaum Muslim Gaza. Dari Abu Said al-Khudri ra.: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, ubahlah dengan kalbunya, dan hal itu adalah selemah-lemahnya iman (HR Muslim, Ahmad, Ibn Majah dan Ibn Hibban).
Hal ini dipertegas oleh hadis dari Hudzaifah Ibn al-Yaman ra., dari Nabi saw. yang bersabda:
Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau, jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan siksa-Nya dari sisi-Nya kepada kalian. Kemudian kalian memohon kepada-Nya, namun doa tidak lagi dikabulkan (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi).
Hadis ini, diungkapkan dengan banyak penegasan (tawkîd), yakni qasam (sumpah kepada Allah pada kalimat [ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ]) dan lam serta nûn at-tawkîd ats-tsaqîlah, yang mempertegas kebenaran informasi dalam hadis, menekankan pentingnya amar makruf nahi mungkar, dengan tuntutan wajib berdasarkan adanya peringatan keras bagi siapa saja yang mengabaikan kewajiban ini, yakni kalimat yang mengandung ancaman dalam dua bentuk: Pertama, azab datang tak pandang bulu; kedua, doa tidak akan dikabulkan.
Zionis Yahudi didukung Negara-Negara Demokrasi Barat, dengan menggunakan kekuatan dana dan militer, membombardir dan meluluhlantakkan Gaza dan membantai kaum Muslim di sana. Tidak ada bahasa yang bisa mereka pahami selain bahasa setara. Umara’ wajib mengirimkan bantuan militer, mengerahkan segenap kekuatannya mencegah kejahatan Zionis Yahudi, menolong anak-anak, perempuan dan kaum Muslim di sana! Tidak ada bahasa lain yang lebih tepat. Palestina membutuhkan persatuan kaum Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah yang satu untuk seluruh dunia, dalam komando kepemimpinan Islam untuk mengumandangkan seruan jihad! Bukan bahasa basa-basi di meja diplomasi. Sudah puluhan resolusi dan diplomasi hanya menjadi angin lalu saja, al-jazâ’ min jins al-’amal.
Sejarah jihad Mu’tah dan Tabuk adalah sejarah salafunâ ash-shâlih yang mulia dan Allah muliakan dengan adanya kepemimpinan Islam menghadapi negara adidaya Romawi ketika itu. Ini sebagaimana kita mendapati kisah Khalifah al-Mu’tashim Billah pada era Kekhilafahan ’Abbasiyyah yang menyelamatkan seorang Muslimah dari kejahatan pasukan Romawi di ’Ammuriyah. Ia mengirimkan pasukan yang berhasil menyelamatkan Muslimah tersebut sekaligus menaklukkan ’Ammuriyyah pada 17 Ramadhan 223 H. Ia merealisasikan apa yang disifati Rasulullah saw. dalam sabdanya:
Sungguh Imam (Khalifah) itu perisai; (orang-orang) akan berperang mendukung dirinya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya (HR Muttafaq ’alayhi).
Al-Hafizh al-Nawawi (w. 676 H) dalam kitab syarh-nya atas Shahîh Muslim (XII/230) menjelaskan: Sabda Rasulullah saw. ”Al-Imâm junnah”, yakni seperti as-sitr (pelindung). Ini karena Imam (Khalifah) mencegah musuh dari perbuatan mencelakai kaum Muslim, juga dan mencegah sesama manusia (melakukan kezaliman), memelihara kemurnian ajaran Islam, rakyat berlindung kepadanya dan mereka tunduk pada kekuasaannya.
Kepemimpinan menjadi perisai ketika ia ditegakkan dengan landasan Islam. Islam inilah yang telah mewajibkan umara’ mempersiapkan pasukan militer yang Allah berkahi. ”Suara derap langkah kaki mereka” cukup menggetarkan musuh-musuh agama:
Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, juga dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang, hingga kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian serta selain mereka yang kalian tidak ketahui, sedangkan Allah tahu. Apa saja yang kalian nafkahkan di jalan Allah, niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya (dirugikan) (QS al-Anfal [8]: 60).
Ini adalah amanah dari Allah. Umara’ wajib menjaga amanah Allah ini:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul-Nya (QS al-Anfal [8]: 27).
Imam al-Baidhawi (w. 685 H) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pengkhianatan terjadi dengan menunda-nunda berbagai kefardhuan bahkan kesunnahan. Salah satu kefardhuan mendesak adalah membebaskan Palestina dan bersatu tegakkan Al-Khilâfah ’alâ minhâj an-nubuwwah. Jika tidak, lantas ayna al-Muslimûn (kemana kaum Muslim)?
WalLâhu a’lam. [Irfan Abu Naveed, M.Pd.I]