Dari Redaksi

Visi Umat Terbaik

Suatu bangsa yang tidak memiliki kekuatan, persatuan dan pemerintahan yang kuat pada akhirnya akan melihat nasibnya dibentuk oleh keputusan orang lain. Inilah yang terjadi pada Dunia Islam sekarang. Melihat Pilpres Amerika saat ini, seperti biasa, dunia Muslim dengan penuh harap menunggu untuk melihat calon presiden AS mana yang akan menang, juga strategi apa yang mungkin akan diambil terhadap negeri-negeri Islam.

Sebagian berharap bahwa keberhasilan seorang calon presiden tertentu dapat menguntungkan umat Islam atau mungkin mengarah pada berakhirnya konflik Gaza. Sangat disayangkan saat ini negeri-negeri Islam sangat dipengaruhi oleh tatanan sekuler global dan kebijakan-kebijakan kekuatan-kekuatan non-Islam.

Umat Islam menyaksikan Pemilu AS dengan rendah diri dan penuh penghinaan. Mereka bertanya-tanya kandidat mana yang akan menang: Harris yang tidak berpengalaman dan tidak kompeten atau Trump yang tidak menentu dan narsis. Saat ini para pemimpin negeri-negeri Islam mendapati diri mereka dalam posisi tunduk. Mereka mengikuti dan menjalankan kebijakan-kebijakan kekuatan-kekuatan global utama yang dikendalikan kafir imperialis.

Padahal Allah SWT telah menggariskan umat ini sebagai umat terbaik. Seharusnya kitalah yang memimpin dunia, independen dan tidak bergantung pada kebijakan negara lain. Kitalah yang menjadi penentu kebijakan dunia. Setiap kebijakan dari umat terbaik ini akan mempengaruhi konstelasi global dunia. Diperhitungkan oleh kawan dan dikhawatirkan oleh musuh-musuhnya.

Visi umat terbaik ini sekaligus menjadi visi negara dalam Islam yang mengarahkan tujuan umat, aspirasi jangka panjangnya dan menguraikan masa depan yang seharusnya ada pada umat. Sebagaimana fungsi visi sebuah negara sebagai direction (arah), umat terbaik ini menjadi arah (direction) dari kebijakan politik global umat Islam.

Visi sebagai umat terbaik ini mengarahkan umat untuk membangun negara adidaya di dunia. Ini karena umat terbaik ini bukan hanya untuk umat Islam, tetapi juga untuk umat manusia. Untuk bisa mempengaruhi dunia, bagaimana pun umat Islam harus memiliki kekuatan politik berupa negara yang kuat. Visi umat terbaik ini juga mengarahkan kebijakan luar negeri Negara Islam, yaitu menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia.

Visi umat terbaik dengan negara adidaya yang memimpin dunia sangat dipahami oleh para ulama besar di tengah-tengah umat. Lihatlah saat menjelaskan tentang tafsir QS an-Nur ayat 55 yang berisi janji Allah kepada orang yang beriman dan beramal shalih akan meraih kekuasaan dan keamanan. Imam Ibnu Katsir menerangkan, “Ini merupakan janji dari Allah kepada Rasul-Nya, bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan umat Islam seperti itu negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia.”

Untuk bisa memimpin dunia dan mengatur urusan dunia, mutlak umat Islam membutuhkan Khilafah. Dalam lintasan sejarah, umat Islam bisa memimpin dunia saat di tengah-tengah umat masih ada Khilafah. Inilah negara adidaya. Bahkan dalam kondisi sulit sekalipun, Rasulullah saw. membangun optimisme di tengah-tengah umat, bahwa mereka akan menjadi penakluk negara adidaya saat itu.

Seperti saat dalam Perang Khandaq yang berat. Saat itu kaum Muslim harus menghadapi pasukan koalisi (Ahzab) yang dipimpin kafir Quraisy. Saat memecahkan batu menjadi tiga keeping, Rasulullah saw. dalam kepingan pertama menyatakan: “Allahu Akbar (Allah Maha Besar)! Aku telah diberi oleh Allah kunci-kunci Syam. Demi Allah, aku benar-benar dapat melihat istananya yang merah, dari tempatku ini.” Pecahan berikutnya, Rasulullah saw. menyatakan bahwa beliau telah diberi kunci Kerajaan Persia yang berwarna putih. Pecahan terakhir, Rasulullah saw. menyatakan bahwa umat Islam akan menaklukkan Yaman.

Kita tahu, yang menguasai Syam saat itu adalah negara adidaya Romawi (Timur). Demikian juga Persia. Ia merupakan negara adidaya terkemuka saat itu. Inilah arah dari visi umat terbaik: menjadi pemimpin umat manusia di bawah naungan Khilafah alâ minhâj annubuwwah.

Visi sebuah negara juga berfungsi memberikan inspirasi perjuangan, kegigihan untuk meraih kemenangan. Saat Rasulullah saw. menyatakan tentang sebaik-baik pasukan dan panglima perang adalah yang menaklukkan Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium), segera hal ini menggerakkan umat untuk berlomba-lomba melakukan futûhât. Visi umat terbaik menaklukkan Konstantinopel inilah yang mendorong salah seorang Sahabat Rasulullah saw., Abu Ayyub al-Anshari, untuk mewujudkan apa yang dinyatakan Rasulullah saw. Sahabat Nabi saw. inilah yang beruntung karena terpilih sebagai tempat persinggahan Rasulullah saw. dalam hijrahnya ke Madinah.

Meskipun dalam usia yang sudah renta, Abu ayyub al-Anshari tetap ikut bersama pasukan Kekhilafahan Umayah melakukan futûhât. Akhirnya, Abu Ayyub al-Anshari wafat dalam usia 80 tahun. Kegigihan ini muncul tidak lain karena keinginan menjadikan umat Islam menjadi umat terbaik sekaligus menjemput janji Rasulullah saw. sebagai bagian dari pasukan terbaik. Inspirasi! Inilah pentingnya visi umat. Inilah yang hilang di tengah umat saat ini.

Alhasil, kesadaran umat Islam sebagai umat terbaik harus terus-menerus dibangkitkan. Gelar “umat terbaik” hanya diperoleh dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup. Umat terbaik adalah yang memperjuangkan tegaknnya kembali Khilafah alâ minhâj an-nubuwwah. AlLâhu Akbar [Farid Wadjdi]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 + 9 =

Back to top button