Dari Redaksi

Propaganda Kekufuran Dalam Kunjungan Paus

Kunjungan Paus Fransiskus baru-baru ini ke Indonesia tak pelak menuai kontroversi. Berawal dari surat yang dikeluarkan Kominfo tentang permintaan untuk merubah azan menjadi running text dalam acara live misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Misa ini disiarkan oleh hampir semua telivisi. Kegiatan bersama di seputar Masjid Istiqlal yang diisi dengan pembacaan al-Quran dan Injil pun disorot.

Kunjungan Paus ke Indonesia jelas bukan sekadar kunjungan keagamaan belaka. Pasalnya, selain pemimpin Gereja Katolik Dunia, Paus juga Kepala Negara Vatikan. Kunjungan kepala negara pastilah bermotif politik, langsung atau tidak. Bukanlah tanpa maksud mengapa Obama saat menjadi presiden Amerika memilih Mesir dalam kunjungan pertamanya ke Timur Tengah. Di sana Obama mempropagandakan ideologi Kapitalisme, menyerukan demokrasi dan moderasi. Jelas ini motif politik. Sama halnya dengan kunjungan kedatangan pemimpin negara Vatikan ini pastilah bermotif politik; antara lain upaya memastikan dan mengokohkan sekularisme di Indonesia.

Apalagi Indonesia adalah salah satu  negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia. Walaupun tidak langsung bicara sekularisme, tampak propaganda pluralisme, sinkretisme, termasuk ide moderasi beragama, toleransi, perdamaian yang  menjadi arus utama opini menguat saat kunjungan Paus. Itulah nilai yang terus di-blow up saat kunjungan Paus.

Hal ini tentu sejalan dengan kepentingan negara-negara Barat imperialis seperti Amerika Serikat. Barat selalu memastikan negeri Islam ini sekuler. Ini penting untuk mempertahankan penjajahan mereka melalui adopsi ideologi Kapitalisme. Sekulerisme sekaligus menjadi alat politik Amerika dan sekutu Baratnya untuk menjauhkan kaum Muslim dari penerapan ajaran Islam secara kaaffah, apalagi dalam sebuah negara.

Sekularisme memastikan agama hanya untuk mengatur urusan individu; tidak campur tangan dalam masalah kenegaraan, politik, ekonomi, atau pendidikan. Adapun pluralism, dengan membajak slogan bhineka tunggal ika, telah menjadi nilai propaganda Barat untuk merusak keimanan seorang Muslim. Pluralisme menjadi alat politik untuk mencegah penerapan syariah Islam dengan alasan ‘kita kan beragam’.

Penerapan syariah Islam dianggap ancaman keberagaman. Tidak hanya itu, gagasan pluralisme sampai pada upaya penyatuan agama. Mereka menyatakan semua agama itu sama baiknya. Sama-sama mengajak untuk kebaikan dan menyembah Tuhan.Tidak boleh satu agama pun yang mengklaim dirinya paling benar, termasuk Islam. Setelah itu mereka akan menuding siapapun yang menganggap agamanya paling benar adalah bibit intoleransi, radikal dan ujung-ujungnya selangkah menjadi teroris. Inilah pola berulang yang digunakan musuh-musuh Islam untuk merusak aqidah umat dan menjauhkan umat dari syariah Islam. Jelas ini merupakan propaganda palsu yang penuh dengan kebohongan.

Sekularisme adalah ajaran yang bertentangan dengan Islam. Sebabnya, syariah Islam mengatur segala aspek kehidupan, bukan hanya individu, tetapi juga sosial, ekonomi, politik hingga negara. Islam adalah ajaran untuk seluruh umat manusia; agama yang rahmatan lil alamin. Syariah Islam bisa menyelesaikan persoalan umat manusia, bukan hanya umat Islam. Penerapan syariah Islam tidak mensyaratkan seluruh penduduknya beragama Islam. Pada masa Rasulullah saw. dan para khalifah setelahnya, rakyat Daulah Islam bukan hanya Muslim, tetapi juga ada yang beragama Kristen, bahkan Yahudi. Namun, semuanya tunduk pada ajaran Islam yang mulia. Keragaman diakui oleh Islam dan tidak dihilangkan. Namun, keragaman itu diatur berdasarkan syariah Islam. Tidak mengherankan kalau pusat-pusat Kekhilafahan dan kota-kota besarnya  menjadi tempat kehidupan yang harmonis antar umat beragama seperti di Palestistina, Andalusia (Spanyol), Suriah, Irak, maupun Mesir.

Isu perdamaian yang dibawa Vatikan juga penuh dengan omong-kosong. Memang dalam beberapa kesempatan Vatikan berbicara tentang perdamaian di Palestina. Namun, perdamaian tanpa bisa menghentikan kejahatan genosida yang dilakukan entitas penjajah Yahudi yang didukung penuh Amerika adalah omong-kosong! Bahkan pihak Vatikan menghindar untuk menyatakan yang terjadi di Palestina adalah genosida. Vatikan juga tidak secara terbuka mengecam kejahatan Amerika yang menebar perang dan pertumpahan darah di seluruh dunia, termasuk di Palestina, dengan mendukung penjajah Yahudi itu sebagai harga mati. Bantuan kemanusiaan saja tidaklah cukup untuk menghentikan peperangan. Inilah yang tidak bisa bahkan tidak mau dilakukan oleh Vatikan.

Tentu yang paling berbahaya, kedatangan pemimpin Vatikan itu menjadi propaganda kekufuran. Islam tidak memaksa siapapun untuk memeluk agama Islam. Tidak melarang pula orang di luar Islam untuk beribadah di rumah ibadah mereka. Bahkan dalam perang pun Rasulullah saw. melarang untuk menghancurkan rumah-rumah ibadah. Namun, bukan berarti Islam membolehkan penyebaran kekufuran secara terbuka, seperti melakukan misa bersama yang disiarkan secara langsung hingga mengorbankan azan di tv. Jelas misa terbuka ini adalah syiar kekufuran yang dilarang dalam Islam.

Bagaimana mungkin agama yang menyatakan Allah itu punya anak dibiarkan oleh negeri Islam seperti Indonesia menyebarluaskan kekufuran? Bukankah dalam al-Quran Allah SWT telah menunjukkan kemurkaan terhadap siapapun yang menyatakan Allah itu punya anak. Allah SWT berfirman (yang artinya): Mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sungguh kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar hingga hamper saja karena ucapan itu langit pecah, bumi belah dan gunung-gunung runtuh; karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak (TQS Maryam [19]: 88-92).

Secara khusus lonceng gereja yang terdengar keras dianggap merupakan syiar kekufuran dilarang dalam Islam. Malik bin Anas ra. mengatakan: “Ketika lonceng (gereja) itu dibunyikan, maka kemarahan Allah ‘Azza wa Jalla memuncak sehingga para malaikat turun, memegang setiap ujung bumi, dan selalu mengatakan: Katakanlah (Muhammad), ‘Dialah Allah Yang Maha Esa.’ (TQS al-Ikhlas [112]: 1). Sampai kemarahan Allah itu reda.”

Lantas bagaimana mungkin ada Muslim, apalagi diklaim sebagai imam besar masjid ta’zhiim kepada pemimpin agama yang membawa kekufuran ini.

Ya Allah, kami telah menyampaikan. Saksikanlah!

AlLaahu Akbar!  [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × five =

Back to top button