Kepemimpinan Global Atau Isolasionisme? (Strategi AS, Era Baru dan Jalan Kegelapan)
Sejak keruntuhan Uni Soviet pada bulan Desember 1991, Amerika Serikat telah menjadi kekuatan dominan yang tak tertandingi dalam politik dunia. Presiden George Bush mengeksploitasi serangan 11 September 2001 untuk memulai strategi baru guna memperkuat hegemoni. Bush mendeklarasikan musuh baru: “Islam”. Dalihnya adalah perang melawan terorisme. Dia bahkan menyebut perang melawan terorisme sebagai “Perang Salib” (16 September 2001). Pada tanggal 20 September 2001, Bush mendeklarasikan visi Amerika: “Anda bersama kami atau Anda bersama para teroris
Strategi ini terbukti mahal dan memberikan beban berat pada perekonomian Amerika, terutama setelah keruntuhan ekonomi pada tahun 2008, yang menyebabkan eskalasi sentimen isolasionisme. Lalu muncullah prinsip “Utamakan Amerika, America First” dan slogan “Kembalikan Kejayaan Amerika, Make America Great Again (MAGA)”!
Prinsip “Utamakan Amerika, America First” yang diadopsi oleh Trump pada tahun 2016 menekankan pada prioritas kepentingan Amerika, mengurangi bantuan luar negeri dan mengharapkan kontribusi yang lebih besar dari negara lain terhadap keamanan internasional.
Telah terjadi pergeseran besar ke arah hubungan bilateral dibandingkan dengan hubungan multilateral. Tujuannya untuk mencapai kesepakatan yang dianggap bermanfaat langsung bagi Amerika Serikat. Karena itu Amerika Serikat melakukan penarikan diri dari sejumlah perjanjian internasional. Pada masa pemerintahan Trump, AS telah menarik diri dari delapan perjanjian internasional:
- Kemitraan Trans-Pasifik, Trans-Pacific Partnership (TPP) pada bulan Januari 2017. Dia menyatakan bahwa perjanjian tersebut merugikan pekerja Amerika.
- Perjanjian Paris, Paris Agreement pada bulan Juni 2017. Trump mengumumkan penarikan dirinya dari Perjanjian Iklim Paris dengan alasan dampak negatifnya terhadap perekonomian Amerika.
- UNESCO pada bulan Oktober 2017. Dia mengkritik UNESCO karena bias terhadap entitas Yahudi!
- Trump menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama, yang dikenal sebagai perjanjian nuklir Iran, pada Mei 2018, dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.
- Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada bulan Juni 2018, yang dia anggap munafik dan bias terhadap entitas Yahudi!
- Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah dengan Rusia pada Agustus 2019, yang menuduh Rusia tidak mematuhinya.
- Perjanjian Langit Terbuka, Treaty on Open Skies pada Mei 2020. Dia menuduh Rusia melakukan pelanggaran.
- Organisasi Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) pada bulan Juli 2020, AS mengkritik penanganan pandemi Covid-19, dan dugaan penyelidikannya condong pada Cina. Namun, penarikan yang terakhir ini dibatalkan oleh pemerintahan Biden.
Kebijakan Perdagangan dan Bea Masuk
Trump juga telah memulai perang dagang, terutama dengan Cina. Dia memberlakukan bea masuk terhadap barang-barang Cina untuk melindungi industri Amerika. Pendekatan proteksionis ini telah meluas ke mitra dagang lainnya, termasuk Uni Eropa dan Kanada.
Trump melakukan negosiasi ulang Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, North American Free Trade Agreement (NAFTA), yang menghasilkan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada. Tujuannya untuk mencapai persyaratan yang lebih menguntungkan Amerika Serikat.
Kebijakan Imigrasi
Trump menerapkan larangan perjalanan dengan dalih sebagai tindakan untuk menjaga keamanan nasional. Dia membangun tembok perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah imigrasi ilegal, selain menerapkan kebijakan imigrasi yang ketat dan mengurangi jumlah pengungsi yang diterima.
Keterlibatan Militer dan Aliansi
Trump mengkritik sekutu NATO karena tidak memenuhi komitmen belanja pertahanan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya aliansi dan pembagian beban.
Meskipun mempertahankan kehadiran militer yang signifikan, Trump berupaya mengurangi keterlibatan AS dalam “perang tanpa akhir” di Timur Tengah, dengan menarik pasukan dari Suriah dan bernegosiasi dengan Taliban mengenai kemungkinan penarikan diri dari Afganistan.
Dukungan dan Oposisi
Kebijakan isolasionisme Trump didukung oleh basis Partai Republik, dengan alasan bahwa globalisasi dan komitmen internasional telah merugikan para pekerja Amerika. Namun, kebijakan-kebijakan ini juga mendapat tentangan besar dari para pelaku domestik dan internasional, yang berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan tersebut melemahkan kerjasama global dan kepemimpinan Amerika.
Pengaruh Global
Penarikan diri dari perjanjian dan aliansi multilateral telah menimbulkan kekhawatiran akan terkikisnya pengaruh global AS seiring dengan munculnya negara-negara lain seperti Cina dan Uni Eropa yang mulai mengisi kekosongan tersebut.
Konsekuensi Ekonomi
Perang dagang dan tarif mempunyai dampak beragam terhadap perekonomian AS. Beberapa industri di AS diuntungkan, sementara yang lain dirugikan. Hal ini berkontribusi pada goyahnya kepercayaan terhadap perekonomian global.
Kelanjutan dan Evaluasi Ulang pada Era Biden
Pada tahun 2020, Joe Biden—seorang tokoh veteran di banyak pemerintahan AS sebelumnya—diangkat menjadi presiden. Dia didampingi oleh Camilla Harris, seorang politisi muda dan tidak berpengalaman, untuk memenangkan suara dari kelompok minoritas, perempuan dan pemuda progresif.
Pemerintahan Biden telah membalikkan banyak kebijakan isolasionisme Trump: kembali ke Perjanjian Paris, menghentikan penarikan diri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta menegaskan kembali komitmen terhadap NATO dan badan-badan internasional lainnya.
Meskipun kebijakan luar negeri Biden tidak terlalu isolasionisme, fokusnya adalah mengatasi dampak globalisasi dalam negeri dan memastikan bahwa komitmen internasional bermanfaat bagi pekerja dan industri Amerika.
Presiden Biden mulai mengangkat isu-isu internasional yang sensitif, mengobarkan perang antara Rusia dan Ukraina, memposisikan Rusia sebagai musuh di panggung global, dan menegaskan kembali peran kepemimpinan Amerika Serikat dan perlunya NATO.
Memprovokasi kemarahan Cina atas isu Taiwan
Biden secara aktif berupaya untuk mensekularisasikan Timur Tengah dan menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi. Dia juga berusaha menghilangkan sisa-sisa politik dan militer Islam di kawasan tersebut, termasuk perang genosida di Gaza. Dia menciptakan aliansi baru di Timur Tengah (negara-negara Arab dengan entitas Yahudi melawan Iran), dan berusaha menciptakan Timur Tengah baru buatan Amerika.
Pemilu tahun 2024 makin dekat. Sementara itu, kemampuan Biden untuk tampil semakin menurun karena faktor usia. Meskipun demikian, Partai Demokrat dan Partai Republik adalah dua sisi dari mata uang yang sama dalam politik internasional. Namun, transformasi ideologis kedua partai di dalam negeri, mulai dari pengerasan kaum konservatif di Partai Republik dan kecenderungan mereka ke arah isolasionisme, serta transformasi liberal ke Kiri Demokratik, menyebabkan keretakan internal dalam masyarakat Amerika dan kekacauan tatanan yang tidak diharapkan. Hal yang semakin memperburuk keadaan adalah kegagalan dalam negeri dan terungkapnya kemunafikan ideologis seputar hak asasi manusia dan keadilan. Semua inilah yang menyebabkan perpecahan di dalam Partai Demokrat dan di antara sebagian besar pendukungnya. Meskipun rencana dasar bagi negara dalam negara (deep state) adalah untuk mempertahankan pendekatan yang sama saat ini, kemunduran kesehatan dan mental Presiden Biden menyebabkan negara-negara donor utama yang mengontrol dukungan keuangan sangat membutuhkan perubahan. Hal ini mendorong Biden untuk mengumumkan pengunduran dirinya dari pemilihan presiden.
Penerimaan para donor Partai Demokrat terhadap pencalonan Camilla Harris yang tidak berpengalaman adalah upaya untuk merevitalisasi daerah pemilihan yang hilang (kaum muda, perempuan, minoritas) yang telah membanjiri basis elektoral dan upaya untuk menghindari kekalahan Partai Demokrat di Kongres. Adapun berhasil atau tidaknya Camilla menduduki kursi presiden adalah sesuatu yang akan ditentukan dalam beberapa hari mendatang.
Meskipun Amerika Serikat tetap menjadi negara paling kuat di dunia dalam banyak hal, negara ini dilanda konflik dalam dan luar negeri. Ini menunjukkan tanda-tanda kemerosotan kemaharajaan AS dan AS mulai terjerumus ke jurang kehancuran. Amerika Serikat saat ini sedang menempuh jalan yang gelap dan ketidakadilan, yang akibatnya sulit diprediksi. Oleh karena itu, Amerika Serikat menunjukkan agresi kolonial yang sengit untuk melindungi posisi dan kepentingannya.
Jalan yang gelap, ketidakadilan dan perubahan kekuatan global ini merupakan peluang bagi umat Islam untuk secara langsung menghadapi kekuatan kolonial dan menunjukkan ideologi Islam sebagai tatanan dunia baru yang membawa keberkahan dan keadilan sejati bagi dunia. Kami memohon kepada Allah SWT agar umat Islam bergerak sungguh-sungguh dengan segala potensinya untuk menghadapi imperialism. Semoga Allah SWT mengaruniai umat dengan seorang pemimpin rabbani yang akan memimpin mereka untuk melaksanakan syariah Allah dan mendirikan Khilafah Rasyidah ‘ala minhaaj an-Nubuwah, yang membawa keadilan dan menghilangkan kezaliman dari seluruh dunia. [Sumber: alraiah.net, 31/7/2024].