Analisis

Peluang Khilafah Memimpin Dunia

Ideologi Islam dengan ideologi kapitalisme dan sosialisme berseberangan secara diametral dalam seluruh aspek kehidupan. Baik dalam aspek ekonomi, politik, sosial, tata negara, hukum, dan sebagainya. Satu kepastian, perbedaan diametral itu akan menghasilkan benturan.

Peradaban kapitalisme kini semakin tampak kerapuhannya. Bahkan kondisinya telah berada di tepi jurang keruntuhannya. Ideologi ini disinyalir sedang berjuang sekadar untuk memperpanjang masa eksistensinya. Berbagai gejolak politik global diprediksi akan menjadi rangkaian fase kejatuhan ideologi kapitalisme tersebut.

Menarik apa yang diprediksi oleh Paul Mason (2015) dalam bukunya PostCapitalism: A Guide to Our Future. Mason, seorang jurnalis dan komentator ekonomi yang terkenal itu, memprediksi bahwa kapitalisme saat ini sedang menuju titik keruntuhannya. Menurut dia, hal tersebut sebagai akibat dari berbagai kegagalan kapitalisme global khususnya di bidang ekonomi. Mason juga menjelaskan bahwa keruntuhan kapitalisme akan menjadi perubahan fundamental di dunia yang akan melahirkan sistem baru yang dia sebut sebagai postcapitalism.

Pada konteks perang peradaban (clash civilization), kondisi lemahnya kapitalisme ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang menguntungkan bagi umat Islam. Khususnya terkait upayanya mengembalikan ideologi Islam ke pentas kehidupan melalui pendirian kembali Negara Khilafah. Apalagi secara internal kesadaran umat Islam untuk membangun kembali institusi Khilafah itu kini semakin menguat. Hal tersebut tentu terkait dengan semakin meningkatnya kesadaran umat Islam terhadap urgensi Khilafah Islam.

 

Khilafah Menantang Hegemoni Kapitalisme

Kapitalisme global terbukti gagal dalam menyelesaikan banyak persoalan kemanusiaan. Muncul berbagai kerusakan, mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya, moral, politik, dan sebagainya. Problem sistemik yang menimpa kapitalisme tersebut akan memperbesar peluang segera tegaknya Khilafah Islam untuk memimpin dunia dan menantang hegemoni kapitalisme global.

Terkait persoalan ini ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan. Pertama: Penyebab utama kegagalan kapitalisme sekular—sebagai ideologi—itu karena bertentangan dengan fitrah dan akal sehat manusia. Ideologi ini memuja manusia sebagai pusat segalanya. Pada ujungnya sistem kapitalisme melahirkan ekploitasi dan alienasi manusia yang mengarah pada mementingkan diri sendiri.

Hal tersebut kemudian menyebabkan kerusakan dan kesengsaraan bagi umat manusia. Misalnya salah satu problem sistemik dalam kapitalisme adalah meningkatnya kesenjangan ekonomi antara kelas yang kaya dan kelas yang miskin. Padahal kesenjangan pendapatan yang signifikan dapat mengakibatkan tekanan sosial dan politik yang berpotensi mengancam stabilitas sosial secara luas.

Kedua: Hingga saat ini Amerika Serikat (AS) memegang posisi sebagai negara adidaya sekaligus sebagai jantung utama peradaban kapitalisme. Namun, berbagai gejolak politik, militer, ekonomi dan sosial yang menerpa AS semakin menunjukkan bahwa negara tersebut sebenarnya sedang rapuh. Berbagai media internasional bahkan pernah menjuluki AS sebagai negara yang sedang sakit parah (the sick man).

Misalnya media internasional Bloomberg membuat analisis kondisi AS yang sakit tersebut dengan judul “The U.S. Is the Sick Man of the Developed World” (Bloomberg.com, 31/07/2017).

Media Foreign Policy mengulas masalah ini dalam topik yang berjudul “The American Empire Is the Sick Man of the 21st Century” (foreignpolicy.com, 02/04/2019).

Kalangan intelektual Barat juga sudah banyak yang mengeluarkan analisisnya terkait kondisi kemerosotan AS yang mengarah pada kehancurannya. Di antaranya disampaikan oleh Morris Berman dalam bukunya, Dark Ages America: The Final Phase of Empire” (2007). Ia mengatakan bahwa AS akan terpinggirkan dari panggung dunia dan hegemoninya akan segera berakhir.

Ketiga: Kehadiran BRICS juga disinyalir akan semakin memperlemah kondisi AS. BRICS merupakan forum internasional yang terdiri dari lima negara, yaitu Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. BRICS berusaha melawan hegemoni AS melalui dedolarisasi negara-negara anggota BRICS dengan membuat mata uang baru. Hal tersebut menjadi satu langkah untuk melepaskan diri dari sistem keuangan internasional yang didominasi oleh AS melalui standar dolarnya.

BRICS telah mengambil inisiatif untuk mendedolarisasi ekonomi mereka serta meningkatkan kemandirian dalam sistem keuangan global. Munculnya BRICS ini merupakan cerminan adanya perlawanan terhadap sistem global kapitalisme yang zalim dan kebutuhan alternatif terutama mata uang. Ini juga sebagai fakta adanya keinginan bersatu berbagai negara di dunia untuk melawan AS.

Keempat: Tentu saja Khilafah Islam, jika nanti tegak, akan memiliki potensi dan kemampuan yang jauh melebihi BRICS dalam menantang hegemoni kapitalisme. Pada konstelasi politik internasional, dulu Khilafah terbukti menjadi negara nomor satu selama berabad-abad. Khilafah berhasil menyatukan berbagai sumberdaya besar yang dimiliki umat Islam dalam sebuah institusi negara yang luasnya mencapai tiga benua.

Visi politik penting Khilafah adalah pembebasan dari segala bentuk penjajahan baik politik maupun ekonomi. Khilafah nanti akan menjadi tumpuan harapan seluruh umat manusia. Termasuk bangsa-bangsa di kawasan Afrika, Asia, Timur Tengah, serta daerah lainnya yang saat ini ditindas oleh negara-negara penjajah kapitalis.

 

Potensi Kekuatan Khilafah

Khilafah adalah kunci kegemilangan peradaban Islam. Inilah peradaban yang telah memberikan tinta emas dalam perjalanan kehidupan manusia dalam berbagai aspeknya. Belum ada peradaban yang bertahan lebih dari 1300 tahun kecuali Khilafah. Sejak Rasulullah saw. membangun Negara Islam pertama di Madinah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah, Islam diterapkan di tengah masyarakat secara nyata.

Hasilnya berupa kemajuan luar biasa yang lahir dari sana. Kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan masyarakat berhasil mencapai titik gemilang ketika peradaban Islam tegak di muka bumi. Hal tersebut merupakan buah dari penerapan syariah Islam dalam segala lini kehidupan rakyat di dalam institusi Khilafah. Ini karena memang Allah SWT telah menjamin akan menurunkan rahmat-Nya ketika syariah diterapkan secara kaaffah.

Satu potensi kekuatan Islam terletak pada basis ideologinya yang jelas dan komprehensif yang bersumber dari Allah SWT. Secara sistem, Islam memiliki sistem yang unggul dalam bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan teknologi, politik, dsb. Berikut ini beberapa gambaran kebijakan Khilafah yang berbasiskan syariah dalam bidang ekonomi, pendidikan dan teknologi, serta politik. Belum lagi  besarnya potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh negeri-negeri Muslim.

 

  1. Bidang Ekonomi.

Kebijakan utama Negara Khilafah dalam bidang ekonomi adalah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu rakyat (sandang, pangan, dan papan). Negara juga wajib memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya murah atau bahkan gratis. Negara Khilafah akan mengelola kekayaan alam yang merupakan milik rakyat semata-mata untuk kepentingan rakyat. Kekayaan alam seperti barang tambang yang melimpah merupakan harta milik rakyat atau milik umum.

Negara Khilafah wajib mengelola semua kekayaan itu dengan baik dan amanah untuk kepentingan rakyat. Haram hukumnya kekayaan tersebut diberikan kepada individu, swasta, apalagi negara-negara kapitalis liberal. Kebijakan syariah ini sekaligus akan menghentikan seluruh penjajahan ekonomi negara-negara imperialis yang masuk untuk menguasai kekayaan alam negeri-negeri Islam.

Berdasarkan Syariah, Khilafah akan menggerakkan ekonomi riil dan melarang seluruh aktivitas ekonomi yang mengandung riba. Dengan itu pertumbuhan ekonomi dalam sistem Islam adalah pertumbuhan yang nyata dan stabil karena memang benar-benar berasal dari sektor kegiatan ekonomi riil masyarakat. Negara juga akan mengatur sistem distribusi kekayaan. Sebabnya, buruknya distribusi kekayaan di tengah masyarakat akan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.

 

  1. Bidang Pendidikan dan Teknologi.

Dua hal penting dalam kebijakan pendidikan adalah terkait kurikulum dan pembiayaan. Kurikulum pendidikan dalam Negara Khilafah secara garis besar memiliki tiga komponen pokok yaitu: (i) pembentukan kepribadian Islam; (ii) penguasaan tsaqaafah Islam; (iii) penguasaan ilmu kehidupan (iptek, keahlian, dan keterampilan). Hal tersebut untuk mencetak generasi unggul yang mahir dalam iptek juga kokoh kepribadian dan keimanannya.

Khilafah akan menyediakan pendidikan bermutu untuk semua rakyat sebagai kebutuhan dasar secara gratis. Sumber dananya berasal dari pemasukan harta milik Negara dan hasil pengelolaan harta milik umum, seperti tambang mineral, migas, hutan, laut, dan sebagainya. Dengan begitu pendidikan yang bermutu tersebut dapat diakses oleh seluruh lapisan rakyat. Syariah telah menetapkan hal itu sebagai hak rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara.

Kemajuan pendidikan Islam itu telah terbukti menjadi rujukan peradaban lain. Tim Wallace-Murphy (2006) menerbitkan buku berjudul What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006). Buku tersebut memaparkan fakta tentang transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam ke Barat pada Abad Pertengahan. Disebutkan pula bahwa Barat telah berutang pada Islam dalam hal pendidikan dan sains. Utang tersebut tidak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun.

Di bidang teknologi dan industri, Khilafah saat itu telah mencapai kemajuan yang sangat tinggi. Donald R. Hill dalam bukunya, Islamic Technology: an Illustrated History” (University of Cambridge, 1992), membuat sebuah daftar panjang berbagai industri yang pernah ada dalam sejarah Islam. Mulai dari industri mesin, bahan bangunan, pesenjataan, perkapalan, kimia, tekstil, kertas, kulit, pangan hingga pertambangan dan metalurgi.

 

  1. Bidang Politik.

Kebijakan politik dalam Negara Khilafah adalah mengurus kepentingan rakyat berdasarkan syariah. Dalam arah politik luar negerinya, Khilafah akan menjadi sebuah negara yang memimpin dunia dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru bumi. Inilah negara yang layak menjadi harapan seluruh umat manusia. Selain melindungi Muslim di luar negeri, Khilafah juga melindungi ahlul dzimmah (non-Muslim), termasuk pula mereka yang meminta perlindungan (al-musta’min) atau yang ada perjanjian (al-mu’ahad) dengan Khilafah.

Di Museum Hagia Sofia Turki dipamerkan jejak Khilafah Utsmaniyah dalam menjamin perlindungan dan kemakmuran kepada warganya maupun kepada orang asing, tanpa memandang agama mereka. Di antaranya adalah surat sertifikat tanah yang diberikan tahun 925 H (1519 M) kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman Inquisisi Spanyol pasca jatuhnya pemerintahan Islam di Andalusia.

 

  1. SDA dan SDM.

Negeri-negeri Muslim memiliki potensi besar sebagai modal untuk membangun kekuatan global Khilafah. Negeri-negeri Muslim di Timur Tengah merupakan penghasil minyak dan gas terbesar di dunia. Negeri-negeri Muslim di Asia Tenggara dan Asia Tengah memiliki cadangan energi dan mineral yang sangat melimpah. Potensi tersebut menjadikan negeri-negeri Muslim di dunia berpeluang untuk menjadi adidaya global dalam naungan institusi Khilafah.

Negeri-negeri Muslim juga memiliki letak yang strategis di antara tiga benua, yaitu: Asia, Eropa dan Afrika. Letak strategis ini memungkinkan Dunia Islam menjadi pusat perdagangan internasional yang menghubungkan berbagai pasar di tiga benua tersebut. Beberapa jalur penting perdagangan internasional berada di negeri-negeri Muslim. Misalnya Selat Hormuz (terletak antara Oman dan Iran), Terusan Suez (menghubungkan Laut Merah dan Laut Tengah), dan Selat Gibraltar (terletak di antara Spanyol, Gibraltar dan Maroko).

Populasi Muslim di seluruh dunia juga sangat besar dengan pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan penganut agama lainnya. Pada tahun 2023 ini populasi Muslim diperkirakan mencapai 2,01 miliar jiwa atau setara dengan 25% dari total populasi dunia (Moroccoworldnews.com, 06/04/2023). Tentu saja jumlah penduduk yang besar itu, jika dibekali dengan pendidikan yang baik, akan menjadi modal penting dalam membangun Negara Khilafah yang maju dan kuat.

 

Dunia Membutuhkan Khilafah

Kekuatan utama yang dimiliki umat Islam yang tersebar di lebih dari 55 negara saat ini adalah adanya kesamaan akidah Islam yang merupakan dasar dari ideologi Islam. Kekuatan ideologi ini didukung oleh berbagai potensi yang dimiliki. Umat Islam di dunia berpeluang besar membangun negara adidaya di bawah institusi Khilafah. Sejarah telah mencatat bahwa dulu Negara Khilafah mampu menjadi pusat peradaban dunia. Khilafah menjadi pusat pendidikan, sains dan teknologi. Khilafah juga memiliki kekuatan ekonomi, politik, dan militer yang tangguh di level global.

Firas Alkhateeb (2014) secara obyektif menilai peradaban Islam melalui bukunya, Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past. Menurut dia, selama 1400 tahun, Islam telah menjadi salah satu kekuatan agama, sosial dan politik yang terkuat dalam sejarah. Firas Alkhateeb, peneliti dan sejarahwan di Universal School Bridgeview Illinois itu secara kronologis telah memaparkan peran Islam dalam sejarah dunia. Firas berkesimpulan bahwa Islam telah berhasil menyatukan beragam masyarakat dengan berbagai latar geografis menjadi satu kekuatan yang tangguh.

Berbagai potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang dimiliki umat Islam, baik secara kuantitas maupun kualitas, ditambah dengan kekuatan i’tiqaadi, akan semakin memperkokoh perjuangan umat untuk segera menegakkan kembali Negara Khilafah tersebut. Inilah negara yang akan mengatur dunia berdasarkan hukum syariah yang penuh rahmat.

Sejatinya perjuangan untuk menegakkan syariah secara kaaffah dalam naungan Khilafah itu merupakan perjuangan mewujudkan perubahan demi mencapai kesejahteraan hakiki bagi masyarakat dunia. Khilafah, dengan syariahnya, juga mengakhiri berbagai kesengsaraan yang diakibatkan oleh hegemoni kapitalisme global. Artinya, secara realitas memang dunia membutuhkan Khilafah.

WalLaahua’lam bi ash-shawaab. [Dr. Muhammad K. Sadik]

 

Referensi:

Mason, Paul. (2015). PostCapitalism : A Guide to Our Future. Allen Lane Publisher, London.

Alkhateeb, Firas. (2014). Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past. Hurst Publisher, UK.

Berman, Morris. (2007). Dark Ages America: The Final Phase of Empire. W. W. Norton & Company Publisher.

Wallace-Murphy. (2006). What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization. Watkins Publisher, London.

Hill, Donald R. (1992). Islamic Technology: an Illustrated History. University of Cambridge Press.

Global Muslim Population Exceeds 2 Billion. https://www.moroccoworldnews.com, 06/04/2023.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 + five =

Back to top button