Baiti Jannati

Memupuk Kesabaran Dalam Keluarga

Sabar adalah sebuah kata yang sudah sering kita dengar. Ringan diucapkan, namun tidak mudah untuk direalisasikan Di sinilah pentingnya melakukan upaya-upaya untuk memupuk kesabaran. Tentu agar sifat ini tumbuh subur dan kokoh keberadaannya dalam jiwa kita dan keluarga. Rasulullah saw. bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً هُوَ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنْ الصَّبْرِ

Siapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allah akan memudahkan kesabaran bagi dirinya. Tidaklah seseorang dianugerahi (oleh Allah SWT) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) daripada (sifat) sabar (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Apa yang harus dilakukan agar sifat mulia tersebut melekat dalam diri kita? Berikut beberapa langkah yang mesti diupayakan:

 

  1. Memahami hakikat sabar.

Sabar adalah salah satu bukti orang yang benar imannya dan wujud dari ketakwaan:

وَٱلصَّٰبِرِينَ فِي ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ

Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 177).

 

  1. Memahami bahwa ujian kehidupan merupakan sunnatullah, pasti akan terjadi pada siapapun.

Allah SWT berfirman:

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (QS al-Baqarah [2]: 155).

 

  1. Memahami bahwa Allah SWT menimpakan semua kejadian untuk menguji manusia.

Musibah yang menimpa seseorang merupakan ujian kesabaran. Ada orang yang menerima ujian dengan sabar, qana’ah dan penuh rasa syukur. Namun, tidak sedikit yang menghadapi ujian, dengan keluh kesah, kesal, marah dan menyalahkan Allah SWT. Padahal semua itu merupakan qadha’ –Nya yang harus diterima (Lihat: QS al Hadid []: 22).

 

  1. Ujian Allah SWT datang untuk menguji kadar keimanan kita.

Kenaikan tingkat biasanya diawali oleh proses ujian dan pemastian bahwa orang tersebut memang sudah layak mendudukinya. Keberadaan ujian merupakan sebuah kesempatan yang Allah berikan kepada kita agar mendapatkan derajat yang lebih tinggi di sisi-Nya. Hal demikian dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw. Said bin Abi Waqqash ra. berkata: Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Karena itu seseorang akan diuji menurut kadar agamanya. Jika agamanya kuat, cobaannya juga berat. Jika di dalam agamanya ada kelemahan, dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkan berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya.” (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi dan Ahmad).

Pemahaman yang benar terkait ujian ini akan memunculkan sikap sabar.

 

  1. Memahami status hukum sabar.

Pemahaman akan status hukum perbuatan akan memberikan dorongan kuat untuk mengamalkannya. Nas-nas yang menyampaikan seruan untuk bersabar selalu disertai dengan pujian bagi pelakunya. Hal ini merupakan qarinah atau petunjuk bahwa seruan tersebut bukan perintah biasa, namun bersifat pasti sehingga statusnya wajib. Bagi seorang Mukmin tidak ada pilihan lain selain bersabar ketika menghadapi ujian. Sikap tidak menerima dan putus asa tidak akan menyelesaikan masalah, justru menyebabkan dia lalai terhadap perkara wajib. (Lihat: QS al-Ahqaf [46]: 35).

 

  1. Memahami keutamaan sabar.

Tidak sedikit nas yang menjelaskan keutamaan sabar baik di dalam al-Quran maupun Hadis Rasulullah saw. Siapa saja yang memahami keistimewaan sabar dan kebaikan yang akan dia peroleh, in syaa Allah akan berupaya untuk meraihnya. Di antara keutamaan sabar bagi pelakunya adalah: Pertama, akan mendapat cinta Allah SWT (QS Ali Imran [3]: 146). Kedua, akan mendapatkan pahala tanpa batas (QS az-Zumar [39]: 10). Ketiga, akan dimasukan ke surga dan mendapat salam dari para malaikat (QS ar-Ra’d [13]: 23-24). Keempat, akan dibersamai oleh Allah (QS al-Anfal [8]: 46). Kelima, akan diselamatkan dari tipudaya manusia (QS Ali Imran [3]: 120). Keenam, akan mendapat kemenangan (HR Abdu bin Humaid di dalam Musnad-nya  No. 636). Ketujuh, akan mendapat pertolongan Allah SWT (QS al-Baqarah [2]: 45). Kedelapan, akan mendapat berkah, rahmat dan petunjuk Allah SWT (QS al-Baqarah [2]:157).

 

Langkah Praktis

Selain pemahaman terkait hakikat sabar, penting pula melakukan beberapa langkah praktis berikut untuk memupuk kesabaran dan mengokohkannya dalam jiwa kita. Pertama, menjelaskan makna istirja’, kalimat innna lilLahi wa inna ilayhi raji’un. Juga senantiasa mencontohkan pengamalannya dalam setiap peristiwa yang berkesesuaian. Kalimat ini bukan hanya diucapkan ketika menghadapi ujian kematian, namun dibaca dalam setiap kejadian yang menimpa dan dirasakan tidak menggem-birakan seperti kematian, tertimpa kecelakaan atau sakit, kehilangan barang yang dimiliki, dll. Senantiasa mengembalikan setiap perkara yang terjadi kepada Allah SWT, Ucapan ini semestinya betul-betul disertai penyerahan diri bahwa kita milik Allah. Dialah Yang berhak terhadap apapun yang kita miliki termasuk yang bertanggung jawab pada kebaikan dan keberlangsungannya. Dia Yang Rahman dan Rahim tidak akan menzalimi hamba-Nya. Semua yang terjadi karena kasih sayang-Nya kepada makhluk Nya. Dia Mahakuasa untuk menghidupkan dan mematikan. Apapun bisa terjadi dengan kehendak Nya.

Kedua, mengajak anggota keluarga untuk mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Allah SWT tidaklah menjadikan apa saja dengan sia-sia. Pasti ada hikmah di baliknya (QS Ali Imran [3]: 191). Bagi orang yang mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian akan semakin mengimani begitu Mahakuasa Allah dan kian menyadari betapa lemahnya kemampuan manusia. Dua kesadaran ini berpadu dalam satu jiwa membentuk harapan dan optimisme terhadap kebaikan dan menjauhkannya dari sikap sombong dan arogan.

Ketiga, menceritakan kisah-kisah kesabaran para nabi, sahabat, ulama, serta orang-orang Mukmin. Keteladanan yang diberikan oleh orang-orang mulia ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bahwa setiap ujian akan berlalu jika dihadapi dengan kesabaran. Kisah Nabi Ayyub as. bisa menjadi contoh dalam menghadapi ujian penyakit. Seberat apapun penyakit akan pulih kembali jika Allah menghendakinya. Dialah Asy-Syafi (Yang Maha Penyembuh). Cerita Nabi Nuh as. merupakan permisalan yang tepat untuk menunjukkan kesabaran dalam berdakwah di jalan Allah. Hampir 1000 tahun lamanya beliau berjuang menyebarkan risalah Penciptanya, namun putranya sendiri tidak tersentuh ajakan kebenaran. Semoga kisah ini menjadi penyemangat dakwah sekalipun kita diuji dengan penentangan dari orang-orang terdekat. Penderitaan Bilal atau siksaan yang dialami keluarga Yasir bisa dihadirkan untuk menggambarkan kesabaran dalam mempertahankan kebenaran Islam. Mereka tetap teguh dalam keyakinan sekalipun jiwa menjadi taruhannya. Jika dibandingkan dengan penderitaan yang dialami kita sebagai konsekuensi perjuangan, sungguh kesabaran kita belum seberapa dibandingkan dengan pengorbanan yang mereka contohkan. Yang paling istimewa adalah seluruh rangkaian kehidupan Baginda Rasulullah saw. yang banyak mengandung hikmah kesabaran. Bagaimana beliau menahan lapar karena tidak ada makanan sampai perutnya diganjal dengan batu. Beliau dihina, difitnah, bahkan dituduh sebagai orang gila. Namun, semuanya tidak menyurutkan beliau untuk tetap istiqamah mengemban dakwah Islam hingga tegaknya Daulah Islam di Madinah al-Munawarah.

Keempat, saling menasihati dalam kesabaran. Pekerjaan apapun bisa terasa berat jika dilakukan sendirian. Apalagi jika dikerjakan dalam kondisi penuh tekanan, ancaman, ketidaknyamanan, dan banyaknya kesulitan yang melingkutinya. Sebaliknya, permasalahan rumit akan terasa mudah, tugas banyak akan menjadi ringan, ujian beragam pun akan berubah menjadi tantangan yang harus ditaklukan manakala dilakukan secara bersama-sama. Kehadiran teman seperjuangan akan menjadi penyemangat ketika kita lemah. Perhatian, nasihat, dukungan, rasa peduli dan empati diberikan seorang kawan, apalagi berasal dari keluarga sendiri, sungguh sangat berarti di tengah ujian yang sedang melanda. Kesabaran pun akan mulai muncul dan terus menguat dalam jiwa.

Sikap saling menasihati dalam kesabaran ini disebutkan Allah SWT sebagai salah satu yang akan menyelamatkan kita dari kerugian hidup (QS al-‘Ashr [103]: 3).

Kelima, mengunjungi orang atau tempat yang dianggap banyak mengalami ujian. Kenyamanan hidup kadang membuat kita terlena dalam kenikmatan dan tidak siap menghadapi ujian. Tidak sedikit ketidaksiapan ini menghantarkan seseorang pada sikap panik, stres, bahkan sampai putus asa ketika ditimpa suatu musibah. Alih-alih sabar dengan ujian. Yang terjadi justru mempertanyakan kenapa Allah memberikan penderitaan tersebut? Ada juga yang ujungnya menuduh Allah tidak adil terhadap dirinya. Na’udzubilLahi min dzalika.

Kunjungan tersebut bisa dilakukan ke rumah sakit tempat banyak berkumpul orang dengan berbagai penyakit. Bisa juga ke panti asuhan, untuk menunjukkan betapa berharganya anugerah keluarga, dll. Fakta-fakta tersebut kemudian dikaitkan dengan kejadian yang menimpa kita supaya bisa memunculkan sikap bahwa ujian yang kita hadapi tidak lebih berat daripada yang mereka alami.

Keenam, memohon pada Allah SWT agar dianugerahi sifat sabar. Kita wajib memadukan opatimalisasi upaya dengan harapan pada pertolongan Allah agar semua usaha yang kita tempuh untuk menempa kesabaran berbuah kesuksesan. Harapan tersebut senantiasa kita sampaikan dalam doa-doa yang dipanjatkan. Salah satunya yang tercantum dalam al-Quran: “Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS al-Baqarah [2]: 250).

WalLahu a’lam. [Dedeh Wahidah Achmad]

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × four =

Back to top button