
Penguasa Muslim Bak Penonton Sepak Bola
Aktivis Hizbut Tahrir Irak Abdullah Abdul Hamid menyatakan para penguasa negeri-negeri Islam sebagai penguasa ruwaybidhah (bodoh/tidak kompeten). Mereka bertindak bak penonton sepak bola dalam agresi yang dilakukan entitas Yahudi ke Iran.
“Para penguasa ruwaybidhah telah memaksakan kekuasaannya atas umat Islam. Mereka bertindak seperti orang yang sedang menonton pertandingan sepak bola antara dua tim, dan menunggu hasilnya, lalu bertepuk tangan untuk pemenangnya,” ujarnya sebagaimana diberitakan hizb-ut-tahrir.info, Ahad (22/6/2025).
Mereka, sebut Abdullah, menganggap jabatan mereka sebagai rampasan dan sarana untuk merampok kekayaan umat, menumpahkan darah, memerangi Islam dan para pengembannya, serta menghalangi umat untuk tidak mencapai kursi kekuasaan!
“Mereka adalah Ibnu Salman, Ibnu Zayed, dan orang-orang Qatar yang tolol. Mereka menggelontorkan triliunan dolar kepada musuh Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang beriman, Trump; sementara rakyat Gaza sekarat karena kelaparan dan pengeboman, tetapi mereka tidak bergerak sedikit pun!” kecamnya.
Sementara itu, beber Abdullah, jika ada pergerakan dari rakyat mereka yang meminta pertanggungjawaban dan berusaha mengubah mereka, meski hanya dengan kata-kata (kritikan), maka mereka segera dikriminalisasi. Ini sebagaimana yang terjadi pada banyak ulama, bahkan banyak di antaranya masih mendekam di penjara penindasan di negeri Hijaz.
“Mereka keras terhadap orang-orang beriman dan penyayang terhadap orang-orang kafir. Mereka ini bukan pemimpin bagi umat. Mereka meraih kekuasaan tidak melalui baiat dan kemauan umat Islam, melainkan dipaksakan oleh kaum kafir penjajah agar umat menerima mereka,” ungkap Abdullah.
Sekarang, sebut Abdullah, mengingat apa yang terjadi di Iran, ketika entitas Yahudi mengebom potensi umat Islam, termasuk pasukan militer dan ilmuwan nuklir, Bin Salman merasa puas hanya dengan menyatakan kecaman demi kecaman atas serangan ini.
“Sama sekali dia tidak memobilisasi pasukannya untuk menghentikan serangan ini terhadap negeri Islam, terlepas dari sistem pemerintahannya. Kaum Muslim harusnya menjadi tangan bagi yang lain, sebagaimana dinyatakan dalam hadis yang mulia, bahwa kaum Muslim adalah satu umat tanpa kecuali. Seorang Muslim adalah saudara bagi seorang Muslim yang lain. Ia tidak menzalimi yang Muslim lainnya. Ia tidak menyerahkan saudaranya (kepada musuh) atau menelantarkan saudaranya itu,” pungkas Abdullah. []





