Thalab An-Nushrah: Hakikat, Syubhat Dan Halangan (Bagian 2 – selesai)
Banyak petualang di mimbar yang menuntut agar kaum Muslim umumnya untuk mengangkat senjata dan melakukan jihad tanpa memiliki jalan, kualifikasi atau sumber persenjataan. Mereka meminta keterlibatan dalam perang dari penjual sayur, perawat, dan lain-lain. Tentu dampaknya akan sangat buruk, seperti yang telah berulang kali mereka coba. Adapun thalab an-nushrah dari Ahlun-Nushrah saja mempunyai dampak besar yang menghindarkan umat kita dari berbagai musibah yang mereka alami tanpa memperoleh capaian yang berarti.
- Netralisir warga sipil: orang yang tidak mengetahui seni perang tidak diikutkan berperang sehingga negeri tidak dibanjiri oleh darah dan kehancuran.
- Tidak mentoleransi pihak luar melakukan penetrasi: Jika kudeta berlangsung lama dan negara melemah, hal ini akan membuka jalan bagi negara-negara besar untuk melakukan intervensi guna melindungi agen mereka dan mengaborsi kudeta.
- Penyebaran dakwah dalam suasana damai lebih mungkin diterima dibandingkan saat terjadi perang dan kekacauan. Jika kekacauan terus berlanjut, telinga akan tuli terhadap dakwah dan para penyeru.
Pengabaian para elit dakwah terhadap penting dan wajibnya menyeru tentara menyebabkan para penguasa dapat mengubah tentara umat menjadi institusi keamanan mereka sendiri. Ini berarti bahwa kita menyerahkan tentara kita kepada para penguasa ketika kita mengabaikan menyeru para tentara.
Apalagi orang-orang kafir dan Barat terus-menerus ingin merusak hubungan antara umat dan tentara umat. Sama seperti mereka merusak hubungan umat dengan para ulama rabbani dan umat dengan sejarahnya.
Para tentara umat adalah anak-anak umat:
Mereka tidak hanya membiarkan anak-anak tentara bahkan mereka menghukumi mereka dengan murtad dan khianat serta memperlakukan mereka dengan permusuhan. Mereka lupa bahwa Rasul saw. pernah meminta pertolongan (dukungan) dan mengharapkan itu dari orang-orang kafir. Ini dapat menyebabkan terpelesetnya para penyeru di antara wasilah-wasilah sesat untuk menarik sumber-sumber kekuatan untuk dakwah atau seruan mereka.
Sumber kekuatan, di timur dan baratnya kita, tidak lepas dari empat ini: Pertama, berasal dari pihak-pihak lokal-nasional, regional atau internasional: Para petualang mencoba jalan ini. Di antara mereka ada yang mengulurkan tangan mereka kepada poros regional untuk meminta senjata dan dukungan. Lalu datanglah senjata bersyarat yang membuat mereka tunduk pada kekuatan donor, baik yang membuat lebih baik atau menyesatkan. Hal itu belum lagi membuat murka Allah dan melanggar Sunnah Nabi-Nya. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمۡ أَوۡلِيَآءَ ١
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian menjadi teman-teman setia (QS al-Mumtahanah [60]: 1).
وَلَا تَرۡكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ١١٣
Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh oleh api neraka. Sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan (QS Hud [11]: 113).
Kedua, berasal dari organisasi atau pihak internasional. Ini juga mustahil. Anda memerangi negara-negara yang memiliki pasokan internasional. Individu tidak bisa membeli arsenal besar. Ini apalagi hal itu menyalahi syariah.
Ketiga, memproduksi senjata: ucapan tentang ini seperti ucapan sebelumnya.
Keempat, mengubah kekuatan yang dimiliki umat dari tangan-tangan pengkhianat ke tangan orang-orang yang mukhlish.
Ketika sebagian pendakwah mendapati jalan Rasul itu sulit dan berat, mereka tidak punya pilihan selain terjun ke pelukan penguasa, berpartisipasi dalam politik dengan mereka, seraya mengklaim merealisasi kemaslahatan atau secara bertahap menerapkan Syariah. Namun, tidak ada syariah yang mereka terapkan. Tidak ada pula kemaslahatan yang mereka raih. Sebaliknya, mereka menjadi bagian dari sistem penguasa. Mereka bahkan menjadi bedak kosmetik untuk mempercantik wajah penguasa yang mengerikan! Sekelompok dari mereka juga terlibat dalam petualangan bersenjata secara acak yang mendatangkan bencana dan kehancuran bagi negeri.
Hakikat yang dilupakan oleh banyak orang adalah bahwa tentara kaum Muslim yang membalikkan badan mereka tidak lain adalah cerminan anak-anak kaum Muslim. Di antara mereka ada pengkhianat dan kaum munafik. Namun, di antara merka ada yang bertakwa dan mukhlish. Mereka bersedih dengan apa yang kita sedihkan. Mereka bergembira dengan apa yang kita senangi. Tentara Mesir, misalnya, menghasilkan Anwar Sadat dan juga menghasilkan Khalid Islambuli yang membunuh Sadat. Tentara Turki mengeluarkan Mawulud Alanthas yang membunuh duta besar Rusia. Kita terus menyaksikan pada setiap krisis model yang serupa.
Jadi tentara itu adalah milik umat. Bukan milik para penguasa. Juga bukan milik Barat. Umat adalah sumber satu-satunya dan pendukung permanen untuk mereka. Umat adalah ibu dan bapak mereka. Oleh karena itu kita lebih utama untuk menggunakan mereka dan lebih layak mendapat kepercayaan mereka.
Para penguasa menyadari bahaya tantara. Karena itu mereka menghalangi tentara dari seruan-seruan propaganda yang berpengaruh. Mereka bekerja keras untuk membodohkan kekuatan militer dan menempatkan mereka berhadap-hadapan dengan umat.
Pedang dan Perisai Umat
Telah tiba waktunya para penyeru hari ini menyadari betapa pentingnya peran kekuatan militer yang dimiliki oleh umat kita dan dinilai termasuk kekuatan yang paling kuat di kawasan. Telah tiba waktunya kita mengambil kembali anak-anak kita dan menyeru mereka dengan seruan penuh kasih. Bukan seruan permusuhan.
Palestina, seperti seluruh negeri kaum Muslim, merupakan tanah yang diduduki dan dirampas. Juga merupakan tanah jihad. Yang wajib adalah membebaskan dan mengembalikan tanah ini ke pangkuan Islam. Jihad yang membebaskan negeri dan menindak balas penyerang tidak terjadi dengan perlawanan yang terpisah-pisah di sana sini. Perlawanan itu, meski dituntut untuk membela diri dan membalas musuh, bukanlah alternatif yang menggantikan jihad yang melenyapkan pendudukan dan menegakkan keadilan.
Namun, jihad yang dituntut ini memerlukan kepemimpinan mukhlis dari anak-anak umat dan panji bersih, yang tegak di atas manhaj kenabian yang layak mendapat pertolongan Allah dan dukungan para malaikat. Dengan ini saja Palestina ditaklukkan dengan armada Khalifah Umar, dibebaskan dengan pedang Sultan Shalahuddin dan dijaga dengan penolakan Sultan Abdul Hamid radhiyalLâh ‘anhum.
Aksioma-aksioma ini yang telah diketahui oleh kaum Muslim pada umumnya—yakni jihad, panji dan kepemimpinan—tidak dapat terealisasi dengan adanya para tiran yang menggadaikan negeri demi kepentingan Barat, serta menghalangi umat dari kebangkitan dan melanjutkan pemerintahan menggunakan syariah Rabb-nya.
Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk memulihkan kekuasaan umat adalah dengan mengarahkan seruan berpengaruh secara umum dan pribadi kepada para perwira tentara Muslim. Tujuannya untuk mengeluarkan mereka dari kekuasaan penguasa dan mengembalikan mereka ke pelukan hangat umat mereka.
Untuk membebaskan diri dari takhta-takhta yang korup ini, kita memerlukan orang yang mempunyai kekuatan dan dekat dengan posisi penguasa. Tanpa tentara, kedua syarat ini tidak terpenuhi.
Untuk itu kita perlu menyusun rencana yang kokoh. Proyek dakwah yang ikhlas akan dikawinkan dengan orang-orang kuat dari kalangan umat yang haus akan kemenangan. Dengan itu perkawinan yang penuh berkah ini akan mengantarkan pada lahirnya pemerintahan islami. Pemerintahan inilah (Khilafah) yang akan menjungkirbalikkan era kediktatoran tiranik sekaligus membersihkan tanah dan melindungi kehormatan.
Sekarang semua pihak—baik partai, ulama maupun institusi—harus mengarah pada opini publik islami dengan secara sengaja mentargetkan para perwira kaum Muslim sebagaimana Rasul saw. kita dulu menargetkan mereka dan bersama mereka mendirikan Negara Islam.
Opini publik ini ditakuti oleh para penguasa dan mereka berusaha menyesatkan opini siang dan malam. Itu merupakan kekuatan yang ada di tangan kita. Para tiran tidak memiliki kekuatan mengalahkan opini ini sebagaimana Fir’aun tidak mampu menghadapi opini publik yang condong kepada Sayidina Musa as.
Adakah Halangan yang menyulitkan Thalab an-Nushrah?
Hakikatnya banyak dari tentara yang mengangankan pembebasan negeri dan pemerintahan dengan syariah Allah. Hanya saja, ada tiga halangan yang menghalangi pergerakan ini.
Pertama: Larutnya kesadaran di kalangan militer: Rekayasa ketidaktahuan/kebodohan dan pelarutan kesadaran di kalangan tentara memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruhnya terhadap masyarakat umum. Para penguasa membodohkan militer dan menyesatkan mereka agar mereka tidak sadar. Para penguasa Arab Saudi, ketika ingin meyakinkan tentaranya untuk menyerang Yaman, mereka mengumpulkan para syaikh mereka dan membuat mereka mengatakan kepada para tentara mereka bahwa Houthi ingin mencuri jenazah Nabi saw.
Jika kita bertanya kepada diri sendiri, mengapa tentara tidak bergerak, padahal mereka melihat pembantaian dan pertumpahan darah? Jawabannya adalah karena pemikiran mereka tercemar sebagaimana tercemarnya pemikiran sebagian kaum Muslim: orang ini sedang menantikan al-Mahdi; orang itu beranggapan bahwa kita tidak pantas mendapat pertolongan karena dosa-dosa kita. Demikian sebagaimana hal itu dipromosikan oleh para ulama su’ yang menjadi algojo umat mereka.
Oleh karena itu kita harus mengajari dan menuntun mereka, menjelaskan agungnya peran mereka, tidak mengecap mereka sebagai penghianat dan tidak mengkafirkan mereka. Bagaimana akan bergerak untuk menolong Anda orang yang Anda cap sebagai pengkhianat, dimarginalkan perannya bahkan dikafirkan siang malam?
Kedua: Keagenan barisan pertama. Barisan pertama dengan sebagian besarnya memiliki warna yang sama dengan penguasa dan komplotannya. Rasul saw menyelesaikan halangan ini. Beliau tidak menyeru barisan pertama (Ibnu Ubay bin Salul yang sedang menyusun manik-manik mahkotanya). Namun, beliau mentargetkan barisan kedua dan ketiga semisal Saad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair.
Ketiga: Tidak ada kemampuan tentara untuk bergerak sendiri. Tentara memerlukan rencana dan sistem yang menetapkan perintah dan tugas. Di sini perlu untuk disusun rencana yang solid bagi para tentara, juga dibentuk kelompok-kelompok terorganisasi di dalam tentara. Tentara Utsmani disusupi dan dilemahkan dengan cara ini, yakni mengadakan sebuah organisasi rahasia di dalam tentara.
Wahai orang-orang yang memiliki kekuatan yang diseru oleh Allah SWT:
قَٰتِلُوهُمۡ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ بِأَيۡدِيكُمۡ وَيُخۡزِهِمۡ وَيَنصُرۡكُمۡ عَلَيۡهِمۡ وَيَشۡفِ صُدُورَ قَوۡمٖ مُّؤۡمِنِينَ ١٤
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, akan menghinakan mereka, akan menolong kalian atas mereka, dan akan melegakan hati kaum Mukmin (QS at-Taubah [9]: 14).
Wahai orang-orang yang didoakan oleh Rasulullah saw.: “AlLâhumma irham al-anshâra (Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar):
Anda bukanlah anak penguasa yang menggunakan Anda untuk menjaga musuh. Akan tetapi, Anda adalah anak-anak umat Anda yang agung dan dijanjikan dengan semua kebaikan.
Umat kita hari ini mengalami krisis. Ingatlah bahwa Rasul Anda yang mulia pada saat krisis menyeru orang-orang yang memiliki kekuatan, “AlLâhumma unshur al-Islâm bi ahabbi al-‘Umarayn ilayka (Ya Allah, tolonglah Islam dengan salah satu dari dua Umar yang lebih Engkau sukai).” Seolah sekarang pada saat umat ditimpa bencana ini, beliau menyeru, “AlLâhumma unshur al-Islâm bi ahabbi al-juyûsy ilayka (Ya Allah, tolonglah Islam dengan salah satu tentara yang lebih engkau sukai).”
Pada kemuliaan agung ini kami menyeru Anda. Pada kemuliaan dunia dan akhirat kami meminta Anda. Apakah ada yang menjawab seruan ini? (Catatan: Dalam artikel ini saya (penulis) mendapat banyak manfaat dari postingan dan publikasi Syaikh Jandal Shalah yang berkaitan dengan topik ini. Saya ingin mengembalikan kemuliaan pada yang berhak dalam hal ini). [Selesai]
Sumber:
Majalah al-Wa’ie (Arab) no. 450-451-452
Tahun ke-38, Rajab-Sya’ban-Ramadhan 1445 H – Februari-Maret-April 2024 M
https://www.al-waie.org/archives/article/19195