Catatan Dakwah

Saudara Kembar

Agama (ad-diin) dan penguasa (as-sulthaan)  seperti saudara kembar (thaw’amaani). Agama (Islam) itu asas dan penguasa itu penjaganya. Apa saja yang tidak ada asasnya akan hancur dan apa saja yang tidak ada penjaganya akan hilang.

(Imam al-Ghazali dalam Al-Iqtishad fii al I’tiqaad).

++++

 

Al-Zaitun adalah fenomena inhiraaf (penyimpangan). Dari segi pemahaman keagamaannya, ia berpangkal pada satu kelompok lama bernama Isa Bugis. Di antara pahamnya adalah, umat Islam ini hari berada dalam periode Makkah. Karena itu, menurut mereka, hukum-hukum yang ditetapkan di periode Madinah seperti shalat dan puasa, belumlah berlaku.

Al-Zaitun tidaklah sendiri. Dalam catatan Komisi Pengkajian MUI Pusat, yang di antara tugasnya mengkaji aliran sesat, saat pada periode tahun 2005-2010 saya sempat menjadi Wakil Ketua Komisi itu, ada lebih dari 250 aliran sesat di Indonesia. Macam-macam kesesatannya. Ada kelompok yang untuk bisa bergabung mensyaratkan istrinya harus digauli lebih dulu oleh imam atau pemimpin kelompok itu. Ada Salamullah yang dipimpin oleh Lia Aminudin atau Lia Eden. Ia mengaku mendapat wahyu dari Malaikat Jibril. Ia menyebarkan aliran baru yang mengawinkan tiga agama Samawi: Islam, Kristen dan Yudaisme. Bahkan, Lia Eden mengaku dirinya adalah titisan Bunda Maria yang diutus Jibril untuk mengabarkan bakal Yesus ke bumi.

Yang paling terkenal dari kelompok-kelompok sesat itu adalah Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dipimpin oleh Ahmad Mosadeq. Setelah sebelumnya bergerak diam-diam, pada 2007 Musadeq bersama pengikutnya secara terbuka mulai menyebarkan ajarannya kepada masyarakat luas. Di antaranya, mengubah syahadat yang semestinya menjadi menyatakan adanya nabi setelah nabi Muhammad saw., berjuluk al-Masih al-Maw’ud yang tak lain adalah Mosadeq sendiri. Ajaran kelompok ini merupakan sinkretisme dari apa yang ada dalam al-Quran, Injil, Yahudi melalui wahyu yang diklaim turun kepada Mosadeq.

Selain mengakui pemimpinnya sebagai rasul, kelompok itu juga mengajarkan tidak wajib salat lima waktu, berpuasa, dan ibadah haji. Paling konyol, Mosadeq menjamin siapa saja bisa masuk surga dengan membayar Rp 800 ribu rupiah. Karuan saja, ramailah orang masuk ke kelompok ini. Apalagi Musadeq juga menjanjikan hadiah sepeda motor jika bisa merekrut 40 anggota baru dan hadiah mobil jika bisa merekrut 70 anggota baru. Di akhir petualangannya, sebelum akhirnya ditangkap, disebut ada lebih dari 6.000 orang yang sempat menjadi pengikutnya.

Selepas menjalani hukuman penjara, bukanya kapok, Ahmad Mosadeq bersama sejumlah pengikutnya mendirikan Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara). Setelah sempat membuat heboh publik, akhirnya Pemerintah pada tahun 2017 membubarkan kelompok itu, termasuk membersihkan tempat pemukiman ribuan pengikut Gafatar di Kabupaten Mempawah yang dikatakan mereka sebagai darul hijrah (negeri hijrah).

Jika tidak ada tindakan yang semestinya dari penguasa, bukan hanya ratusan, mungkin bisa ribuan aliran sesat akan bermunculan, dengan korban bukan puluhan atau ratusan ribu, bahkan bisa jutaan umat. Semua fenomena itu menunjukkan kebenaran apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali di atas. Agama tanpa penjaga akan hilang. Hilang bentuk utuhnya atau bentuk bentuk yang sebenarnya oleh karena banyaknya penyimpangan-penyimpangan tadi. Bisa dibayangkan, bakal seperti apa Islam ini jadinya jika aliran-aliran sesat seperti beberapa contoh di atas terus dibiarkan.

Tanpa aliran sesat pun, bentuk utuh Islam sudah hilang. Islam adalah risalah yang diturunkan Allah melalui Rasulullah Muhammad saw. guna mengatur seluruh aspek hidup manusia, baik kehidupan pribadi, keluarga maupun pun kehidupan masyarakat dan negara. Tanpa penguasa yang benar, Islam ini hari hanya tampak dalam kehidupan pribadi, sebatas aspek ritual. Bahkan dalam aspek ritual pun, tak sedikit umat yang tidak mengamalkan. Lebih dari itu, dalam kehidupan masyarakat dan negara, bukan hanya tidak tampak. Islam bahkan dianggap sebagai ancaman. Buktinya, ada sekian banyak regulasi dan kebijakan yang meminggirkan Islam dan para pejuangnya di antaranya melalui labelisasi radikal-radikul. Sejumlah aturan yang dianggap berbau syariah, yang meski terbukti telah banyak memberi manfaat, dihapus begitu saja.  Alhasil, kerahmatan Islam yang dijanjikan Allah tak terwujud secara nyata.

Sebaliknya, benar pula apa yang dikatakan oleh Imam Ghazali, sesuatu yang tanpa asas (Islam) pasti akan hancur. Kehidupan bermasyarakat dan bernegara tanpa asas Islam terbukti memang rusak. Sejak Indonesia merdeka, telah lebih dari 70 tahun negeri ini diatur oleh sistem sekuler, baik bercorak sosialistik pada masa Orde Lama maupun kapitalistik pada masa Orde Baru dan neo-liberal pada masa reformasi. Dalam sistem sekuler itu lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari Islam: ekonomi kapitalistik, perilaku politik oportunistik dan machiavellistik, budaya hedonistik yang amoralistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta sistem  pendidikan yang materialistik.

Maka dari itu, bukan kebaikan yang diperoleh oleh rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim, melainkan berbagai problem berkepanjangan yang  datang secara bertubi-tubi. Lihatlah, meski Indonesia adalah negeri yang amat kaya dan sudah lebih dari 70 tahun merdeka, masih ada lebih dari 100 juta orang terpaksa hidup di bawah garis kemiskinan. Beban kehidupan bertambah berat seiring dengan kenaikan harga-harga yang terus menerus terjadi. Bagi mereka yang lemah iman,  berbagai kesulitan yang dihadapi itu dengan mudah mendorong dirinya untuk melakukan tindak kejahatan. Tindak kriminal seperti pencurian, perampokan dan pembunuhan serta tindak asusila, budaya permisif,  pornografi dengan dalih kebutuhan ekonomi  terasa  semakin meningkat. Wajar jika lantas orang bertanya, sudah lebih 70 tahun merdeka, hidup kok makin susah.

Di bawah sekularisme, Indonesia dengan mudah masuk dalama perangkap neo imperialisme (penjajahan baru). Neoimperialisme dilakukan melalui apa yang disebut sebagai skenario perang modern. Dalam perang ini tidak digunakan hard power (militer dan senjata), tetapi soft power bahkan smart power. Perang modern dilancarkan melalui sejumlah tahapan. Tahap pertama adalah infiltrasi lewat jalur intern, militer, pendidikan, politik, media massa. Juga ada eksploitasi dan adu domba lewat pembentukan opini, penciptaan sel-sel perlawanan dan provokasi. Tahap berikutnya, adanya kegiatan cuci otak guna mengubah cara berpikir dan paradigma serta nilai-nilai yang ada ke nilai-nilai asing. Setelah itu, masuk tahap penghancuran, pelemahan dan penguasaan yang dilakukan melalui operasi intelijen hingga konfrontasi, sebelum akhirnya sasaran direbut dan dikuasai.

Perang modern ini disebut Jean Tirole, profesor ekonomi di Universitas Toulouse, pemenang Nobel Ekonomi, sebagai proxy war. Ini adalah bentuk perang memperebutkan pengaruh ekonomi dan politik di suatu negara tanpa keterlibatan langsung negara yang melakukan agresi. Proxy war merupakan tahap lanjut dalam perang modern. Aktor-aktornya adalah korporasi multinasional, lembaga internasional dan negara-negara besar.

Inilah yang saat ini terjadi. Tanpa penguasa yang benar, Islam hilang. Tanpa Islam sebagai dasar, negara ini hancur oleh terkaman sekularisme dan neo imperialisme.

++++

 

Jadi jelaslah, dua saudara kembar itu, Islam dan penguasa islami, harus hadir secara bersamaan. Tidak boleh hanya salah satunya, apalagi tidak ada dua-duanya, jika kita tidak ingin Islam hilang dan atau negara hancur.

Tugas kita ini hari adalah menghadirkan penguasa islami, bukan sekadar penguasa. Hanya di tangan penguasa islami saja, yang mengerti apa tugas pokok dan fungsinya, seperti yang disebut oleh Imam al-Mawardi dalam Al-Ahkaam ash-Shulthaaniyah, sebagai penjaga agama dan pengatur urusan dunia dengan agama (hiraasah ad-diin wa siyaasah ad-dunyaa’ bihi), Islam akan terjaga dan pengaturan kehidupan masyarakat dan negara akan berjalan dengan baik sehingga memberi rahmat bagi semua. Insya Allah.  [H.M. Ismail Yusanto]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 − two =

Back to top button