Dunia Islam

Rencana Amerika Atas Gaza Pasca Perang

Perang genosida telah dilancarkan oleh entitas Yahudi terhadap warga Gaza. Perang ini didukung penuh oleh Amerika dan Barat yang jahat. Perang ini telah berlangsung lebih dari lima bulan. Korbannya telah melebihi seratus ribu, mencakup yang syahid dan terluka. Ditambah penghancuran sebagian besar bangunannya.

Seiring dengan itu banyak pembicaraan tentang proyek solusi untuk pasca Perang Gaza, juga perkaranya akan menjadi seperti apa secara politik. Tentu sesuai dengan rencana negara-negara imperialis, terutama Amerika. Apa yang mungkin dari rencana-rencana dan solusi-solusi ini? Bagaimana pula solusinya yang shahih?

Rencana Amerika dan entitas Yahudi pasca berhentinya Perang Gaza adalah sebagai berikut:

Pertama: Penyerahan Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina dalam kerangka solusi dua negara. Solusi ini yang dituntut oleh Amerika Serikat secara verbal, tetapi tidak secara riil, yakni sebagai permainan kata-kata belaka. Biden menginginkan Palestina sebagai negara yang terlucuti senjatanya (terdemiliterisasi). Artinya, bukan sebagai negara yang memiliki kedaulatan. Presiden AS, Joe Biden, mengatakan kemarin (Jumat) bahwa ia telah membahas masalah solusi dua negara dengan Perdana Menteri (Israel) Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri (Israel) Benjamin Netanyahu tidak keberatan dengan solusi ini. Meski demikian, entitas Yahudi tidak setuju bahkan terhadap rencana Amerika tersebut. Bagaimanapun, solusi dua negara yang diusulkan oleh pemerintahan Amerika tidak dapat dilaksanakan tanpa perintah serius dari Amerika.

Pemerintahan Biden tidak memberikan tekanan kepada Netanyahu dan pemerintahannya. Ini disebabkan oleh Pilpres Amerika yang akan datang. Jelas karena Biden memerlukan suara orang-orang Yahudi dalam Pemilu, juga uang dan lobi Yahudi untuk kampanye Pemilunya. Terutama karena saingannya adalah Trump, yang sangat mendukung entitas Yahudi.

Eropa dan Inggris jelas mengikuti langkah Amerika.

Adapun tuntutan para penguasa di negeri-negeri kaum Muslim dengan solusi dua negara, itu merupakan pengkhianatan yang tidak melebihi apa yang dikatakan Amerika dalam formula negara Palestina yang terdemiliterisasi tanpa kedaulatan. Artinya, Palestina yang lebih seperti pemerintahan otonom!

Kedua: Pendudukan kembali entitas Yahudi atas Jalur Gaza. Baik Amerika maupun orang Yahudi umumnya tidak mendukung pendapat ini. Hal itu karena pendudukan kembali secara militer terhadap Gaza akan menimbulkan beban-beban bagi entitas Yahudi dan kerugian secara militer dan ekonomi.

Ketiga: Berlanjutnya kontrol Hamas atas Gaza. Amerika, Eropa dan entitas Yahudi tidak ingin Hamas terus bertahan di tampuk kekuasaan di Gaza. Sebabnya, mereka berkeyakinan bahwa hal itu akan menyebabkan terulangnya Serangan 7 Oktober.

Keempat: Transfer keamanan di Jalur Gaza dari tentara entitas Yahudi ke pasukan internasional. Di antara perkara yang sedang dikaji, khususnya oleh sebagian politisi Amerika, adalah adanya pasukan internasional di Gaza yang berasal dari negara-negara Arab dan negara lainnya.

Kelima: Penyerahan administrasi sipil di Gaza kepada orang-orang Palestina tanpa disatukan dengan Tepi Barat. Namun, entitas Yahudi akan bertanggung jawab atas keamanan sebagaimana kondisi di Tepi Barat. Rencana yang disampaikan oleh Benjamin Netanyahu kepada anggota pemerintahannya mencakup sejumlah rincian mengenai masa depan Jalur Gaza. Salah satu fitur terpentingnya di bidang keamanan adalah: (Israel) mempunyai kebebasan untuk melakukan tindakan militer dan keamanan di seluruh wilayah Jalur Gaza tanpa batasan waktu, sambil membangun sabuk keamanan di dalam Jalur Gaza sepanjang perbatasannya dengan Palestina yang diduduki pada tahun 1948. Selain itu, (Israel) melucuti senjata dari Jalur Gaza, juga melucuti semua kemampuan militernya, kecuali apa yang diperlukan untuk menjaga keamanan publik.

Keenam: Dengan mempelajari kemungkinan-kemungkinan sebelumnya dari rencana-rencana Amerika dan Yahudi, yang paling kuat dari apa yang mereka rencanakan untuk dilaksanakan adalah apa yang disebutkan dalam poin (5) di atas: tanpa menyatukan Gaza dengan Tepi Barat. Namun, prosedur keamanan dan militer di dalam Gaza dan Tepi Barat adalah serupa, yaitu (Israel) mempunyai kebebasan melakukan tindakan militer dan keamanan di seluruh wilayah Jalur Gaza tanpa batasan waktu. Ini terutama karena orang-orang Yahudi juga menerapkan rencana yang sama di Tepi Barat. Dilaporkan bahwa Netanyahu menyampaikan rencana ini kepada para pejabat Amerika dan tampaknya mendapat persetujuan mereka. “Diklaim Netanyahu memastikan bahwa rencana yang dia siapkan bertepatan dengan rencana Amerika untuk solusi permanen di Timur Tengah, juga bahwa telah dilakukan konsultasi dengan Amerika tentang rencana tersebut melalui Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, anggota Kabinet mini perang (Israel), yang memiliki hubungan dekat dengan Washington.”  (NTV, 31/01/2024).

Artinya, Amerika telah mengetahui rencana Netanyahu sebelumnya.

Adapun apa yang diulang-ulang oleh Biden tentang solusi dua negara maka itu tidak banyak berbeda. Ini seperti yang ada di pernyataannya sebelumnya di poin (1) yaitu: Biden, dalam pernyataannya kepada para wartawan, menambahkan bahwa ada sejumlah model untuk solusi dua negara. Ia menunjuk pada fakta bahwa ada beberapa negara di PBB yang tidak memiliki angkatan bersenjata sendiri (Al-Jazeera, 04/01/2024).

Jadi dia menunjuk pada pelucutan senjata negara itu. Menurut dia, tidak ada halangan solusi dua negara itu didahului oleh masa transisi seperti dalam pernyataannya di poin (2), “Sekarang, kenyataannya adalah mungkin diperlukan masa transisi di akhir konflik.” (Al-Hurra, 08/11/2023).

 

Solusi Syari yang Wajib Dilakukan

Pertama: Dari perenungan atas apa yang terdahulu, tampak dari rencana-rencana Amerika dan negara Yahudi bahwa mereka berencana menjadikan Tepi Barat dan Gaza terlucuti senjatanya (terdemiliterisasi) dan kedaulatan keamanan di situ milik Yahudi. Bisa saja hal itu di bawah apa yang disebut dengan satu negara di Tepi Barat dan Gaz. Artinya, dengan menggabungkan keduanya. Meski pun ini terjadi dalam beberapa tahap seperti yang diinginkan Amerika, yakni Tepi Barat tetap terpisah dari Gaza dalam masa transisi. Baru setelah itu Gaza digabungkan ke Tepi Barat tanpa kekuatan militer. Bisa pula seperti yang diinginkan oleh negara Yahudi, Gaza dari awal hingga akhir tetap terpisah dari Tepi Barat. Keduanya tanpa kekuatan militer. Kedaulatan riil keduanya tetap milik entitas Yahudi.

Jelas dari hal itu bahwa apa yang direncanakan oleh Amerika dan Yahudi adalah racun mematikan. Itu merupakan pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin.

Tentu tidak aneh entitas Yahudi dan Amerika merencanakan hal itu karena mereka adalah musuh. Yang aneh adalah tidak ada satu pun penguasa di negeri-negeri kaum Muslim, terutama yang berada di sekitar Palestina, yang mengambil inisiatif menggerakkan pasukannya untuk menolong Gaza, warga Gaza, Al-Aqsa, dan sekitarnya. Taka da satu pun dari mereka yang berusaha melenyapkan entitas Yahudi dari akarnya dan kemudian mengembalikan seluruh Palestina kepada warganya. Bukankah orang yang menduduki negeri kaum Muslim dan mengusir penduduknya pantas diperangi oleh tentara kaum Muslim dan diusir dari sana sebagaimana mereka mengusir penduduknya? (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 191).

Lalu bagaimana bisa para penguasa itu tidak memahami hal itu?! Jelas, kesengsaraan mereka telah menguasai mereka, karena mereka patuh berada di bawah ketiak kaum kafir penjajah, khususnya Amerika. Mereka tidak menolak permintaan kaum kafir penjajah itu untuk mempertahankan kursi mereka yang doyong. Allah SWT berfirman (yang artinya):  Mereka dilaknat oleh Allah. Bagaimana mereka sampai berpaling? (TQS at-Taubah [9]: 30).

Kedua: Perang ini telah menyingkap dua hal penting:

  1. Lemahnya Yahudi dan kerendahan mereka sebagaimana yang Allah sebutkan di dalam Kitab-Nya (yang artinya): Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (TQS Ali Imran [3]: 112). Mereka telah memutus tali Allah setelah para nabi mereka. Tidak tersisa untuk mereka kecuali tali manusia, Amerika dan para pengikutnya. Kaum yang begini kondisinya bukanlah ahli perang atau layak mendapat kemenangan.
  2. Pengkhianatan para penguasa di negeri kaum Muslim. Mereka memonitor apa yang terjadi. Namun, yang paling baik jalannya dari mereka adalah yang menghitung syuhada dan korban terluka. Mereka tuli, bisu dan buta. Karena itu tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) (TQS al-Baqarah [2]: 18).

 

Kedua hal ini seharusnya mendorong orang-orang mukhlish di antara pemilik kekuatan (ahlu al-quwwah) di dalam pasukan kaum Muslim untuk mendeklarasikan mobilisasi umum. Tujuannya untuk menunaikan kewajiban dari Allah dengan memerangi orang-orang Yahudi yang menduduki Palestina. Allah SWT berfirman (yang artinya): Janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika kalian menderita kesakitan, sungguh mereka pun menderita kesakitan, sebagaimana kalian derita, sedangkan kalian mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan (TQS an-Nisa’ [4]: 104).

Begitulah. Kalian lenyapkan entitas mereka. Mereka itu lebih rendah bagi Allah untuk mereka meraih kemenangan di dalam peperangan. Berikutnya akan terealisasi janji Allah SWT (yang artinya): Jika datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami mendatangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai (TQS al-Isra’ [17]: 7).

Karena itu bersegeralah menolong saudara-saudara kalian di Gaza. Jika rezim diktator yang eksis di negeri kaum Muslim menghalangi kalian maka tindaklah mereka secara total.  Lalu tegakkanlah hukum Allah pada posisinya, Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini sebagai perealisasian untuk kabar gembira Rasulullah saw.: Lalu ada kekuasaan diktator dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia mengangkat kekuasaan itu jika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Selanjutnya akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Kemudian beliau diam (Musnad Imam Ahmad).

Ketika itu, Khalifah, para muawwin-nya dan para tentara Islam dari pangkat paling tinggi sampai paling rendah akan terus berpindah dari satu kemenangan ke kemenangan yang lain. Mereka melantangkan takbir. Mmat pun melantangkan takbir bersama mereka. Mereka kuat dengan Rabb mereka dan mulia dengan agama mereka. Dengan itu musuh tidak berani untuk memiliki entitas di bumi Islam. Allah SWT berfirman (yang artinya): Pada hari itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5). []

 

[Dinukil dari Soal-Jawab Amir Hizbut Tahrir, 12 Ramadhan 1445 H/22 Maret 2024 M]

 

Sumber:

Https://www.hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/94612.html

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 + 19 =

Back to top button