Dari Redaksi

Kemenangan Hakiki Revolusi Syam

Ahad, 8 Desember 2024, menjadi hari bersejarah bagi rakyat Suriah. Bashar al-Assad, diktator keji yang telah berkuasa lebih dari 24 tahun, akhirnya tumbang dan melarikan diri ke negara musuh, Rusia, yang selama ini membantu dirinya. Umat Islam Suriah bergembira. Kejatuhan rezim keji ini patut kita syukuri. Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT dan mengucapkan selamat kepada seluruh rakyat Syam serta para mujahidin yang ikhlas, yang menjadi ujung tombak perjuangan ini. Pejuang gigih yang selama ini istiqamah dan bersabar menghadapi rezim represif. Perjuangan yang didasarkan pada keimanan dan kesabaran telah membuahkan kemenangan.

Thâghût Syam, yang diibaratkan sebagai Fir’aun zaman ini, akhirnya jatuh setelah perjuangan panjang. Rezim Bashar al-Assad, yang mewarisi kekejaman ayahnya, Hafiz al-Assad, memang sangat kejam terhadap rakyatnya sendiri. Khawatir kekuasaannya jatuh akibat imbas Arab Spring, sejak 2011, Bashar berhadap-hadapan dengan rakyatnya yang menginginkan perubahan. Aspirasi damai dari rakyat yang menginginkan perubahan disikapi dengan sikap represif.

Sejak pecahnya konflik pada tahun 2011, diperkirakan lebih dari 50 ribu umat Islam Suriah terbunuh. Jutaan lainnya menjadi pengungsi, terlunta-lunta dan terpaksa keluar dari Suriah. Rezim Bashar tak segan-segan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. Dalam serangan menggunakan senjata kimia di Ghouta (2013), Khan Sheikhoun (2017) dan Douma (2018), diperkirakan ribuan orang terbunuh, termasuk anak-anak. Dengan bantuan Amerika, Rusia dan Iran, sering terjadi pengeboman dengan menggunakan pesawat tempur, artileri berat dan rudal. Pengeboman yang mengerikan ini dikenal dengan bom barrel yang sifatnya sangat merusak, membunuh ribuan orang, dan menghancurkan infrastruktur kota-kota seperti Aleppo, Homs, dan Idlib.

Rezim represif ini juga melakukan penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang tanpa proses hukum. Laporan dari kelompok hak asasi manusia seperti Human Rights Watch dan Amnesty International mencatat bahwa pasukan Assad menggunakan teknik penyiksaan yang sangat brutal, termasuk pemukulan, pelecehan seksual dan kelaparan yang disengaja. Banyak tahanan yang akhirnya meninggal di dalam penjara karena penyiksaan atau kondisi buruk di tempat penahan­an. Penjara Sednaya merupakan tempat penahanan ribuan tahanan yang menjadi simbol kekuasaan represif Presiden Bashar al-Assad. Saat para tahanan dibebaskan dari penjara ini, jejak-jejak kekejaman Bashar sangat jelas.

Untuk mempertahankan kekuasaannya, rezim ini menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, mengepung kota-kota dan daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok oposisi untuk memblokir pasokan makanan dan obat-obatan. Kota Madaya, misalnya, pada tahun 2015 dikepung hingga menyebabkan kelaparan massal. Penduduknya terpaksa mengkonsumsi rumput dan hewan peliharaan untuk bertahan hidup.

Meskipun demikian, kita perlu mengingatkan bahwa perjuangan belumlah benar-benar selesai. Negara-negara imperialis kafir, seperti Amerika Serikat, Rusia dan sekutu-sekutu Baratnya tidak akan membiarkan perubahan menuju kemenangan yang sejati. Amerika, dengan bantuan aktor negara regional seperti Turki, negara-negara Arab, termasuk Israel, seperti biasa akan membajak perubahan ini. Jangan tertipu dengan sikap simpati Amerika yang seolah mendukung perubahan ini. Perlu selalu diingat, rezim Assad (baik anak maupun ayahnya) bisa bertahan lebih dari lima puluh tahun berkat dukungan Barat.

Tujuan makar mereka sangat jelas, yaitu tidak menginginkan Islam menjadi dasar yang mengatur negara Syam. Amerika akan berusaha memastikan Suriah tetap menjadi negara sekuler, meskipun dengan ‘kosmetik’ Islam. Negara sekuler atas nama negara sipil, moderat dan inklusif yang ujung-ujungnya tetap sekuler. Mereka akan sekuat tenaga mencegah Syam kembali menjadi pusat Negara Khilafah, sebagaimana kabar gembira yang dijanjikan Rasulullah saw.

Intervensi Amerika dan sekutu-sekutu Barat yang membajak perubahan di Mesir, Tunisia, Libya dan Sudan menjadi pelajaran penting. Di Mesir dan Tunisia, mereka menawarkan demokrasi sekuler yang berbalut Islam. Ujung-ujungnya, rezim militer dan sekuler kembali berkuasa. Di Libya, Amerika dengan makarnya memerangi para pejuang Islam yang menjadi ujung tombak perubahan atas nama perang melawan terorisme. Di Sudan, Amerika menggunakan militer Sudan untuk terus memelihara konflik di sana. Hingga saat ini, Libya dan Sudan terus bergejolak, sembari kekayaan alamnya terus dieksploitasi negara-negara imperialis. Di Afganistan, meskipun memberikan kekuasaan kepada Taliban, Amerika tetap berupaya mengendalikan Afganistan.

Maka dari itu, apa yang disampaikan Hizbut Tahrir Suriah pantas untuk diperhatikan. Dalam pernyataan persnya, Hizbut Tahrir Suriah menyatakan: “Kejatuhan Thâghût Syam adalah kegembiraan bagi kita semua. Ini adalah hari besar yang menunjukkan kekuasaan Allah Yang Maha­perkasa dan Mahabijaksana. Namun, prinsip utama dari Revolusi Syam yang diberkahi adalah menggulingkan sistem sekuler yang zalim beserta seluruh pilar dan simbolnya, termasuk konstitusi, para penjahat, dan institusi represifnya, baik itu keamanan maupun militer. Sistem pengganti haruslah berasal dari akidah kita, bukan rancangan musuh kita. Oleh karena itu, perjuangan harus terus berlanjut hingga tujuan yang sejati tercapai. Inilah satu-satunya jalan keselamatan dengan izin Allah. Kita harus belajar dari tragedi pasca-revolusi di Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman. Revolusi yang setengah-setengah adalah kehancuran. Bergantung pada sistem sekuler yang ada hanya akan mengarah pada kebinasaan.”

“Untuk membalas pengorbanan dua juta syuhada, sebagai wujud rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan pertolongan-Nya, hal ini harus diwujudkan dengan terus berjuang untuk menegakkan syariah-Nya di atas reruntuhan sistem sekuler yang telah hancur. Hal ini hanya bisa dilakukan melalui perjuangan untuk mendirikan pemerintahan Islam yang berdasarkan konstitusi Negara Khilafah Rasyidah berdasarkan manhaj Kenabian. Dengan Khilafah, kita akan meraih ridha Allah, melindungi kehormatan kita dan membebaskan tempat-tempat suci kita. Menegakkan Khilafah adalah kewajiban, bahkan merupakan mahkota dari segala kewajiban. Untuk tujuan mulia ini, hendaknya kita semua berjuang.”

Maka dari itu, seluruh rakyat Syam dan para mujahidin yang ikhlas wajib berjuang sekuat tenaga dan bersatu untuk menegakkan Khilafah ‘alâ minhâj an-Nubuwwah dan menerapkan syariah Islam secara total. Kita memohon kepada Allah melalui kekuatan yang dimiliki para mujahidin yang ikhlas agar segera menegakkan pemerintahan Islam di bawah Khilafah Rasyidah kedua berdasarkan manhaj kenabian, yang akan memberikan kemenangan sejati bagi umat Islam dan dunia.

AlLâhu Akbar! [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

four × 5 =

Back to top button