Amerika Di Balik Konflik Pakistan-Afganistan
Bentrok di perbatasan Pakistan-Afganistan kembali terjadi. Sebagaimana dilansir Al-‘Arabiya.net (13/8/2024), Pemerintah Thaliban menuduh pasukan Pakistan membunuh tiga orang warga sipil yang terdiri dari seorang perempuan dan dua orang anak-anak selama bentrokan di perbatasan kedua negara.
Lalu apa yang melatarbelakangi bentrokan tersebut? Pasalnya, bentrokan-bentrokan juga terjadi sebelumnya. Adakah hubungan antara bantuan IMF yang dikontrol oleh Amerika dan kesibukan Pakistan berperang dengan Afganistan yang jauh dari India agar India leluasa untuk menghadapi Cina guna memenuhi keinginan Amerika untuk menyulitkan Cina? Ataukah ada alasan-alasan lain?
Bom Waktu Warisan Kolonial
Bentrok antara Pakistan dan Afganistan di perbatasan kedua negara tidak bisa dilepaskan dari kebijakan kolonial Inggris. Pada tahun 1893 M ditandatangani kesepakatan antara Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Sir Mortimer Durand, dan Shah Afganistan, Al-Amir Abdurrahman Khan. Kesepekatan itu untuk menetapkan garis perbatasan darat, yang disebut Garis Durand (Durand line), dengan panjang 2.640 kilometer antara Afganistan dan Pakistan, yang membentang dari timur laut ke barat daya. Perbatasan ini diadopsi sebagai perbatasan resmi Pakistan dan Afganistan. Suku Pashtun dibagi menjadi dua bagian di kedua sisi garis tersebut.
Daerah perbatasan di antara mereka dihuni oleh kaum Muslim yang mayoritasnya berafiliasi ke suku Pashtun. Suku ini dianggap sebagai suku dengan jumlah paling banyak di Afganistan. Mereka menyumbang sekitar 40% dari penduduk Afganistan. Semua penguasa Afganistan selama dua abad terakhir berasal dari mereka. Di sisi lain, suku Pashtun adalah mayoritas kedua di Pakistan setelah Punjabi.
Namun, Afganistan menolak untuk mengakui garis ini. Apalagi Inggris saat itu tidak memperhitungkan struktur demografis, etnis dan kesukuan wilayah di Garis Durand, yang ditarik secara artifisial dengan mempertimbangkan kepentingan imperialistis Inggris. Hal itu pada 12 November 1893.
Inggris berusaha untuk menguasai daerah perbatasan. Inggris telah menderita kekalahan militer yang memalukan di Afganistan selama agresinya antara tahun 1839 dan 1842. Inggris kembali meelancarkan agresi terhadap Afganistan pada tahun 1878. Inggris menarik diri dari Afganistan dua tahuan kemudian. Namun, Inggris akhirnya memiliki pengaruh politik melalui penguasa Afganistan lewat Perjanjian Jandamak tahun 1879. Akibatnya, Afganistan kehilangan wilayah yang luas yang diserahkan kepada penjajah Inggris yang memerintah semenanjung India Islami.
Saat gerakan Thaliban berkuasa di Kabul setelah penarikan Amerika pada Agustus 2021, sesuai dengan Perjanjian Doha, Thaliban mulai menolak dengan keras langkah-langkah perbatasan yang diambil oleh Pakistan. Perbatasan ini telah memanas pada satu waktu disertai dengan pembatasan yang ketat terhadap para pengungsi Afganistan dan keluarga Pashtun. Padahal biasanya mereka bergerak dengan mudah melintasi perbatasan tanpa dicegat oleh seorang pun pada masa sebelumnya. Hal ini menjadi pemicu konflik.
Konflik perbatasan sempat menghilang selama masa-masa sulit yang dialami Afganistan setelah diserang oleh negara-negara besar, mulai dari Uni Soviet pada tahun 1979 dan pendudukan Amerika pada tahun 2001. Namun, saat ini konflik tersebut muncul kembali sesuai dengan tuntutan-tuntutan politik Amerika setelah penarikannya yang memalukan dari Afganistan pada tahun 2021. Perbatasan ini longgar selama pendudukan Soviet atas Afganistan. Hal ini memudahkan penyeberangan para mujahidin yang menerima pelatihan di Pakistan untuk berperang melawan Soviet di Afganistan.
Kelonggaran perbatasan ini merupakan realitas demografis yang terjadi dalam hubungan antara keluarga-keluarga Pashtun di kedua sisi perbatasan. Di sisi lain, hal itu sesuai dengan politik Amerika yang melawan kehadiran Soviet di Afganistan. Namun, setelah pendudukan Amerika di Afganistan, politik Amerika berubah. Amerika mulai menuntut Pakistan memperketat perbatasan dan menghalangi para mujahidin yang menentang pendudukan Amerika di Afganistan untuk menyeberang perbatasan. Tentara Pakistan pun melancarkan perang sengit di daerah-daerah perbatasan di dalam Pakistan.
Pada bulan Mei 2018, Pakistan mencaplok wilayah-wilayah suku perbatasan yang berbatasan dengan Afganistan ke provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Pakistan menyatakan masalah perbatasan antara Pakistan dan Afganistan telah berakhir.
Hanya saja, seluruh pemerintah Afganistan sepanjang sejarah menolak mengakui Garis Durand sebagai perbatasan internasional resmi antara kedua negara. Mullah Nour al-Din Turabi, Menteri Perbatasan dan Persukuan di pemerintahan Thaliban, mengatakan “Tidak ada perbatasan resmi Afganistan dengan Pakistan.”
Konflik Semakin Intensif
Konflik kedua negara semakin intensif saat Pakistan memberlakukan visa masuk terhadap orang-orang Afganistan untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal ini diperparah dengan pendirian pagar perbatasan setinggi tiga meter sepanjang ratusan kilometer oleh Pakistan dengan biaya ratusan juta dolar. Alasannya, untuk mengendalikan pergerakan barang dan orang serta perlindungan dari “teroris”.
Masalah antara kedua negara menjadi lebih buruk, terutama ketika Pakistan menuduh gerakan Thaliban yang sedang berkuasa tidak mencegah gerakan Thaliban-Pakistan yang menyerang tentara Pakistan. Kemudian Pakistan mengebom beberapa sasaran di dalam Afganistan. Dalihnya, itu untuk mengebom para kombatan gerakan Thaliban-Pakistan.
Pemerintah Pakistan yang loyal kepada Amerika menyempitkan (membatasi) dan memprovokasi gerakan Thaliban di Afganistan. Pemerintah Pakistan menghalangi warga Afganistan untuk bergerak bebas melintasi perbatasan. Pakistan menuntut visa dari mereka untuk mengunjungi kerabat mereka di seberang perbatasan. Pemerintah Pakistan membatasi para pengungsi Afganistan, yang jumlahnya lebih dari dua juta orang, termasuk 600.000 orang yang melarikan diri seiring penarikan Amerika pada tahun 2021 dan mendeportasi mereka semua dari Pakistan.
Pada tahun 2022 Pemerintah Pakistan memfasilitasi lewatnya pesawat Amerika dan pelaksanaan pengeboman di Afganistan. Pemimpin al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri, terbunuh dalam serangan itu. Intelijen Pakistan melakukan berbagai operasi pembunuhan di kota-kota perbatasan Afganistan yang menargetkan anggota-anggota terkemuka organisasi Thaliban-Pakistan.
Di bawah Kendali Amerika
Semua aksi yang dilakukan oleh Pakistan itu terderivasi dalam kerangka politik Amerika. Di antaranya:
Pertama, adanya upaya pembatasan terhadap gerakan Thaliban di Afganistan sehingga bisa ditundukkan secara penuh.
Kedua, keinginan Washington mendorong tentara Pakistan untuk melakukan perang saudara dan perang melawan Afganistan. Tujuannya untuk memfasilitasi keberpihakan India dengan Amerika dalam melawan Cina.
Ketiga, adanya upaya Amerika untuk menghalangi Cina mengeksploitasi sumberdaya mineral di Afganistan. Sebabnya, permusuhan yang terjadi selama lebih dari dua dekade antara Amerika dan gerakan Thaliban di Afganistan telah meningkatkan harapan Cina, yang industrinya membutuhkan segala jenis bahan mentah, untuk mengeksploitasi Afganistan pasca penarikan diri Amerika dari Afghanistan pada tahun 2021. Konflik antara Pakistan dan Afganistan dalam masalah perbatasan menghambat realisasi impian Cina yang telah membelanjakan miliaran dolar atas koridor ekonomi di Pakistan.
Ini kerangka umum politik Pakistan terhadap Afganistan. Dari situ jelas bahwa Amerika adalah penggerak utama konflik antara Pakistan dan Afganistan. Kerangka umum ini mencakup upaya memicu permusuhan, konflik perbatasan bersenjata, peningkatan ketegangan dalam semua bidang dan serangan-serangan udara Pakistan di dalam Afganistan.
Hubungan krisis antara kedua negara sejak tahun 2021 sedang menuju ke arah eskalasi karena penyebabnya (Amerika) tetap ada. Itu sudah pasti ke arah eskalasi baik apakah Pakistan mengambil pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) atau tidak. Hanya saja, tidak mungkin dikecualikan bahwa politik jahat Amerika membuat agen-agen di pemerintahan Pakistan ngiler dengan pinjaman-pinjaman yang dijanjikan ini. Hal ini membuat keinginan mereka untuk merealisasi kepentingan Amerika semakin meningkat, termasuk meningkatkan ketegangan dengan Afganistan. Pada musim panas 2023, Pakistan memperoleh pinjaman Dana Moneter Internasional (IMF) senilai $3 miliar. Pakistan dijanjikan akan memperoleh lebih banyak. Faktor ini menjadi pendorong Pakistan berusaha merealisasikan keinginan-keinginan Amerika.
Sebab-sebab ketegangan ini terutama adalah Amerika. Negara imperialis ini mendorong ke arah itu dan berupaya merealisasikan tujuan-tujuannya di kawasan tersebut dan tujuannya dengan Cina. Meskipun syarat-syarat Dana Moneter Internasional (IMF) tidak mencakup hal itu secara gamblang, Amerika menganggap utang sebagai wortel yang disalurkan untuk agen-agennya di Pakistan agar merealisasi lebih banyak ketagangan, konflik dan pertempuran di antara Pakistan dan Afganistan. Apalagi dengan ketatnya persaingan antara orang-orang partai Demokrat dan Partai Republik, Pemerintahan Biden mungkin akan mendorong Pakistan ke dalam pertempuran sengit melawan gerakan Thaliban di Afganistan. Biden ingin menyatakan kepada rakyat Amerika bahwa Amerika telah mewakilkan kepada Pakistan untuk memerangi gerakan Thaliban.
Akibat Ketiadaan Khilafah
Inilah kondisi kaum Muslim karena ketiadaan hukum-hukum Islam yang mengharuskan penghancuran batas-batas di antara kaum Muslim dan penyatuan negeri mereka di bawah naungan satu Khalifah. Afganistan dan Pakistan harus menyadari bahwa mereka adalah negeri Muslim. Haram saling berperang di antara mereka. Mereka harus semakin memperdalam hubungan persaudaraan islami di antara mereka, memutuskan hubungan apapun dengan kaum kafir penjajah yang dipimpin oleh Amerika, dan menjawab seruan untuk menolong Hizbut Tahrir yang berjuang untuk menegakkan Khilafah. Dengan itu kaum Muslim mulia dan kaum kafir menjadi hina. Pada hari itu bergembiralah orang-orang mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Maha Perkasa lagi Maya Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5). []
[Disarikan dari Soal-Jawab Amir Hizbut Tahrir, 22 Shafar al-Khair 1446 H/ 27 Agustus 2024 M].
Sumber:
Https://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/97348.html