Catatan Dakwah

Taat Membawa Berkah

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sungguh di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.” (HR al-Bukhari – Muslim).

++++

 

Idul Adha dan musim haji tahun 2024 telah berlalu. Namun, ketetapan Allah kepada kita untuk menjadikan Nabi Ibrahim dan keluarganya sebagai uswah hasanah sebagaimana disebut dalam QS al-Mumtahanah ayat 4 tetaplah berlaku. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang luar biasa. Mereka memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana menjadi hamba Allah sejati. Taat kepada Allah dengan taat setaat-taatnya. Apapun perintah-Nya. Meski perintah itu tampak tidak masuk akal. Meninggalkan anak-istri, seperti disebut dalam QS Ibrahim ayat 37, di lembah yang tak berpenghuni, bahkan tetumbuhan pun tak dijumpai. Atau sekilas perintah itu tampak sangat kejam. Menyembelih anaknya sendiri, seperti disebut dalam QS ash-Shaffat ayat 102. Semua perintah itu dilaksanakan oleh NabiyulLaah Ibrahim as. dan keluarganya dengan sikap sam’[an] wa thaa’at[an]. Inilah sikap seorang Mukmin hakiki dalam menghadapi setiap perintah dan larangan Allah. Demikian sebagaimana disebut dalam QS an-Nur ayat 51.

Ketika  suaminya tampak meninggalkan dirinya, Siti Hajar heran bukan alang-kepalang. Ditanya berulang, “Ibrahim! Kemana engkau hendak pergi meninggalkan kami di lembah yang tak ada seorang pun  dan tak ada apapun?”  Demikian sebagaimana diceritakan dalam Shahiih al-Bukhaarii. Namun, Nabi Ibrahim as. tak juga menghiraukan istrinya. Akhirnya, Siti Hajar bertanya, “Apakah Allah memerintahkan hal ini kepada engkau?” Nabi Ibrahim as. menjawab dengan tegas,”Ya.” Mendengar itu, Siti Hajar menarik kesimpulan sendiri. Hal itulah yang itu kemudian mengubah sikap dirinya, (Jika demikian, Allah pasti tidak akan menyia-nyiakan kami).”

Mengapa mereka bisa bersikap seperti itu? Taat sepenuhnya kepada Allah SWT? Mereka tentu sadar betul bahwa tak ada realisasi dari misi hidup untuk beribadah kepada Allah, kecuali taat sepenuhnya kepada-Nya. Hal itu disertai keyakinan, sebagaimana disebut dalam QS Fushilat ayat 46, bahwa Allah tidak akan mungkin menzalimi hamba-Nya. Juga yakin, dengan ketaatan itu, Allah pasti akan memberikan keberkahan yang melimpah, sebagaimana disebut dalam hadis qudsi riwayat Ahmad.

Benarlah. Di titik yang sangat menentukan, saat pisau tajam hendak mengiris kulit putih leher Ismail, Allah menggantikan dirinya dengan sembelihan yang lebih besar. Selanjutnya, setiap Idul Adha kita disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban. Tidak ada lagi perintah untuk menyembelih anak. Ali Syariati dalam buku Haji, mengingatkan kita bahwa menyembelih hewan kurban adalah simbolisasi dari sebuah substansi penting: kita harus menyembelih ‘Ismail’ kita. Katanya, Ismail kita adalah apa saja yang bisa menghalangi taat kita kepada Allah. Ismail kita bisa berupa harta, tahta atau keluarga (anak, istri, suami). ‘Ismail’-nya Nabi Ibrahim adalah anaknya yang bernama Ismail. Nabi Ibrahim mencontohkan kepada kita untuk tetap pada kecintaan yang tinggi (al-mahabbah al-ulyaa’), yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak jatuh pada kecintaan yang rendah (al-mahabbah al-adnaa’), yakni kecintaan pada harta, tahta dan keluarga melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya yang membuat dia abai terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Demikian seperti yang dilakukan oleh Fir’aun, Qarun dan orang-orang serupa itu sesudahnya.

Atas taatnya yang luar biasa kepada Allah itu, keberkahan melimpah diberikan kepada Nabi Ibrahim as. dan keluarganya. Makkah dan Baitullah, yang dulunya tak berpenghuni, bahkan tetumbuhan pun tak dijumpai, kini  menjadi pusat ibadah umat Islam sedunia. Tempat ini paling dirindukan oleh setiap Muslim. Inilah Masjidil Haram. Tak pernah sepi. Sepanjang waktu selalu saja ada yang beribadah, thawaf dan shalat di sana. Bahkan Allah menetapkan, shalat di Masjdil Haram berlipat kali lebih utama dibandingkan dengan di masjid biasa. Demikian sebagaimana disebut dalam Hadis Nabi saw., “Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR Ahmad).

Secara ekonomi, tempat itu juga memberikan keberkahan luar biasa. Ibadah haji dan umrah telah menjadi laksana sebuah industri yang tiap tahunnya diikuti oleh lebih dari 30 juta jamaah dari seluruh dunia dengan nilai ekonomi lebih dari 16 miliar USD.

Di Baitullah, muncul air Zam-zam yang sangat istimewa, baik dari sisi kejadiannya, kuantitas maupun kualitas airnya. Tidak ada satu pun teori dalam ilmu geohidrologi yang bisa menjelaskan genesanya. Secara kuantitas air zam-zam amat melimpah. Padahal debit sumur Zam Zam hanya sekitar 15 – 18 lt/detik, dengan kedalaman 42 meter. Namun, sumur ini selalu bisa mencukupi berapapun jumlah yang dibutuhkan atau yang diambil. Pernah dilakukan uji pompa 24 jam terus-menerus dengan debit 8000 lt/detik. Ternyata tidak habis. Air zam zam tetap mengalir. Muka air  di dalam sumur itu memang turun sekitar 11 meter. Namun, hanya dalam waktu 9 menit bisa kembali ke posisi semula.

Sumber mata air sumur Zam-zam secara alami mengalir di setiap musim tanpa bantuan mesin sedot pensuplai air. Tariq Hussain, insinyur kimia, Peneliti Instalasi Pemurnian Air Laut untuk diminum di Jeddah, menyimpulkan: Air zamzam melalui proses penyaringan alamiah yang sangat unik, yakni melalui bebatuan dan pasir yang berlapis-lapis.  Pada musim kemarau, saat semua sumur di sekitar Makkah kering, sumur Zam-zam tetap mengalirkan air. Pada musim haji, rata-rata 50 juta liter air Zam-zam diambil untuk jamaah haji sedunia. Ini belum termasuk jamaah umrah di luar bulan haji.

Dari kandungannya, air Zam-zam sangat istimewa. Bukan hanya bisa menghilangkan haus, tetapi juga mengenyangkan, bahkan juga menyembuhkan. Karena itu disunnahkan untuk berdoa ketika hendak meminumnya. Termasuk doa memohon kesembuhan dari segala penyakit. Dr. Masaru Emoto, dalam bukunya, The True Power of Water, menyebut bagaimana air Zam-zam memiliki kekuatan penyembuhan yang luar biasa, atas izin Allah. Air Zam-zam memiliki struktur molekul air yang unik dibandingkan dengan air-air seluruh dunia. Air Zam-zam dalam bentuk kristal menghasilkan struktur indah heksagonal (segi enam) yang cantik, indah, bak kilau berlian yang memancarkan lebih dari 12 warna bila diiringi hal-hal positif (doa dan bacaan al Qur’an). Sifat kualitas positif molekul kristal, menurut dia, karena pengaruh lingkungan (haji, umrah, munajat doa dan bacaan al-Quran) di sekitar Ka’bah tiap hari di sepanjang masa. Namun, kristal itu akan pecah tak beraturan jika diiringi hal-hal yang bersifat negatif.

Kandungan mineral dan elemen lainnya dengan jumlah fantastis. Sekitar 2.000 miligram perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg perliter. Di antaranya, sodium (250), kalsium (200), potassium (20), magnesium (50) sulfur (372), bicarbonate (366), nitrat (273), fosfat (0,25), clan ammonia (6). Kadar kalsium dan garam magnesiumnya lebih tinggi dibandingkan dengan sumur lainnya. Kandungan zat fluorida berkhasiat memusnahkan kuman-kuman tubuh manusia. Air Zamzam selalu bebas dari kontaminasi kuman karena lingkungan sumur terjaga alami.

Hebatnya lagi, sumur air Zam-zam tak pernah ditumbuhi lumut maupun mikroorganisme. Beda dengan sumur umumnya di seluruh dunia. Dengan begitu ke-steril-an air Zam-zam tetap terjaga. Komposisi dan rasa kandungan garamnya selalu stabil. Selalu sama dari sejak terbentuknya sumur ini. “Rasanya” selalu terjaga. Ini diakui oleh semua jemaah haji dan umrah yang selalu datang tiap tahun. Tak pernah ada yang komplain. Air Zam-zam ini tak pernah dicampur bahan kimia apapun.

Sebegitulah besarnya keberkahan yang didapat oleh Nabi Ibrahim as. dan keluarganya. Permohonan keberkahan bagi Nabi Muhammad saw. pun merujuk pada keberkahan yang telah diberikan Allah kepada mereka. Demikian sebagaimana disebut dalam hadis shahih Riwayat al-Bukhari dan Muslim di atas.

++++

 

Jadi, rumus untuk meraih keberkahan cuma satu: Taat kepada Allah SWT! Taat menghasilkan ridha. Ridha mendatangkan  berkah. Berkah, menurut Imam an-Nawawi dalam syarh Riyaadh ash-Shaalihiin, diartikan sebagai ziyaadah al-khayr wa al-ajri (bertambahnya kebaikan dan pahala). Hidup yang berkah adalah hidup yang terus bertambah kebaikannya. Tambah umur, tambah kebaikan. Tambah rezeki dan harta, tambah kebaikan. Tambah jabatan dan kedudukan, tambah kebaikan. Tambah anggota keluarga, tambah kebaikan. Tambah ilmu, tambah kebaikan. Sekali keberkahan diberikan oleh Allah, maka kebaikan itu tak berbatas (laysa li barakatii nihaayah). Demikian sebagaimana tampak pada keberkahan yang telah Allah limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya itu.

Ke sanalah mestinya kita membawa diri, keluarga, masyarakat dan negara untuk taat kepada Allah sepenuhnya. tentu agar kita mendapatkan keberkahan dari Allah. Tidak lain berupa tambahan kebaikan di dunia dan pahala di akhirat. Bukan malah bertindak sebaliknya: gemar maksiat, menjauhi taat dan malah memusuhi orang yang mengajak taat. [H.M. Ismail Yusanto]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

17 − 16 =

Back to top button