Houthi dan Perang Gaza: Kekuatan dari Kertas dan Propaganda Media!
Lebih dari delapan puluh hari telah berlalu sejak dimulainya Banjir Al-Aqsa. Hanya dalam minggu-minggu pertama atau bahkan hari-hari pertama saja banjir ini telah mampu menyingkap penguasa Muslim dan mengungkap sikap mereka yang begitu memalukan.
Para penguasa terbagi menjadi dua kelompok: Pertama, kelompok yang secara terang-terangan menyatakan dukungannya terhadap entitas Yahudi. Di tingkat Yaman, Dewan Al-Alimi, pasukan Pantai Barat yang berafiliasi dengan Tareq Saleh, keponakan mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dan Dewan Transisi. Sikap mereka begitu memalukan dan identik dengan apa yang dilakukan entitas Yahudi. Adapun di tingkat regional, yaitu Mesir, Yordania, Turki, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk lainnya, bahkan semua penguasa Muslim yang perbuatannya terekspos ke publik hingga terlihat oleh semua orang bahkan yang buta sekalipun. Oleh karena itu, kita tidak perlu menjelaskan dan membeberkan sikap mereka, karena matahari tidak dapat tertutup oleh saringan. Ini terkait dengan sikap kelompok pertama dari para penguasa negeri-negeri kaum Muslim.
Kedua, kelompok yang menamakan dirinya sebagai “poros perlawanan dan pencegahan” demi mendapatkan simpati opini publik, sementara semua tindakannya hanya kekuatan dari kertas dan propaganda media semata. Kelompok ini dipimpin oleh Iran yang menjadikan isu Palestina sebagai ujung tombak untuk memobilisasi orang-orang yang mendukung Iran. Reaksinya membosankan dan memalukan. Pasalnya, begitu kuat solidaritas Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap entitas perampas ini. Padahal kelompok kedua ini memiliki kemampuan untuk melenyapkan entitas Yahudi hanya dalam waktu dua menit, menurut klaimnya. Hal serupa juga terjadi pada partainya di Lebanon. Perannya hanya sebatas mengecam karena tidak adanya pemberitaan melakukan operasi. Yang dilakukan sebatas bentrokan formalitas di perbatasan. Padahal korban jiwa akibat agresi brutal terhadap saudara-saudara kita di Palestina mencapai lebih dari tujuh puluh ribu syahid dan luka-luka. Namun, poros di Lebanon tidak berbuat apa-apa meskipun jaraknya sangat dekat. Iran juga tidak mengirim angkatan perang, armada dan misilnya meskipun bencana tersebut sangat mengerikan!
Tampaknya Iran dan pihak-pihak yang berada di belakangnya tidak ingin jika kartu mereka jatuh di mata opini publik. Lalu mereka menginstruksikan Houthi di Yaman untuk melakukan tindakan fisik terhadap entitas Yahudi, yang berjarak lebih dari 2.500 km dari mereka. Juru Bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengumumkan pada Selasa, 31 Oktober 2023 M. dalam keterangan persnya, “Operasi ini (meluncurkan drone) adalah operasi ketiga untuk mendukung saudara-saudara kita yang tertindas di Palestina.”
Yahya menekankan bahwa mereka akan terus “melakukan lebih banyak serangan sejenis dengan rudal dan drone, sampai agresi (Israel) berhenti.”
Pernyataan-pernyataan ini muncul setelah hampir sebulan sejak awal terjadinya banjir, yang menegaskan bahwa kelompok tersebut telah mendapatkan izin dari Amerika, dengan harapan bahwa penerapan operasi tersebut akan melegakan para pengikutnya, serta membungkam kecaman dan kritik rakyat.
Houthi telah membesar-besarkan klaimnya bahwa mereka menyerang entitas Yahudi dengan rudal dan drone yang melintasi Laut Merah, termasuk menyerang ratusan kapal dagang dan kapal perang. Meskipun menyerang entitas Yahudi lebih dekat dan mudah, sebab di Eritrea, entitas memiliki banyak pakar militer dan pangkalan militer di Pulau Dahlak, Halib, Fatima, dan Musa. Bahkan entitas memperoleh hak dari Eritrea untuk menggunakan Kepulauan Dahlak, yang hanya berjarak 65 km dari Pantai Eritrea, dan merupakan pangkalan angkatan laut terbesar entitas Zionis di luar Palestina yang diduduki, serta pangkalan angkatan laut terbesar kedua yang memungkinkan entitas untuk memata-matai setiap yang masuk dan keluar Laut Merah. Entitas memiliki teknologi terbaru untuk menyadap komunikasi radio dan perangkat panduan kelautan. Bahkan di Pulau Halib terdapat kamp entitas Yahudi yang berkapasitas 800 orang. Entitas juga memiliki radar di puncak gunung Sorkin pintu masuk Bab al-Mandab di kepulauan Dahlak.
Houthi melanjutkan tindakan propagandanya terhadap entitas Yahudi. Pada tanggal 19 November, Juru Bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengumumkan bahwa angkatan laut telah melakukan operasi militer di Laut Merah, “yang hasilnya adalah penyitaan sebuah kapal (Israel) dan membawanya ke Pantai Yaman.” Kemudian serangan berlanjut terhadap kapal-kapal yang masuk dan keluar Laut Merah, pada 12 Desember. Diumumkan bahwa Houthi telah menargetkan kapal lain dengan rudal, Strinda, yaitu kapal berbendera Norwegia yang membawa minyak ke entitas Yahudi, menurut klaim mereka. Houthi melakukan tindakan tersebut karena mereka sangat sadar bahwa Amerika dan Eropa di belakangnya. Tidak akan segan-segan menghalangi siapa pun yang berani ikut serta dalam perang melawan entitas Yahudi. Negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, telah mengerahkan banyak senjata canggih di wilayah tersebut sejak awal agresi terhadap Gaza. Pengerahan yang diikuti dengan pidato langsung dan terbuka ini menunjukkan kesiapan Barat untuk melakukan konfrontasi bersenjata dengan pihak mana pun yang akan berpartisipasi. Selain itu, ancaman Amerika terhadap Iran, yang diungkapkan oleh Presiden AS, Joe Biden, terlihat jelas mengenai niat Amerika untuk merespon secara militer terhadap Iran jika Iran mencoba melakukan intervensi dalam konflik Gaza.
Di tengah kekuatan Barat di kawasan ini, serta ancaman mereka, baik yang rahasia dan yang terbuka terhadap Iran serta poros perlawanan, justru Houthi menyita kapal-kapal dan menyerangnya. Namun, semua ini tidak membuat Amerika dan Barat bertindak gila! Bahkan sejauh ini, perang belum berhenti dan entitas Yahudi belum menaruh perhatian terhadap hal tersebut. Hal ini menegaskan bahwa tindakan Houthi tersebut tidak serius dan merupakan bagian dari rencana Amerika yang tidak diumumkan.
Terlihat pertentangan yang jelas antara klaim kecintaan mereka terhadap Palestina dan penerapan sistem sekuler dan kafir yang membuat pertolongan seorang Muslim terhadap saudara Muslimnya menjadi terhambat disebabkan adanya perbatasan yang dibuat untuk kaum Muslim. Karena itu tidak berlebihan jika kami mengatakan bahwa slogan “kematian untuk Amerika” yang diteriakan oleh Houthi hanyalah sebuah slogan belaka. Pasalnya, mereka meneriakkan slogan itu, namun kelompok tersebut justru memerintah dengan sistem Amerika dan bahkan bertemu dengan para utusannya! Sungguh mengherankan bagaimana mereka mengkompromikan pawai al-Quran yang mereka kampanyekan dengan sistem republik sekuler yang mereka terapkan di Yaman, dan yang juga diterapkan oleh entitas Yahudi?!
Pernyataan Houthi bahwa mereka tidak akan berhenti menargetkan kapal-kapal sampai agresi terhadap Gaza berhenti, ini artinya bahwa jika Perang Gaza berakhir, maka penargetan kapal-kapal akan berakhir juga, dan kami akan membiarkan entitas Yahudi menduduki Palestina! Ini jelas bukanlah sikap hukum Islam terhadap entitas Yahudi! Kaum Muslim yang beriman tidak boleh menunggu sampai entitas Yahudi menghentikan perang mereka di Gaza. Namun, mereka harus memberantas entitas Yahudi dengan perkataan dan perbuatan, sebelum atau sesudah Banjir Al-Aqsa.
Kami di sini dalam posisi menjelaskan terkait mereka yang berslogan “kematian untuk Amerika”. Sebabnya, apa yang mereka lalukan sangat menyesatkan masyarakat. Adapun para penguasa lainnya, terutama mereka yang pernah memerintah Yaman, dan mereka yang menyebut diri mereka penguasa sah saat ini, mereka tenggelam dalam lumpur pengkhianatan, serta dalam hal-hal yang tidak berguna dan sia-sia. Terkait dengan mereka ini tidak perlu diungkap lebih lanjut. Bahkan kondisinya tidak perlu dicarakan.
Oleh karena itu, semua penguasa saat ini, apakah sang penipu Ankara, penjahat Mesir, orang-orang bodoh dari Kerajaan Saud, atau badut Iran, mereka semua berlomba-lomba melakukan kejahatan dan berkomplot melawan Islam dan kaum Muslim. Mereka bukanlah penguasa dalam hal apa pun. Bahkan ketaatan kepada mereka tidak wajib menurut hukum Islam. Sebaliknya, kaum Muslim harus menumbangkan mereka dari tahta mereka dan menyingkirkan rezim-rezim korup mereka yang tidak lain adalah boneka dan agen-agen Barat. Kemudian membaiat seorang khalifah bagi kaum Muslim. Khalifah inilah yang akan memerintah berdasarkan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Khalifah akan memenuhi bumi dengan keadilan dan cahaya setelah bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kegelapan. Khalifah pun akan mengerahkan tentara untuk memberantas entitas Yahudi di bawah Panji Al-‘Uqâb, Lâ Ilâha Illâh Muhammad Rasûlullah (Tiada Tuhan selain Allah Muhammad Utusan Allah). [Ir. Kaisar Syamsan/Sumber: alraiah.net, 27/12/2023].