Dunia Islam

Pengkhianatan UEA Berlanjut (Ratifikasi Pakta Kemitraan Ekonomi Dengan Yahudi)

Pengkhianatan Uni Emirat Arab (UEA) terhadap Islam, kaum Muslim dan rakyat Palestina terus berlanjut. Setelah melakukan normalisasi dengan Yahudi, negara ini meratifikasi pakta kemitraan ekonomi dengan entitas penjajah Yahudi ini.

Sebagaimana diberitakan situs clevelandjewishnews.com (11/12/2022), UEA dan entitas penjajah Yahudi telah meratifikasi kesepakatan kemitraan ekonomi yang komprehensif. Menteri Negara UEA untuk Perdagangan Luar Negeri, Thani Al-Zeyoudi, mengumumkan hal itu melalui Twitter pada hari Minggu (11/12/2022).

“Langkah besar lainnya dalam agenda perdagangan luar negeri kami: Perjanjian Kemitraan Komprehensif UEA-Israel kini telah diratifikasi oleh kedua pemerintah. Kesepakatan ini akan menghilangkan atau mengurangi tarif pada 96% produk, memberikan dorongan besar bagi sektor industri dan jasa kami,” kata Al Zeyoudi.

“Perdagangan #UAE–#Israel non-minyak mencapai US$2 miliar dalam 9 bulan pertama tahun 2022, naik 114% dari periode yang sama di tahun 2021. #UAEIsraelCEPA akan mempercepat kemajuan ini karena kami menciptakan peluang di sektor-sektor utama seperti teknologi canggih, energi terbarukan dan ketahanan pangan,” tambahnya.

Presiden Israel Isaac Herzog mengunjungi UEA dan Bahrain awal bulan ini. “Sekarang kita harus lebih meningkatkan hubungan di antara kita, untuk memperkuat mereka dan membawa lebih banyak negara ke dalam Abraham Accords,” kata Herzog.

Menteri Negara UEA untuk Perdagangan Luar Negeri mengatakan, “Pemerintah UEA dan (Israel) telah meratifikasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara kedua negara.”

 

Pengkhianatan!

Kemitraan ekonomi antara Uni Emirat Arab dan entias penjajah Yahudi ini semakin menunjukkan pengkhinatan penguasa UEA. Ini menggambarkan perilaku tercela mereka. Hal itu tampak dari beberapa hal antara lain: Pertama, penguasa UEA telah memposisikan entitas penjajah Yahudi ini sebagai sahabat (mitra), bukan musuh. Padahal sejatinya, entitas penjajah Yahudi ini adalah musuh umat Islam, musuh rakyat Palestina. Entitas ini menjajah tanah Palestina yang merupakan milik umat Islam, tanah suci yang dimuliakan di dalam al-Quran dan as-Sunnah. Tanah ini dibebaskan oleh Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. Tanah suci ini dibebaskan kembali oleh Panglima Perang Shalahuddin al-Ayyubi dari penjajah salib. Alih-alih penguasa Emirat Arab melakukan tugasnya untuk membebaskan negeri Islam yang dijajah. Mereka malah memompakan uang ke dalam pembuluh ekonomi entitas perampas Al-Quds; menghidupi ekonomi mereka.

Kedua, apa yang dilakukan penguasa UEA semakin menunjukkan mereka adalah para pelayan negara-negara kolonial, yang menciptakan negara bangsa termasuk UEA. Kebijakan penguasa  UEA tidaklah berpedoman pada syariah Islam, tetapi melayani Barat pada posisi subordinasi negara kolonial. Normalisasi penjajah Yahudi jelas merupakan proyek besar negara-negara kapitalis. Tujuannya untuk memperkuat entitas penjajah Yahudi yang menjadi duri dalam daging di negeri Islam. Barat, terutama Amerika, dengan serius memaksa para penguasa Arab dan negeri-negeri Islam lainnya untuk mengakui penjajah Yahudi ini secara resmi. Normalisasi penjajah Yahudi ini akan melegitimasi keberadaan penjajah ini sebagai sebuah negara. Termasuk melegitimasi segala tindakan kejinya terhadap rakyat Palestina atas nama keamanan negara.

Ketiga, penguasa pengkhianat ini melakukan kerjasama ekonomi dengan entitas penjajah Yahudi. Mereka tidak peduli bagaimana Allah SWT menggambarkan perilaku orang-orang Yahudi ini dalam urusan bisnis (Lihat: QS Ali ‘Imran [3]: 75),

Dalam sejarah, perilaku tercela orang-orang Yahudi ini demikan jelas. Mereka adalah para penipu, korup, terutama dalam urusan ekonomi dan uang. Orang-orang Yahudi memilik peran utama di Eropa membangun bisnis kotor seperti perbankan riba, monopoli, pelacuran, perdagangan seks. Alih-alih melihat itu, penguasa UEA malah melakukan kemitraan yang menyeluruh (komprehensif). Selain itu,  Yahudi ini dalam sejarah panjang umat Islam dalam hubungannya dengan umat Islam selalu menggunakan visi permusuhan.

Inilah yang membuat mengapa kaum Yahudi dari masa ke masa senantias memusuhi umat Islam. Kaum Yahudi ini telah berkhianat sejak masa Rasulullah saw. Ketika itu mereka melakukan berbagai makar untuk menghancurkan Daulah Islam yang dibangun Rasulullah saw. Pengkhianatan ini melanjutkan makar mereka terhadap para nabi.

Yahudi dengan pihak lain dalam bisnisnya didasarkan pada kemanfaatan, namun dengan umat Islam mereka mendasarkan pada visi permusuhan. Karena itu pastilah mereka akan merancang proyek-proyek ekonomi dengan umat Islam dalam visi permusuhan. Tujuannya untuk menghancurkan ekonomi umat Islam, juga merampok umat Islam untuk kepentingannya. Ini telah digambarkan oleh Allah SWT dalam al-Quran (Lihat: al-Maidah [5]: 82).

Apa yang dipromosikan penguasa Emirates dan beberapa negara yang telah menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi, seperti Sudan, Maroko dan Mesir, bahwa hubungan ekonomi akan membawa keuntungan bagi mereka, adalah ilusi dan fatamorgana. Hubungan dengan entitas penjajah Yahudi jelas merupakan bencana bagi umat Islam, termasuk dalam hal ekonomi. Proyek membangun alternatif untuk Terusan Suez melalui Palestina, misalnya, jelas untuk kepentingan entitas penjajah Yahudi, pihak yang paling diuntungkan. Sedikit sekali manfaat yang diharapkan untuk negara-negara Arab. Sebabnya, negara-negara Arab, bukanlah negara yang menghasilkan apa pun yang dibutuhkan entitas Yahudi (kecuali bahan mentah). Ini membantah klaim hubungan yang saling menguntungkan. Yang pasti barang-barang produk Yahudi akan membanjiri pasar-pasar negara-negara Arab.

Kesepakatan dengan Maroko untuk produksi drone dan eksplorasi minyak jelas hanya menguntungkan entitas Yahudi. Tidak berarti apa-apa selain jalan eksploitasi kekayaan  Maroko yang mengerikan di bidang keamanan dan energi. Salah satu yang berbahaya yang dilakukan rezim Arab adalah membeli dari entitas Yahudi spyware, yang sebelumnya dibeli oleh UEA dan beberapa rezim. Produk Yahudi di bidang drone dan spyware ini akan memberikan jalan lebar bagi entitas penjajah Yahudi ini mengendalikan keamanan informasi dan data negara-negara Arab.

Adapun UEA pada khususnya, entitas Yahudi berusaha menjadikan Emirates sebagai pusat keuangan global. Ini pasar besar yang dijadikan entitas penjajah Yahudi. Mereka menjadikan pusat keuangan ini  sebagai alat untuk menyusup ke negara-negara tetangga dan menjadi pemodal untuk proyek-proyeknya. Yang terjadi sekarang, UEA menggelontorkan dana investasi senilai sepuluh miliar dolar untuk berinvestasi di perusahaan entitas Yahudi di bidang minyak, energi, ruang angkasa, perangkat lunak, dan teknologi pertanian. Ini berarti memompa uang ke perusahaan entitas Yahudi dan menciptakan lapangan kerja baru untuk pemukim, dengan imbalan pengembalian pembiayaan dalam bentuk keuntungan untuk kantong para pengkhianat penguasa! Ini adalah hasil yang tak terhindarkan dari kemitraan ekonomi ini. Atas nama kemitraan Mesir akan menjadi mengimport gas dari entitas penjajah Yahudi. Demikian juga Yordania dan Lebanon. Yang dominan mengendalikan jelas perusahaan-perusahaan Yahudi.

Di Saudi, liberalisasi semakin menguat di bawah rezim MBS. Banyak ulama yang tidak sejalan dengan istana ditangkapi. Proyek ekonomi swasta Visi 2030 Arab Saudi bernilai ratusan ribu triliun rupiah. Pesta Halloween digelar. Wanita tidak wajib menggunakan kerudung di tempat umum. Berbagai konser penyanyi Barat digelar. Berbikini di pantai diizinkan. Minuman keras dan narkoba legal. Saudi berhubungan secara rahasia dengan Israel. Ulama kritis ditangkap dan dipenjara.

Selain kepentingan liberalisasi ajaran Islam, liberalisasi di Saudi tidak bisa dilepaskan dari kepentingan pasar. Alfred Valder, mantan profesor ekonomi internasional di Universitas Oxford dan konsultan Bank Dunia, menyatakan: Visi 2030 untuk mempercepat Arab Saudi memasuki pasar bebas, meningkatkan sumbangan sektor industri (swasta, pen.) dan layanan terhadap produk domestik bruto, mengurangi belanja negara, dan memasukkan perempuan ke dalam lapangan kerja.

Rothschild & Company, perusahaan konsultan keuangan dan bank investasi milik keluarga konglomerat Yahudi Rothschild, baru-baru ini membuka kantor cabang di Ibukota Riyadh, Arab Saudi, seperti dilansir Saudi Project. Perusahaan konsultan berskala global ini pun telah ditunjuk oleh MBS untuk merestrukturisasi Saudi Bin Ladin Group, perusahaan konstruksi terbesar di Arab Saudi milik keluarga besar Usamah Bin Ladin.

Rezim MBS menjadi sponsor aktif normalisasi dengan entitas penjajah Yahudi. Dalam pertemuan dengan para pemimpin organisasi lobi Yahudi dan Zionis ketika melawat ke Ibu Kota Washington DC, Amerika, MBS menyampaikan seperti Palestina, Israel juga berhak memiliki tanah air sendiri. Dia bahkan menekan Presiden Palestina Mahmud Rida Abbas untuk menerima proposal damai versi Trump. Haaretz dan Walla News dalam laporan yang dipublikasikan pada Senin (23/11/2020) mengatakan Netanyahu bertemu dengan Pangeran MBS di Neom, sebuah kota di Laut Merah. Netanyahu didampingi kepala badan intelijen Isarel (Mossad) Yossi Cohen. Pertemuan berlangsung selama lima jam. Pompeo, Menlu AS, turut mengumumkan bahwa dia telah melakukan pertemuan dengan Pangeran MBS di Neom. Dia mengatakan telah melakukan pembicaraan konstruktif.

Semua ini adalah bentuk pengkhianatan penguasa Arab. Alih-alih membebaskan Palestina dari penjajahan Yahudi, penguasa Arab malah menjadi penghalang dari jihad fi sabilillah. Mereka melakukan normalisasi untuk menjaga perbatasan entitas penjajah Yahudi, dengan imbalan yang remeh demi kekuasaan mereka.

Alhasil, tidak ada solusi lain, kecuali menyingkirkan penguasa pengkhianat ini, mencabut kekuasan buruk mereka dengan mendirikan negara Khilafah ‘alaa minhaaj an-Nubuwwah. Tentu tugas para panglima tentara di negeri-negeri Arab untuk menjadi Shalahuddin al-Ayyubi yang kedua. Berbalik melawan para penguasa tiran dan mencabut mereka dari singgasana mereka. Panglima perang terpilih ini yang akan mewujudkan kabar gembira dari Allah SWT dan Rasul-Nya tentang akan kembali dengan berdirinya Khilafah Rashidah di atas metode Kenabian. [Abu Fatih Sholahuddin]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 5 =

Back to top button