
Setahun Genosida Palestina
Sejak Oktober 2023, genosida terhadap rakyat Gaza Palestina terus berlangsung. Seolah tidak ada yang bisa menghentikan. Korban dalam jumlah besar pun berjatuhan. Laporan Anadolu Agency, mengutip Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Gaza, menyatakan bahwa 79% dari 1.245 masjid di Gaza dihancurkan. Sebanyak 19 dari 60 kuburan menjadi sasaran. Jenazah digali dan dinodai. Laporan dari sumber lain menyatakan zionis Yahudi telah membunuh lebih dari 41.000 warga Palestina. Sebanyak 10.000 orang hilang dan belum ditemukan. Namun, diduga mereka sudah tak bernyawa di bawah reruntuhan. Diperkirakan secara total lebih dari 100.000 rakyat Palestina menjadi syuhada.
Genosida ini bukanlah baru setahun. Pembantaian ini sudah terjadi bahkan sebelum entitas penjajah Yahudi berdiri pada tahun 1948, dengan mengatasnamakan negara Israel. Israel adalah negara palsu. Dia lahir dari rahim kolonialisme yang dibidani Inggris. Dia lalu dijaga dan dipelihara dengan harga mati oleh Amerika Serikat dan sekutu Baratnya. Pada periode 1947 hingga 1949, setidaknya 750 ribu warga Palestina diusir dari tanah mereka. Pasukan Zionis mengambil 78 persen wilayah Palestina. Mereka menghancurkan sekitar 530 kota dan desa di sana. Mereka sekaligus membunuh sekitar 15 ribu warga Palestina. Pembunuhan dan penghancuran oleh Yahudi terus berlangsung hingga kini.
Satu tahun Genosida terhadap Gaza mengungkap banyak hal penting. Yang utama, tentang keteguhan dan kesabaran rakyat Gaza dan Palestina secara keseluruhan. Meskipun ujian berat diderita, rakyat Gaza telah membuktikan keimanan mereka kepada Allah SWT. Keikhlasan saat diuji dengan musibah tampak dari wajah-wajah para ibu yang ditinggalkan oleh anak dan suaminya. Kesabaran yang muncul dari kesadaran perjuangan memang membutuhkan pengorbanan. Semua itu akan dibalas surga oleh Allah SWT. Ujian ini juga tidak membuat rakyat Palestina surut dari perjuangan. Mereka tetap gigih melakukan perlawanan meskipun para penguasa Arab hanya diam tidak membantu mereka.
Setahun genosida Gaza juga mengungkap kegagalan sistem politik internasional yang dibuat oleh Barat serta yang dipimpin dan dikendalikan oleh mereka. Semua institusi internasional ala Barat yang dibanggakan akan bisa menciptakan perdamaian internasiona gagal total saat menghadap kekejian entitas penjajah Yahudi. Semuanya menjadi mandul tak bertaji. Ini semakin membuktikan bahwa institusi internasional ini hanya alat Barat untuk mengendalikan dunia demi kepentingan mereka. Karena itu sungguh bodoh para penguasa negeri Islam yang masih berharap pada PBB untuk menyelesaikan masalah ini.
Setahun Genosida ini semakin menunjukkan bahwa Amerika, Inggris dan sekutu Baratnya—yang secara loyal, irrasional, tidak peduli kemanusiaan dan terus mendukung entitas Yahudi ini—adalah musuh umat Islam. Mereka masuk dalam katagori muhaarib[an] fi’l[an] (kaum kafir yang nyata-nyata memerangi umat Islam).
Entitas penjajah Yahudi ini sesungguhnya tidak ada apa-apanya tanpa dukungan politik, ekonomi dan militer dari Amerika Serikat dan sekutunya. Lebih dari 22,76 miliar dolar (sekitar Rp 357 triliun) telah digelontorkan Amerika untuk mendukung genosida yang dilakukan Yahudi ini. Termasuk operasi di Yaman. Dari laporan Brown University’s Watson Institute, bantuan militer AS yang ditujukan untuk Israel sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023 yakni mencapai 17,9 miliar dolar AS (sekitar Rp 281 triliun). Berdasarkan laporan tersebut, angka itu adalah total bantuan tahunan tertinggi AS untuk Israel yang pernah diberikan. Sebagaimana dilansir dari Al-Jazeera, Senin (7/10/2024), bantuan untuk Israel merupakan gabungan dari pembiayaan militer, penjualan senjata, dan transfer dari persediaan senjata AS. Sebagian besar persenjataan yang dikirim AS adalah amunisi, termasuk peluru artileri dan bom seberat 2.000 pon atau 907 kg.
Semua ini sudah seharusnya memperjelas sikap kaum Muslim terhadap Amerika Serikat sebagai negara musuh. Siapapun yang berharap dan bergantung pada negara musuh ini adalah pengkhianat umat Islam.
Meskipun pengkhianatan penguasa Arab sudah jelas tampak sejak lama, bahkan saat entitas penjajah Yahudi didirikan pada tahun 1948, genosida satu tahun ini semakin mengungkap secara nyata pengkhianatan yang menjijikkan ini. Hampir seluruh penguasa negeri Islam, terutama negara-negara Arab, tidak sungguh-sungguh untuk melakukan tindakan yang menghentikan pembantaian Yahudi ini. Sikap simpati palsu, membanggakan bantuan kemanusiaan, solusi dua negara, berhenti pada kecaman, menjadi bukti pengkhiantan ini. Jelas, sikap mereka tidak menyentuh persoalan mendasar masalah Palestina, yaitu keberadaan penjajah Yahudi. Sikap mereka malah mengokohkan keberadaan entitas penjajah ini dengan solusi dua negara, bergantung pada PBB. Kalaupun ada serangan dari Iran, itu bukanlah serangan yang serius untuk mengenyahkan penjajah Yahudi ini. Semuanya merupakan serangan terukur untuk menyelamatkan muka. Terukur dalam kendali Amerika sampai pada titik yang bukan untuk menghancurkan keberadaan Zionis Yahudi ini. Bisa disebut merekalah sebagai ‘iron dome’ sejati, yang paling kuat melindungi entitas penjajah Yahudi ini.
Terakhir, setahun genosida ini semakin mengokohkan kebutuhan persatuan umat pada level global. Tentu untuk memiliki kekuatan yang seimbang menghadapi entitas penjajah Yahudi yang juga didukung secara global oleh Amerika dan sekutunya Baratnya. Selain itu, perlu adanya panglima perang di tengah-tengah umat Islam untuk menggerakkan angkatan bersenjata mereka, dengan meninggalkan penguasa mereka yang berkhianat. Kebutuhan persatuan umat Islam ini sangat mendesak. Persatuan sejati ini akan membentuk kekuatan negara adidaya yang merepresentasikan kekuatan umat Islam secara global. Semua itu hanya akan terwujud dengan tegaknya kembali Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah di tengah-tengah umat Islam.
Juga penting bagi para panglima perang di negeri-negeri Islam, terutama negeri Arab untuk memenuhi seruan dan panggilan tulus dari Hizbut Tahrir Irak yang dalam pernyataan persnya (7/10/2024) menyerukan: “Wahai bala tentara kaum Muslim. Wahai keturunan Khalid, Abu Ubaidah dan Al-Qaqa. Telah tiba saatnya bagi kalian untuk kembali sadar, memohon ampunan kepada Tuhan kalian dan menebus dosa karena telah duduk diam sehingga kalian dapat mulai menghancurkan singgasana-singgasana yang busuk ini dengan mendukung Hizbut Tahrir, pelopor yang tidak berbohong kepada rakyatnya, untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan Khilafah Rasyidah di atas manhaj kenabian, dan menyatakan jihad terhadap setiap orang yang berani menyerang kaum Muslim. Kalian layak untuk itu. Kalian memiliki perlengkapan dan jumlah. Terutama kalian memiliki aqidah yang tidak menghalangi kesulitan apa pun.”
AlLaahu Akbar! [Farid Wadjdi]