Menanti Generasi Pengganti Anak-anak Gaza
Allah SWT berfirman:
فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan mereka pun mencintai Diri-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap kaum Mukmin dan bersikap keras terhadap kafir; yang berjihad di jalan Allah; dan yang tidak takut atas celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Mahatahu (QS al-Maidah [5]: 54).
Anak-anak Gaza: Terjebak dalam Siklus Penderitaan
Ramadhan tahun ini menjadi semakin signifikan bagi umat Islam dunia karena terjadi di tengah Perang Gaza. Perang ini telah membuka banyak mata secara global akan kemunafikan dan kebencian terhadap Islam dari negara-negara Barat, juga membuka pengkhianatan terang-terangan dari penguasa Muslim. Banyak manusia akhirnya tersadar bahkan non-Muslim di Barat banyak yang memeluk Islam dan mempelajari al-Quran.
Zionis tidak malu-malu lagi dalam melakukan genosida. Ini menunjukkan pada dunia bahwa mereka adalah teroris dan penjahat kemanusiaan sesungguhnya. Salah satu menterinya bahkan secara gamblang menyerukan operasi “wipe out” atau sapu bersih Ramadhan. Salah satu opsinya adalah menjatuhkan bom nuklir. Alhasil, agresifnya Zionis dan lumpuhnya PBB adalah pertunjukan teater global yang tidak bisa lagi ditutup-tutupi. Bak macan ompong, PBB (selalu) hanya bisa diam dan mengecam. “Dua digit jumlah anak yang terbunuh dalam semalam” bahkan terjadi hanya beberapa jam setelah resolusi (Dewan Keamanan) PBB disahkan.
Salah satu nafsu sapu bersih itu adalah menyerang Rafah. Ini adalah titik terbesar pengungsian di Gaza, Ia merupakan “rumah: bagi 1,4 juta warga Palestina yang mengungsi. Perdana Menteri Zionis, Benjamin Netanyahu laknatullah, justru malah menegaskan bahwa mereka tidak bisa mencapai tujuannya, yaitu “kemenangan total” melawan Hamas, tanpa menyerang Rafah. Israel telah menyetujui rencana yang dirancang militernya untuk serangan tersebut.
Banyak pihak mengecam rencana itu. Juru Bicara UNICEF James Elder menegaskan bahwa Rafah adalah kota anak-anak. Sebanyak 600.000 anak perempuan dan laki-laki ada di sana. Rafah juga menjadi tempat terakhir dari beberapa rumah sakit, tempat penampungan, pasar dan sistem air yang tersisa di Gaza. Elder juga mengatakan bahwa 13.750 anak kini telah terbunuh—menurut otoritas kesehatan Gaza—akibat serangan udara dan pengeboman entitas Zionis sejak 7 Oktober. (UN News, 26 Maret 2024).
Siklus penderitaan tampaknya akan terus mengelilingi anak-anak Gaza. Bukan hanya ancaman bom. Sekarang anak-anak Gaza juga dihadapkan pada ancaman kelaparan dan malnutrisi. Satu dari tiga anak di bawah dua tahun kini menderita kekurangan gizi akut. Banyak pengamat internasional berpengalaman menyatakan bahwa mereka belum pernah melihat bencana kemanusiaan seperti yang terjadi di Gaza. Faktanya, seorang bayi dapat dilahirkan hidup dan dibiarkan mati tanpa bantuan karena sang ibu juga kelaparan. Secara harafiah ini merupakan kejahatan yang tidak dapat dimaafkan, yang akan disaksikan oleh para pengkhianat umat pada Hari Pembalasan.
Siapapun manusia yang masih punya hati pasti tidak kuasa melihat bencana kemanusiaan seperti ini. Ini membuat kita bertanya, lantas kemana para jenderal Muslim bersenjata itu? Kemana para penguasa Muslim itu?
Setiap kali umat Islam Palestina bangkit melawan entitas Zionis, para penguasa Muslim yang korup ikut bermain peran. Berpura-pura menjadi pembela umat Islam Palestina. Mereka mulai mengorganisir konferensi, menjauhkan putra-putra umat pemberani dari medan perang militer dan mengalihkannya ke area diplomasi basa-basi yang hanya mengejar solusi politik kompromi.
Mereka melupakan darah Mujahidin, korban anak-anak dan perempuan tak berdosa. Mereka lebih memilih mengamankan kepentingan mereka serta menyenangkan hati kaum investor dan bos mereka di Barat. Semua itu mereka lakukan meski harus menyalahi ajaran agama mereka sendiri, menentang perintah Tuhan semesta alam, serta mengkhianati kepentingan Islam dan umat Islam! Setiap tetes darah anak-anak Gaza akan menjadi saksi bagi kemunafikan mereka. Setiap jiwa yang gugur di Gaza akan menjadi hisab bagi para penguasa Muslim yang berkhianat!
Bukan Sekadar Masalah Kemanusiaan
Hari ini, saya tidak akan berbicara sambil menangisi penderitaan tentang situasi kami di Gaza. Saya juga tidak akan berbicara tentang kenyataan yang menimpa kami. Pasalnya, apa yang Anda lihat di televisi jauh lebih bisa bercerita dibandingkan kata-kata saya. Erangan dan ratapan dari orang-orang yang kehilangan, juga dari para ibu dan anak yang Anda dengar, sudah cukup untuk menghancurkan hati Anda karena rasa sakit dan kesedihan yang mencerminkan kondisi mereka, keadaan rakyat Gaza. Saya juga tidak akan berbicara di sini untuk memohon belas kasihan dari Anda yang menumpahkan air mata Anda.
Sebaliknya, saya akan memanggil Anda sebagai umat yang mulia dan bermartabat yang mengangkat kepalanya ke arah langit, yang tidak dirugikan oleh mereka yang merendahkan dirinya. Demi Allah, bahkan jika manusia dan jin bersatu untuk menyakiti kita, mereka tidak akan membahayakan kita, kecuali jika ditakdirkan oleh Allah. Sebaliknya, jika mereka bersatu untuk memberikan manfaat bagi kita, mereka hanya akan bermanfaat jika ditakdirkan oleh Allah. Kita meyakini bahwa kemenangan hanya ada di tangan Allah saja. Namun demikian, hari ini saya menulis surat ini kepada Anda untuk merenungkan (mempertanyakan) tentang keadaan umat ini. Umat yang mulia, bermartabat dan terhormat. Umat yang selama berabad-abad mendominasi dunia dan menjadi umat terbaik diantara bangsa-bangsa. Umat yang menyusupkan rasa takut ke dalam hati musuh-musuhnya dengan kata-katanya, apalagi dengan tindakan-tindakannya! (Kutipan Surat dari seorang Muslimah di Gaza tahun 2014).
Dari ungkapan surat ini, ada yang istimewa dari mentalitas kaum Muslim di Gaza: daya tahan dan kekuatan mental luar biasa. Di tengah derita yang mereka alami, mereka tidak pernah lupa satu hal, yakni alasan mereka bertahan di tanah suci Palestina untuk menjaga kehormatan Allah dan Rasul-Nya di Baitul Maqdis, termasuk di tanah Ribath Gaza. Mereka tidak pernah lupa akan status mulia dan kehormatan umat Muhammad saw. dan pesan mereka untuk persatuan umat. Inilah yang membuat mereka rela menanggung derita yang luar biasa. Bagi Muslim Gaza, lebih ringan mati kelaparan atau karena wabah penyakit daripada harus menyerahkan diri kepada entitas Zionis sebagai hadiah di piring pengkhianatan. Pesona ini yang menjadikan banyak mata dunia terbuka melihat keagungan Islam dari keimanan seorang Muslim Gaza.
Di sisi lain, sesungguhnya musuh-musuh Islam, yakni Zionis dan koalisi kufar Barat, saat ini tengah menggali kuburannya sendiri. Meski terlihat superior di lapangan dengan genosidanya yang memalukan, justru mereka sedang terpecah dan lemah! Gaza memperlihatkan pada mata dunia betapa mandulnya lembaga dunia, diplomasi global dan hukum internasional hari ini. Tragedi Gaza membuat banyak mata mulai terbuka, banyak kaki sudah mulai melangkah dan banyak jiwa sudah mulai tersadar.
Hari ini kita berdiri pada momen terpenting sejarah untuk mewujudkan perubahan besar menuju kemuliaan Islam. Tentu dengan tegaknya Khilafah Islam yang akan menjadi perisai dan pelindung kita, mengawasi urusan kita, menjaga martabat kita, melindungi darah kita, menghadapi musuh-musuh kita, membebaskan tanah kita, dan mempersatukan kita!
Ya Rabb, ampunilah kami. Ya Qawiyy, bimbing dan tolong kami menyiapkan diri dan anak-anak kami menjadi generasi pengganti anak-anak Gaza yang berani. Tuntunlah kami berjuang mengembalikan pembebasan Baitul Maqdis melalui tangan Generasi al-Maidah yang selalu siap menolong agama Allah!
يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ٥٤
…mereka yang berjihad di jalan Allah dan tidak takut atas celaan orang yang suka mencela (QS al-Maidah [5]: 54).
WalLaahu a’lam. [Dr. Fika Komara]