
Visi Khilafah Meraih Kemerdekaan Hakiki!
Tanggal 17 Agustus setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Kemerdekaan. Tentu kita bersyukur. Kemerdekaan negeri ini telah membuat kita lepas dari penjajah Portugis, Inggris, Belanda hingga Jepang secara militer. Perjuangan kemerdekaan ini tidak lepas dari peran umat Islam sebagai rakyat mayoritas di negeri ini. Terutama para ulama yang menjadi pahlawan dan garda terdepan jihad fi sabilillah melawan penjajah yang terusir dari negeri ini.
Namun, harus kita akui, penjajahan sebenarnya belum benar-benar berakhir. Negara-negara imperialis Barat tentu tidak ingin melepaskan Indonesia—yang dikenal dengan kekayaan alamnya yang berlimpah—begitu saja. Mereka pun merancang strategi untuk tetap menjajah Indonesia, meskipun secara fisik, militer mereka tidak lagi ada di negeri ini.
Untuk itu penjajah memastikan dua hal penting agar penjajahan tetap berlangsung. Pertama, memastikan negeri ini mengadopsi dan tunduk pada sistem Kapitalisme liberal yang mereka rancang secara global untuk menjerat dunia. Kedua, memastikan para penguasa di negeri yang merdeka itu, dalam kendali mereka. Baik secara langsung ataupun tidak, terbuka atau tertutup. Bahkan bisa jadi, secara retorika publik, pemimpin boneka itu sepertinya anti penjajahan. Namun faktanya, mereka membuat banyak kebijakan yang memuluskan penjajah tetap berlangsung.
Dua hal inilah yang menjadi sumber bencana di negeri Islam, termasuk negeri ini, sekaligus membuat penjajahan sejatinya masih terjadi. Tentu sangat tepat apa yang dikatakan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahulLaah, pendiri Hizbut Tahrir, dalam kitab Nidaa‘ Haar, “Sungguh umat Islam telah mengalami tragedi dengan dua ujian. Pertama, para penguasa mereka adalah agen-agen kaum kafir penjajah. Kedua, diterapkan kepada mereka apa-apa yang tidak diturunkan oleh Allah, yaitu diterapkan kepada mereka sistem kufur.”
Lantas bagaimana agar kita benar-benar merdeka secara hakiki? Benar-benar lepas dari penjajahan dari segala bentuk? Bukan hanya penjajahan fisik atau militer, tetapi juga merdeka dari penjajahan ekonomi, politik, atau budaya, terutama ideologi penjajah kufur?
Kuncinya tidak lain adalah kembali pada Islam yang diterapkan secara kaaffah (totalitas) di bawah naungan Khilafah ‘alaa minhaaj an-Nubuwwah. Beberapa langkah penting Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah untuk meraih kemerdekaan yang hakiki antara lain: Pertama, memastikan Islam menjadi asas dari negara, masyarakat dan invidu. Dengan menerapkan Islam, maka penjajahan ideologi Kapitalisme yang menjadikan manusia menjadi sumber kedaulatan akan dihapuskan. Selama ini sumber utama penjajahan adalah ketika hak membuat hukum diserahkan kepada manusia atas nama kedaulatan rakyat dengan sistem politik demokrasi. Di sinilah politik transaksional yang menguntungkan para pemilik modal terjadi. Melalui sistem politik demokrasi inilah, mereka membuat hukum yang justru memuluskan penjajahan dan merusak rakyat. Bukan berpihak kepada rakyat, tetapi para pemilik modal. Lihatlah berbagai UU kita yang merupakan produk sistem demokrasi, seperti UU Kelistirikan, UU Migas, UU Investasi, hingga berbagai UU Omnibus Law. Semuanya dirancang untuk keuntungan pemilik modal.
Kedua, Khilafah memastikan hukum yang berlaku hanyalah syariah Islam dalam berbagai aspek. Ini merupakan konsekuensi dari Negara Khilafah yang berdasarkan aqidah Islam. Penerapan syariah Islam secara totalitas akan memangkas bahkan mencampakkan berbagai produk uu pro penjajahan yang dirancang untuk kepentingan penjajah. Dalam ekonomi, misalnya, syariah Islam memastikan barang-barang tambang yang jumlahnya melimpah dikelola negara dengan baik untuk kepentingan rakyat. Sebabnya, barang tambang yang melimpah itu seperti minyak, batu bara, emas, nikel, timah, sejatinya adalah milik umum (milkiyah ‘ammah). Kepemilikannya tidak boleh diserahkan kepada invididu, swasta apalagi negara-negara kafir imperialis. Milik umum harus dikelola untuk kepentingan rakyat. Hal ini akan memutus mata rantai penjajahan terhadap kekayaan alam negeri ini, yang selain dikeruk oleh negara imperialis, juga dikorupsi oleh elit politik dan lingkaran oligarki mereka.
Islam juga akan mengubah sistem mata uang yang berbasis uang kertas (fiat money) yang tunduk pada dolar menjadi sistem mata uang dinar dan dirham berdasarkan emas dan perak. Ini akan menghentikan penjajahan dolar di negeri-negeri Islam yang selama kerap memukul dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi negeri-negeri Islam.
Selain itu, politik ekonomi Negara Khilafah adalah menjamin kebutuhan pokok tiap individu rakyat disempurnakan dengan pendidikan dan kesehatan gratis. Inilah yang menjamin kesejahteraan rakyat, memangkas kemiskinan struktural yang diciptakan sistem Kapitalisme.
Ketiga, Negara Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah akan menyatukan negeri-negeri Islam yang selama ini disekat-sekat oleh sistem negara-bangsa (nation-state). Sistem yang lahir dari rahim kolonialisme ini telah memecah-belah negeri-negeri Islam dan memperlemah mereka. Inilah yang membuat negara imperialis Barat hilang rasa takutnya terhadap umat Islam. Sebabnya, mereka tahu sistem negara bangsa ini akan membelenggu persatuan kaum Muslim, mencegah mobilisasi tentara-tentara kaum Muslim diseluruh dunia. Seperti yang terjadi di Palestina. 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia, dengan jutaan tentara dan peralatan tempurnya, tidak bisa membebaskan Palestina yang diduduki oleh entitas Yahudi yang didukung Amerika dan sekutunya.
Keempat, sistem Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah akan mencampakkan para penguasa negeri Islam yang menjadi boneka Barat dan dengan setia melayani tuan-tuan mereka.
Khilafah yang mengikuti metode kenabian juga akan berjuang untuk membebaskan negeri-negeri Islam yang tertindas, seperti Palestina dan Kashmir. Khilafah akan kembali menguasai rute perdagangan utama dunia, baik Terusan Suez, Selat Malaka, maupun Selat Hormuz. Khilafah akan mendirikan tatanan Islam baru, setelah mengubur tatanan internasional yang korup saat ini. Khilafah ini akan menjadi negara terbesar di dunia. Khilafah akan memiliki sumberdaya alam terbanyak dan populasi terbesar di dunia. Angkatan bersenjata dan persenjataan tempurnya akan menjadi yang terkuat di dunia. Di atas segalanya, Khilafah akan memiliki kekuatan iman kepada Allah SWT, yang mengalahkan semua yang berani menentangnya.
AlLaahu Akbar! [Farid Wadjdi]