Hiwar

Ustadz Budi Mulyana, S.I.P., M.Si.: Hanya Khilafah Yang Mampu Membebaskan Palestina

Pengantar:

Penjajahan atas tanah Pelastina oleh entitas Yahudi sudah berlangsung puluhan tahun. Sudah ratusan ribu bahkan jutaan rakyat Palestina menjadi korban kebiadaban entitas Yahudi. Hingga kini pun entitas Yahudi terus membantai kaum Muslim Palestina. Bahkan dengan kadar makin sadis. Mereka benar-benar melakukan genosida atas kaum Muslim Palestina, khususnya di Gaza saat ini.

Pertanyaannya: Mengapa semua ini bisa terjadi? Apa akar penyebabnya? Apa pula solusinya yang paling mendasar untuk membebaskan Palestina? Itulah di antara pertanyaan yang Redaksi ajukan, kali ini kepada seorang pengamat politik internasional, Ustadz Budi Mulyana, S.I.P., M.Si. Berikut hasil wawancaranya.

 

Ada yang mengatakan kondisi Palestina saat ini baik-baik saja. Benarkah?

Yang mengatakan kondisi Palestina saat ini baik-baik saja, ada beberapa kemungkinan. Pertama, kurang informasi. Dia tidak mendapatkan informasi yang benar, akurat dan lengkap mengenai kondisi Palestina terkini. Baik informasi primer, mengetahui secara langsung kondisi di sana; maupun informasi sekunder, dari berbagai sumber yang kredibel yang menggambarkan situasi di Palestina.

Kedua, salah informasi. Kalaupun mendapatkan informasi, bisa saja informasi yang didapatkan adalah informasi yang salah. Bisa saja yang dia dapatkan adalah informasi dari sumber-sumber yang pro zionis Yahudi dan menyalahkan perjuangan bangsa Palestina.

Ketiga, sengaja menyesatkan informasi. Artinya, kalaupun sudah mendapatkan informasi yang lengkap tentang Palestina, dia memang memiliki niat untuk mendeskriditkan perjuangan bangsa Palestina. Sudah ada mindset yang salah tentang Palestina. Karena itu apapun yang dilakukan dalam perjuangan Palestina adalah salah. Lalu dia membela membabi buta terhadap penjajahan entitas Yahudi.

 

Kondisi Palestina saat apakah layak dikatakan sebagai etnic cleansing atau genosida ?

Secara faktual, sudah memenuhi apa yang disebut dalam Statuta Roma sebagai genosida. Pada Pasal 6 dinyatakan: “Genosida berarti setiap tindakan berikut yang dilakukan dengan maksud untuk memusnahkan, seluruhnya atau sebagian, suatu kelompok bangsa, suku, ras, atau agama…”

Jelas, apa yang terjadi di Palestina sudah masuk dalam kategori tersebut.

Menurut data yang dihimpun Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, selama periode 31 Januari-25 Maret 2024 ada sekitar 5.400 korban jiwa baru di Gaza akibat serangan militer entitas Yahudi. Sampai tanggal 25 Maret 2024, total korban jiwa di Gaza sudah melebihi 32.300 orang. Semua korban ini dibunuh secara sengaja dan tertarget. Sebesar 70 persen dari mereka adalah anak-anak dan wanita.

 

Masyarakat negeri Muslim bahkan global terus melakukan demo meminta penghentian kebiadaban ini. Namun, para penguasa mereka bergeming saja. Tidak melakukan apa-apa. Apa penyebabnya?

Ada keterpisahan perasaan umat dengan penguasanya. Penguasa bergeming dengan berbagai demo terkait dengan Palestina ini tidak lagi cerminan dari umat. Seolah apa yang disuarakan oleh rakyat, terkait dengan permintaan penghentian kebiadaban terhadap bangsa Palestina, tidak didengar, dan mereka tidak melakukan apa-apa.

Ini menunjukkan bawah para penguasa tersebut sudah menjadi antek kepentingan. Mereka tersandera dengan kepentingan yang dibawa oleh pihak-pihak yang pro terhadap penjajahan entitas Yahudi. Mereka menutup mata terhadap kebiadaban yang dialami oleh bangsa Palestina.

Ini juga menunjukkan hipokritnya demokrasi. Penguasa yang katanya dipilih oleh rakyat, menjadi wakil mereka, ternyata tidak menunjukkan perasaan para pemilihnya.

 

Apa yang menyebabkan Israel bergeming sedikitpun, meski untuk hanya mengendorkan serangan ke Palestina, bahkan semakin membabi-buta?

Mereka merasa berhak atas Palestina. Pasalnya, mereka merasa sudah mendapatkan legitimasi internasional. Pengakuan dari negara-negara dan organisasi internasional mengukuhkan hal tersebut. Dengan legitimasi ini, entitas Yahudi akan melakukan tindakan apapun yang mereka anggap perlu untuk mempertahankan eksistensi penjajahan mereka. Ketika ada ancaman, termasuk di dalamnya adanya perlawanan dari bangsa Palestina yang ingin menghentikan penjajahan entitas Yahudi, maka entitas Yahudi akan melakukan pembalasan. Bahkan balasan mereka melebihi dari perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Palestina. Mereka memiliki kekuatan untuk itu. Ini karena didukung oleh negara-negara pendukung mereka, terutama negara-negara adidaya. Itulah mengapa mereka tetap bergeming meski untuk hanya mengendorkan serangan terhadap Palestina. Mereka bahkan semakin membabi buta.

 

Benarkah apa yang dilakukan Israel selama ini untuk kepentingan Amerika Serikat?

Ya, sebagai negara adidaya, Amerika Serikat memiliki kepentingan di Timur Tengah. Amerika Serikat merasa penting memiliki sekutu kuat di sana. Di sinilah entitas Yahudi memainkan perannya bagi Amerika Serikat.

Sedari awal kemunculannya, entitas Yahudi senantiasa di-support oleh Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara yang seketika memberikan pengakuan ketika entitas Yahudi diproklamasikan tahun 1948. Amerika Serikat senantiasa mendukung apa yang dilakukan entitas Yahudi dalam mempertahankan eksistensi penjajahannya. AS bahkan sampai harus melakukan veto terhadap keputusan DK PBB jika dianggap merugikan entitas Yahudi.

Tentu hal ini menunjukkan relasi yang kuat dan tidak terbantahkan antara Amerika Serikat dan entitas Yahudi.

 

Apa kepentingan Amerika Serikat di Kawasan Timur Tengah?

Setidaknya ada tiga kepentingan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Pertama, menjaga geopolitik kawasan. Kawasan Timur Tengah adalah kawasan yang sangat strategis. Tempat pertemuan tiga benua: Eropa, Afrika dan Asia. Juga jalur perdagangan internasional. Karena itu penting bagi Amerika Serikat bisa menguasai kawasan ini. Entitas Yahudi menjadi hub bagi Amerika Serikat untuk dapat mengontrol kawasan ini secara geopolitik.

Kedua, menjaga pasokan sumber energi, khususnya minyak. Kawasan Timur Tengah adalah kawasan yang kaya dengan sumber energi minyak. Sejak penemuan minyak di kawasan ini, Timur Tengah menjadi rebutan negara-negara besar untuk dapat mengamankan pasokan energi dari sini. Apalagi minyak masih menjadi sumber energi yang vital untuk menggerakan industri. Lagi-lagi Amerika Serikat menjadikan entitas Yahudi sebagai hub untuk dapat mengamankan pasokan energi dari kawasan petro dolar ini.

Ketiga, membendung kebangkitan Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa satu-satunya ancaman ideologis bagi Amerika Serikat pasca Perang Dingin adalah ancaman dari Islam. Karena secara ideologis, hanya Islamlah yang dapat menjadi tandingan dari Kapitalisme Global yang diusung oleh Amerika Serikat. Timur Tengah adalah sumber dari kebangkitan Islam. Karena itu Amerika Serikat harus dapat memastikan bahwa Islam, bahkan dari sumbernya, tidak menjadi ancaman bagi kepentingan global Amerika Serikat. Entitas Yahudi selain menjadi hub untuk mengontrol kawasan, juga dijadikan sebagai role model untuk memberikan contoh demokratisasi yang diusung oleh Amerika Serikat untuk menggantikan nilai-nilai ideologis dari Islam. Dengan demikian entitas Yahudi pun menjadi alat propaganda untuk menunjukan nilai-nilai ‘kebaikan’ dari Kapitalisme Global Amerika Serikat.

 

Apakah tragedi di Palestina saat ini menegaskan kebohongan HAM dan PBB?

Ya. Jelas. Pembelaan HAM yang mereka gembar-gemborkan tidak terealisasi di Palestina. HAM yang mengangankan penghormatan terhadap nilai-nilai asasi dari kemanusiaan justru dikangkangi sedemikian rupa dengan tindakan entitas Yahudi terhadap Palestina. Kelakuan entitas Yahudi ini pun mendapatkan support yang membabi buta dari negara-negara Barat tanpa malu. Dengan demikian standar ganda nilai-nilai HAM ini sangat nyata terungkap. HAM hanya berlaku demi kepentingan Barat. HAM tidak berlaku ketika mereka memiliki kepentingan. Ini seperti apa yang terjadi di Palestina.

 

Apakah tragedi di Palestina juga menunjukkan pengkhianatan penguasa Muslim?

Ya. Sangat kentara. Dengan diamnya mereka. Tidak sejalannya apa yang disuarakan umat dengan apa yang dilakukan oleh para penguasa Muslim. Ini menunjukkan adanya kepentingan lain yang menjadikan para penguasa tersebut diam. Sudah sangat jelas berbagai pengkhianatan yang mereka lakukan. Bahkan secara tersang-terangan. Tidak malu lagi. Melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan entitas Yahudi. Melakukan hubungan dagang dengan mereka. Melakukan pembiaran terhadap genosida terhadap bangsa Palestina adalah bukti yang sangat nyata. Ada pula yang bermuka dua. Mereka seolah menunjukan simpati dan pembelaan, memberikan bantuan kemanusiaan sekedarnya. Namun, mereka tidak memerikan bantuan yang nyata, yang dapat menghentikan penjajahan entitas Yahudi terhadap bangsa Palestina. Padahal mereka memiliki kemampuan dan kekuatan untuk melakukan itu. Ini semua adalah bentuk pengkhianatan yang menjijikan dari para penguasa negeri Muslim.

 

Apakah ini juga menunjukkan semakin terkuaknya kehancuran sistem dunia di bawah Kapitalisme?

Sedari awal munculnya, Kapitalisme adalah sistem rusak dan merusak. Penerapannya dengan paksa telah menimbulkan berbagai kerusakan di berbagai belahan penjuru bumi. Termasuk di Dunia Islam. Penerapan sistem Kapitalisme tidak memberikan dampak positif bagi kemajuan peradaban umat manusia. Yang ada, manusia semakin terjerumus ke dalam jurang kerusakan. Baik kerusakan material. Apalagi spiritual. Apa yang terjadi di bumi Palestina belakangan ini menunjukkan dengan nyata kerusakan tersebut. Nilai-nilai yang mereka angankan nyatanya dirusak oleh mereka sendiri tanpa rasa malu.

 

Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah terus mendengungkan solusi dua negara. Apakah ini benar solusinya?

Tidak. Solusi dua negara adalah pengokohan terhadap penjajahan entitas Yahudi atas Palestina. Solusi dua negara artinya tetap mengakui eksistensi entitas Yahudi yang nyata-nyata telah menjajah dan merampas bumi Palestina, milik umat Islam.

Solusi dua negara juga merupakan solusi pragmatis yang ada dalam benak Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang merasakan ada kebuntuan untuk bisa mendapatkan solusi terhadap persoalan Palestina. Namun demikian, tawaran solusi ini adalah tawaran yang absurd yang pastinya tidak sesuai dengan realitas yang ada. Bagi yang berpikiran normal, tentunya tidak bisa menerima solusi bahwa penjajah dan yang dijajah dapat hidup berdampingan secara damai.

 

Apakah ini juga semakin menampakan kebutuhan pengiriman pasukan militer untuk membantu rakyat Palestina?

Ya, benar sekali. Solusi untuk membebaskan Palestina adalah dengan mengusir Zionis Yahudi untuk hengkang dari bumi mulia tempat para nabi ini. Mengusir penjajah hanya dapat dilakukan dengan kekuatan militer. Kekuatan militerlah yang dapat mengalahkan pasukan entitas Yahudi dan para supporternya, negara-negara Barat.

Rakyat Palestina jelas tidak dapat melakukan perlawanan seorang diri. Mereka membutuhkan bantuan pasukan militer dari negeri-negeri Muslim lainnya. Tentu agar kekuatannya sepadan dan memiliki kemampuan untuk mengusir Penjajahan entitas Yahudi.

Dengan demikian pengiriman pasukan militer untuk membantu rakyat Palestina sangatlah urgen.

 

Apakah kondisi Palestina seperti itu sekaligus menunjukkan bahwa umat makin membutuhkan Khilafah?

Ya, benar. Faktanya hanya Khilafahlah yang telah terbukti mampu membebaskan dan mempertahankan Palestina. Sejarah mencatat, pada masa Khulafaur Rasyidin, masa Khalifah Umar bin al-Khaththab, bumi Palestina berhasil dibebaskan dari cengkeraman Romawi. Oleh Panglima Salahuddin al-Ayyubi, Al-Quds berhasil kembali dibebaskan dari cengkeraman kaum Salibis.

Kekhilafahan Utsmaniyah pernah mengalami krisis keuangan. Saat itu Khalifah Abdul Hamid II ditawari sejumlah besar uang untuk menutupi defisit keuangan Khilafah oleh Herzl dengan imbalan pemberian tanah untuk kaum Yahudi di Palestina. Khalifah Abdul Hamid menanggapi Herzl dengan jawaban yang tegas dan bijaksana, “Aku tidak mampu melepaskan sejengkal saja dari tanah Palestina. Sebabnya, tanah Palestina bukan milikku, melainkan milik umat Islam. Bangsaku telah berperang di jalan memperjuangkan tanah ini dan menyirami tanah tersebut dengan darah mereka. Jadi biarlah orang-orang Yahudi menyimpan jutaan uang mereka. Jika suatu saat Khilafah terpecah-belah, ketika itu mereka dapat mengambil Palestina tanpa harus membayar harganya (gratis). Namun, selama saya masih hidup, hal itu tidak akan terjadi.”

Sungguh Khalifah memiliki mata dan penglihatan yang tajam. Setelah selang beberspa waktu, pasca Khilafah lenyap, Palestina benar-benar dikuasai oleh Yahudi tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun (gratis)!

Begitulah awal mula kisah perampasan Palestina serta pengusiran warganya dan pembunuhan mereka. Apa yang diprediksi oleh Khalifah Abdul Hamid rahimahulLâh akhirnya terjadi. Khilafah (1342 H-1924 M) dihapuskan. Barat dengan kepemimpinan Inggris ketika itu, bersama dengan pengkhianat dari orang Arab dan Turki, ada;ah aktor penghapusan Khilafah. Penghapusan Khilafah itu merupakan pendahuluan riil untuk mengadakan entitas Yahudi monster di Palestina.

Dari sini sangat jelas bahwa hanya Khilafahlah yang benar-benar mampu membebaskan dan membela tanah mulia Palestina.

 

Apa yang perlu dilakukan oleh umat menyelesaikan persoalan Palestina ini?

Pertama, meningkatkan kesadaran politik umat tentang problematika Palestina, bahwa ini adalah urusan genting, urusan umat Islam. Palestina adalah tempat suci umat Islam. Terdapat Masjid al-Aqsha. Bumi Palestina adalah tanah milik umat Islam yang tidak boleh berpindah ke tangan penjajah. Tidak boleh ada sedikit pun dalam benak umat Islam untuk mengabaikan persoalan Palestina.

Kedua, memperjuangkan hadirnya negara yang memiliki kapasitas membela kepentingan umat. Hadirnya entitas Yahudi yang merampas tanah Palestina adalah akibat dari keruntuhan Khilafah Islam yang sejak kehadirannya senantiasa membela dan mempertahankan kepentingan umat Islam, termasuk menjaga tanah Palestina dari berbagai rongrongan dan penjajahan.

Ketika Khilafah tidak ada, lahirlah berbagai problem di Dunia Islam, termasuk muncul penjajahan Palestina dan lahir entitas Yahudi. Alhasil, Khilafah sebagai pembela dan perisai umat harus kembali hadir.

Ketiga, tentunya Khilafah tersebut bukan sekedar nama atau negara tanpa kapasitas. Khilafah harus menjadi negara yang berpengaruh secara global sehingga dapat menguasai konstelasi internasional. Khilafah harus mampu bertarung secara global melawan hegemoni Barat yang menerapkan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak. Kerusakannya sangat nyata dalam kasus Palestina.

WalLaah alam. []

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 + 12 =

Back to top button