
Pertumpahan Darah di Sweida dan Pengkhianatan Penguasa Suriah
Dalam langkah yang mengejutkan dan tak terduga, Kementerian Pertahanan Suriah mengumumkan untuk memulai penarikan pasukan tentara Suriah dari Kota Sweida. Ini terjadi setelah adanya kesepakatan antara Pemerintah dan para pemuka agama Druze; juga setelah penugasan oleh Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa—yang memimpin fase transisi—kepada faksi-faksi lokal dan pemuka agama Druze untuk bertanggung jawab atas keamanan di Sweida.
Langkah ini terjadi hanya beberapa hari setelah bentrokan berdarah dan brutal yang menewaskan ratusan saudara kita sebagai syuhada. Penarikan tersebut mengikuti seruan Amerika Serikat agar pasukan Pemerintah meninggalkan provinsi tersebut. Pnerikan itu dilakukan setelah serangkaian serangan udara intens oleh angkatan udara entitas Yahudi terhadap Damaskus, yang menargetkan gedung Staf Umum, Kementerian Pertahanan dan sekitar Istana Kepresidenan.
Sebelumnya, serangan udara juga menghantam beberapa daerah di pinggiran Damaskus, Daraa dan Sweida yang menyebabkan banyak syuhada dan korban luka. Pasca penarikan itu, terjadi tindakan balas dendam yang keji dan memalukan terhadap darah dan kehormatan rakyat Badui kita di Sweida. Penculikan, pembunuhan, penyiksaan dan penyeretan jenazah melalui jalanan menggunakan mobil dilakukan oleh milisi Druze yang diperkuat oleh entitas Yahudi, dengan hasutan kuat dari Hikmat al-Hijri. Ia kini menjadi simbol kriminalitas, penghasutan terhadap negara, seruan separatisme dan tuntutan perlindungan internasional serta pemerintahan otonom.
Di tengah pemandangan yang menyayat hati ini, terdengar teriakan meminta pertolongan yang memanggil kehormatan kaum Muslim dan semangat para tulus ikhlas. Tak lama kemudian, kita menyaksikan pemandangan agung. Ada konvoi besar dari anak-anak dan kabilah-kabilah umat memenuhi cakrawala, merespon seruan tersebut, dari utara hingga selatan negeri, dan dari timur hingga barat. Bahkan semangat itu melampaui batas-batas kolonial buatan Sykes-Picot, dengan kehadiran kuat dari rakyat Irak, Yordania, Arab Saudi, dan lainnya. Milisi-milisi yang mengandalkan dukungan entitas Yahudi mendapat pukulan telak, runtuh di bawah serangan para pejuang kabilah dan gempuran para pemuda umat.
Seperti yang diduga, suara-suara dari Amerika, Barat dan entitas Yahudi pun naik. Mereka menuntut agar pemerintahan Suriah turun tangan untuk mengakhiri konflik. Lalu muncullah kesepakatan baru yang hina, sebagai bentuk penyerahan pada tekanan Amerika dan tuntutan Yahudi! Kementerian Dalam Negeri Suriah mengumumkan penghentian bentrokan di Sweida dan evakuasi para pejuang kabilah dari wilayah tersebut, setelah pasukan keamanan Suriah dikerahkan untuk menegakkan gencatan senjata.
Sementara itu, al-Hijri dengan pongahnya membanggakan syarat-syaratnya yang memalukan terhadap negara, seperti: pasukan keamanan umum hanya boleh berada di batas administratif provinsi (sebagai penjaga perbatasan), bantuan harus dia terima langsung, menteri-menteri Pemerintah dilarang memasuki wilayah Sweida. Semua ini adalah bentuk penolakan terhadap Negara Suriah dan simbol-simbolnya! Ia juga menuntut pembukaan perlintasan ke Yordania dan perlindungan internasional!
Akibatnya, gelombang kemarahan publik dan kabilah meluas atas kegigihan pemerintahan saat ini menghentikan pertempuran di Sweida, tunduk pada perintah Amerika dan memenuhi tuntutan entitas Yahudi. Padahal para pejuang belum menyelesaikan misi mereka, yaitu menghabisi milisi-milisi kriminal pendukung Yahudi yang telah membantai anak-anak kami, menodai kehormatan keluarga kami dan mencacah tubuh para pejuang bahkan saat mereka masih hidup!
Tidak berhenti di situ. Pihak berwenang melakukan tekanan besar untuk menegakkan gencatan senjata, mendirikan pos pemeriksaan untuk mencegah masuknya amunisi ke tangan para pejuang dan memblokir pengiriman bala bantuan. Bahkan mereka mulai menyita senjata para pejuang dan mempersempit ruang gerak mereka.
Perlu dicatat bahwa sejumlah besar pejuang masih bertahan di kota dan menolak pergi. Mereka menyatakan tekad untuk melanjutkan pertempuran hingga masalah milisi pendukung Yahudi diselesaikan. Sebagian lainnya dipaksa keluar dari Sweida oleh Pasukan Keamanan Umum melalui tekanan, pelarangan pasokan amunisi dan pemutusan jalur logistik.
Dalam terang peristiwa ini, kita perlu menegaskan hal-hal berikut:
Pertama, rakyat Syam, termasuk kabilah-kabilahnya, telah membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang yang tulus, mulia, responsif dan pemberani di medan tempur. Mereka adalah kaum yang terhormat, pangkalan rakyat sejati, dan sandaran kokoh bagi siapa saja yang mengenali nilai mereka, memuliakan mereka, dan menempatkan mereka pada derajat yang pantas.
Kedua, mobilisasi kabilah telah menegaskan kembali sebuah realitas politik dan ideologis yang mendalam: bahwa kita adalah satu umat, berbeda dari seluruh bangsa lainnya. Gerakan ini menunjukkan kekuatan umat dan mengungkap rapuhnya rezim-rezim penguasa. Respon umat membuktikan bahwa Islam hidup di hati mereka dan bahwa persatuan berdasarkan Islam adalah denyut nadi dan cita-cita mereka, terutama setelah batas-batas nasional buatan kolonial diruntuhkan oleh tangan-tangan revolusioner.
Gerakan ini menghidupkan kembali semangat revolusi dan jihad dalam hati para pemuda umat, membangkitkan kembali kebencian terhadap entitas Yahudi, dan mendekatkan kita pada pertempuran yang dijanjikan dalam hadis tentang pohon gharqad.
Ketiga, kekuatan sejati dari negara mana pun dan dukungan rakyat yang nyata terhadap kepemimpinan yang tulus dan bersandar kepada Allah, terletak pada umat dan pangkalan rakyatnya, dengan seluruh sumber daya manusia dan materi, kesadaran politik, dan semangat revolusi serta jihad.
Pangkalan rakyat revolusioner telah memainkan peran penting selama 14 tahun terakhir. Hanya orang bijak dan tulus yang akan menghargainya, dan hanya orang bodoh yang akan mengkhianatinya dan mendekat kepada musuh-musuhnya.
Keempat, faksi-faksi pengkhianat di Sweida dan pemimpin sombong mereka yang mendapat dukungan Yahudi tidak memiliki loyalitas atau kehormatan. Mereka telah melakukan semua jenis kejahatan terhadap rakyat kita, di hadapan dunia yang diam dan bersekongkol.
Memberikan kelonggaran kepada mereka atau membiarkan mereka menguasai pusat-pusat kejahatan mereka adalah sebuah kejahatan itu sendiri. Pendekatan lunak terhadap persoalan Druze menunjukkan kelalaian serius dari pihak pemerintahan baru, yang diusir oleh rakyat, menuntut perlindungan internasional dan bahkan menjalin komunikasi dengan entitas Yahudi. Semua ini merupakan bentuk pengkhianatan yang nyata.
Kelima, musuh-musuh kita tidak ingin kita bangkit atau berdiri tegak. Mereka berusaha keras melemahkan kita, memecah-belah kesatuan kita dan mengoyak negeri kita. Tentu agar kita tetap bergantung dan tidak mampu berdiri tanpa mereka. Mereka ingin kawasan selatan Suriah menjadi zona demiliterisasi demi keamanan entitas Yahudi, yang kerentanannya telah dibuktikan oleh para pahlawan Gaza—dengan segala keterbatasan mereka.
Keenam, kita harus yakin bahwa tunduk pada tekanan internasional dan mempercayai janji-janji Amerika hanya akan membawa pada kehancuran di dunia dan akhirat. Kebingungan pemerintahan saat ini, kegagalannya dalam bertindak tegas, kesungguhannya dalam menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi, serta usahanya mencari restu dari Timur dan Barat—dengan mengorbankan revolusi dan prinsip-prinsipnya—adalah jalan yang sangat berbahaya.
Dengan meninggalkan penerapan syariah Allah, pemerintahan ini telah kehilangan dukungan Ilahi yang dulu mengantar kita hingga ke Damaskus. Mengulangi kesalahan yang sama melemahkan reputasi revolusi dan menyia-nyiakan pengorbanan besar yang dibayar dengan darah para Mujahidin.
Allah SWT telah berfirman (yang artinya): Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim sehingga kalian akan disentuh oleh api neraka. Kalian sekali-kali tidak mempunyai pelindung selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan (TQS Hud [11]: 113).
Ketujuh, akidah kita telah menjelaskan secara terang-benderang hakikat hubungan kita dengan entitas Yahudi penjajah yang telah merampas tanah kita, menodai kehormatan kita dan melakukan kejahatan paling mengerikan terhadap rakyat kita di Gaza dan seluruh Palestina. Ini adalah hubungan perang dan perjuangan eksistensial. Pertempuran ini pasti datang. Menunda pertempuran ini hanya akan memperbesar pengorbanan nyawa dan harta.
Kita wajib mempersiapkan diri dan melengkapi segala sarana untuk menghadapi entitas Yahudi. Karena itu, haram hukumnya menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi, atau mengakui kedaulatannya atas sejengkal pun tanah kaum Muslimin.
Kesimpulan:
Langkah pertama menuju kemenangan adalah deklarasi yang tegas dan tulus untuk menerapkan syariah Allah SWT, tanpa penundaan dan tanpa kompromi—dengan mencari keridhaan dan pertolongan-Nya, bukan pengakuan Amerika atau siapa pun.
Tanpa hal ini, kita tidak akan pernah bangkit, dan negeri ini tidak akan pernah meraih keamanan sejati ataupun kedaulatan.
Kita harus bertumpu pada pangkalan rakyat revolusioner dan orang-orang ikhlas dari anak-anak umat, karena mereka adalah penopang sejati setelah pertolongan Allah SWT pada saat krisis dan cobaan. Allah SWT berfirman (yang artinya): Siapa saja yang bertawakal kepada Allah, cukuplah Allah bagi dirinya. Sesungguhnya Allah akan menyampaikan urusan-Nya. Sungguh Allah telah menjadikan segala sesuatu dengan ketetapan (TQS at-Thalaq [65]: 3).
[Sumber: Al-Rayah Newspaper – Edisi 557 – 23/07/2025]





