Di Balik Rencana Netanyahu Serang Iran
Pemimpin entitas penjajah Yahudi, Benyamin Netanyahu, kembali mengingatkan bahaya nuklir Iran. Seperti yang dilansir Situs al-Arabiya.net (10/3/2023), Netananyahu menyatakan “Sejarah akan berubah” jika Iran menjadi negara bersenjata nuklir. Dalam sebuah wawancara dengan Iran International TV yang ditayangkan pada hari Kamis (9/3/2023), Netanyahu mengatakan bahwa prospek rezim yang “berkomitmen untuk menghancurkan” negaranya yang memiliki senjata nuklir tidak terpikirkan.
“Bayangkan jika mereka memiliki senjata teror terbesar, senjata nuklir, yang dapat digunakan untuk menyandera seluruh dunia. Jadi saya katakan kepada para pemimpin Barat, kepada para pemimpin dunia: sejarah akan berubah jika Iran [mendapatkan] senjata nuklir.”
Netanyahu menambahkan, “Program nuklir Iran telah mencapai zona bahaya, tindakan Israel telah menundanya selama satu dekade, tetapi sekarang program tersebut terus maju.”
Sebelumnya Netanyahu mengkritik komentar yang dibuat oleh kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, yang selama kunjungan ke Teheran awal bulan ini mengatakan bahwa setiap serangan militer terhadap fasilitas nuklir akan dianggap ilegal. “(Grossi) mengatakan sesuatu yang sangat salah dan tidak pantas. Tidak ada yang lebih sah daripada mencegah rezim yang secara terbuka menyerukan kehancuran Anda dari memiliki senjata untuk mencapai tujuan itu,” kata Netanyahu.
“Kami akan mempertahankan hak kami untuk membela diri dan dengan demikian membela banyak orang, termasuk rakyat Iran,” tambahnya.
Dia mengatakan apakah akan ada konflik militer langsung antara Israel dan Iran, itu bergantung pada Teheran.
Sementara itu, Al-Arabiya net, Kamis (9/03) memberitakan kunjungan Menteri Pertahanan Amerika ke Tel Aviv yang disebut-sebut menunjukkan perbedaan Amerika dan Israel tentang ancaman Iran. Dalam pertemuan itu Menteri Pertahanan Lloyd Austin bersikeras dalam komentarnya di Tel Aviv bahwa “diplomasi adalah cara terbaik untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir.”
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant tidak menyebutkan pembicaraan nuklir yang hampir mati. Ia malah mengatakan kepada Austin, “Kita harus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.”
Dia tampaknya menyarankan bahwa Israel dapat menggunakan aksi militer untuk menghancurkan fasilitas nuklir Iran.
Di dalam negeri, Netanyahu saat ini sedang menghadapi demonstrasi besar-besaran. BBC Online (13/03) memberitakan ratusan ribu orang Israel berdemonstrasi menentang rencana peradilan pemerintah pada Sabtu malam, yang menurut penyelenggara adalah protes jalanan terbesar dalam sejarah Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan perubahan—yang akan mengekang kekuatan pengadilan—akan memulihkan keseimbangan antara cabang-cabang pemerintahan.
Para penentang mengatakan tindakan Netanyahu mengancam demokrasi. Pemimpin oposisi Yair Lapid mengatakan ini adalah “krisis terbesar” Israel. Pada hari Sabtu, penyelenggara protes mengatakan sebanyak 500.000 demonstran turun ke jalan di seluruh Israel selama 10 minggu berturut-turut, dalam apa yang disebut Surat Kabar Haaretz sebagai “demonstrasi terbesar dalam sejarah negara itu”. Sekitar 200.000 orang muncul di Tel Aviv—banyak yang membawa bendera nasional Israel—untuk menentang reformasi yang direncanakan oleh pemerintah garis keras Netanyahu. BBC menggambarkan protes sebagai yang paling ramai, dengan aliran demonstran tanpa henti memadati jalan hingga larut malam.
Untuk Kepentingan Siapa?
Upaya Netanyahu untuk terus mem-blow-up isu ancaman nuklir Iran tidak bisa dilepaskan dari persoalan dalam negeri yang sekarang sedang dihadapi pemimpin entitas penjajah Yahudi itu. Saat itu, Netanyahu sedang menghadapi protes besar-besar yang diduga digerakkan oleh partai opisisi Israel. Netanyahu diprotes karena upayanya untuk mengintervensi pengadilan untuk menyelamatkan kasus tuduhan korupsi yang selama ini menjerat dirinya. Dorongan oleh pemerintah Netanyahu untuk memberlakukan perubahan besar-besaran di pengadilan Israel telah memicu kegemparan domestik dan kekhawatiran di antara sekutu Barat negara itu. Jika proposal awal lolos, itu berarti pemerintah lebih berpengaruh dalam memilih hakim dan membatasi kekuasaan Mahkamah Agung untuk membatalkan undang-undang.
Satu hal utama yang diperdebatkan dalam perombakan terencana adalah amandemen cara pemilihan hakim. Menteri Kehakiman Israel, Yariv Levin, mengatakan, langkah-langkah yang diusulkan koalisi akan mengubah cara hakim ditunjuk dengan memberi Knesset lebih banyak pengawasan dan pemerintah lebih berkuasa atas komite yang memilih mereka.
Upaya Netanyahu mengangkat isu ancaman nuklir Iran tidak lain untuk mengalihkan persoalan yang menerpa dirinya dan mendapat dukungan dari rakyat entitas penjajah Yahudi itu. Netanyahu berharap isu nuklir Iran membuat rakyat bersatu di belakang pemerintahannya.
Sebelumnya, Netanyahu berusaha menarik simpati dari rakyat dengan melakukan pembantaian di kamp Palestina, Jenin, yang telah menyebabkan terbunuhnya beberapa orang Palestina. Serangan ini untuk menunjukkan Netanyahu sangat peduli terhadap keamanan rakyatnya. Namun, isu ini tidak cukup. Apalagi pejuang Palestina melakukan serangan balik yang mematikan. Delapan orang Yahudi dibunuh pejuang Palestina. Alih-alih mendapatkan simpati, Netanyahu malah dianggap telah membuat langkah yang membahayakan rakyat penjajah itu. Netanyahu mencari cara lain.
Netanyahu tahu persis serangan terhadap Iran tidak akan memunculkan serangan balasan yang mematikan dari negara itu. Sudah beberapa kali entitas penjajah Yahudi ini menyerang industri militer Iran di Isfahan dengan menggunakan pesawat drone. Iran juga pernah menuduh penjajah Yahudi ini melakukan sabotase terhadap fasilitas nuklir Iran yang menyebabkan kerugian 10 miliar dolar AS. Termasuk membunuh ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran. Namun, Iran selama ini tidak memberikan balasan yang mematikan dan seimbang.
Amerika Serikat sendiri tidak sejalan dengan rencana Netanyahu ini. Saat ini Amerika lebih disibukkan untuk menghadapi krisis Ukrania setelah intervensi Rusia. Amerika juga sedang serius menghadapi kekuatan Cina yang sedang meningkat, terutama ekonomi. Amerika tidak mau disibukkan saat ini dengan serangan entititas penjajah Yahudi ke Iran, kalau itu terjadi. Sebabnya, bagaimanapun Amerika punya komitmen, bahkan dianggap harga mati, untuk menjaga keamanan entitas penjajah Yahudi ini.
Di Balik Kunjungan Petinggi Militer AS
Dalam soal jawab Amir Hizbut Tahrir (18 Sya’ban 1444 H/10 Maret 2023 M) disebutkan apa kepentingan kunjungan pejabat tinggi militer AS. Intinya adalah menghalangi Netanyahu memicu perang dengan Iran. Kunjungan-kunjungan tersebut disertai dengan dua faktor untuk merealisasi kepentingan Amerika itu, sebagaimana dijelaskan di atas. Pertama: Amerika mendorong Direktur Badan Energi Atom Internasional untuk meringankan pernyataan nuklir dan melunakkannya dengan Iran. Direktur IAEA mengumumkan sebuah terobosan besar dan dia menyatakan, “Iran setuju untuk mengaktifkan kembali kamera pengawas di beberapa situs nuklir dan meningkatkan frekuensi inspeksi…” (RT, 4/3/2023).
Kemudian pernyataan direktur badan itu menarik perhatian. Menurut Al-Jazeera.net, 5/3/2023: “Grossi mengatakan dalam kunjungannya ke Teheran kemarin, Sabtu, bahwa “serangan militer apa pun terhadap fasilitas nuklir adalah terlarang”.
Lalu Netanyahu membalasnya dengan mengatakan, “Raphael Grossi membuat pernyataan yang tidak tepat”
Kedua: Intensitas protes dalam negeri terhadap Netanyahu. Amerika ingin agar Netanyahu tetap tenggelam dalam kekacauan dalam negeri dan agar keadaan protes tetap kuat dan memiliki momentum. Harapannya, situasi ini akan menggulingkan pemerintahan Netanyahu. Amerika berharap pengikut Amerika, yaitu para pendukung Partai Demokrat, dapat kembali berkuasa di dalam entitas Yahudi, terutama karena Amerika memiliki pengaruh besar di dalam entitas Yahudi di tengah lingkungan politisi dan militer.
Alhasil, tampaknya Amerika kemungkinan besar akan dapat mencegah Netanyahu memulai perang ofensif terhadap Iran, terutama karena entitas Yahudi terlalu pengecut untuk melakukan perang semacam itu tanpa dukungan Amerika. “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.” (TQS Ali Imran [3]: 112). [AF]