Kilas Dunia

Taliban Digunakan untuk Kekang Gerakan Islam Lain?

Penghapusan Taliban dari daftar organisasi teroris oleh Mahkamah Agung Federasi Rusia pada 17 April 2025 berdasarkan permintaan Kementerian Luar Negeri Rusia dan Dinas Keamanan Federal (FSB), menurut Aktivis Hizbut Tahrir Yusuf Arsalam, merupakan langkah strategis Rusia untuk mengubah gerakan ini menjadi alat geopolitik yang akan digunakan untuk mengekang gerakan Islam lainnya.

“Menghapus Taliban dari daftar teroris tidak berarti mengakui legitimasi Islam. Semua itu merupakan langkah strategis untuk mengubah gerakan ini menjadi alat geopolitik yang akan digunakan untuk mengekang gerakan Islam lainnya,” ujarnya sebagaimana diberitakan hizb-ut-tahrir.info, Kamis (7/5/2025).

Pasalnya, sebut Yusuf, penghapusan tersebut dilakukan ketika kekhawatiran Rusia terhadap kelompok Islam transnasional—termasuk beberapa kelompok dari Asia Tengah yang aktif dalam barisan Taliban—meningkat.

“Pada saat yang sama pertemuan keamanan regional baru-baru ini, yang dipimpin oleh Rusia dan Cina, telah mencirikan Hizbut Tahrir sebagai ancaman langsung, mengingat pengaruhnya yang semakin besar di Afganistan,” ungkapnya.

Apalagi, sebut Yusuf, pihak berwenang Rusia menyebutkan, langkah ini mencerminkan pendekatan politik yang realistis dalam menghadapi perkembangan yang sedang berlangsung di Afganistan dan dapat membuka jalan bagi kontak formal dengan Taliban, meskipun Moskow belum memberi mereka pengakuan secara resmi.

Kekhawatiran Moskow tentang penyebaran ideologi Islam di kawasan tersebut bertepatan dengan invasi AS ke Afganistan di bawah bendera Perang Melawan Teror. Keputusan Rusia pada tahun 2003 yang menetapkan Taliban sebagai organisasi teroris juga mencerminkan keselarasan strategis dengan kebijakan keamanan Barat saat itu.

“Ketika ancaman ISIS meningkat di Afganistan dan Asia Tengah, khususnya di Afganistan utara, Rusia mulai menjalin hubungan kerjasama informal dengan Taliban. Meskipun mempertahankan posisi publik yang hati-hati, Moskow mulai memandang Taliban sebagai pemain yang sangat diperlukan dalam persamaan keamanan regional,” sebutnya.

Jelas, ungkap Yusuf, Rusia tidak membatasi upayanya untuk berkomunikasi dengan Taliban, tetapi malah berusaha menggunakan Taliban sebagai alat untuk membatasi perluasan gerakan Islam lainnya di kawasan tersebut.

Meskipun disampaikan dalam konteks keamanan nasional bagi Rusia dan sekutu-sekutunya di Asia Tengah, menurut Yusuf, pendekatan ini tidak merepresentasikan pemutusan ideologis dengan Amerika Serikat, tetapi justru melengkapi arah yang telah ditetapkan oleh Washington.

“Amerika, yang pernah memandang Taliban sebagai musuh yang nyata, kini melihat Taliban sebagai sarana untuk mencapai stabilitas terkendali di Afganistan. Rusia kini juga mengikuti jalan yang sama,” ujarnya.

Dengan demikian, tegas Yusuf, keputusan Moskow pada tahun 2003 konsisten dengan garis Amerika. Keputusannya saat ini untuk menghapus label teroris sejalan pula dengan penurunan kontra-terorisme dalam agenda strategis Barat.

Menurut Yusuf, Moskow memainkan peran penting dalam menyelenggarakan perundingan perdamaian antara Washington dan Taliban, yang berkontribusi dalam memperkuat proses Perjanjian Doha.

“Pembicaraan ini, meskipun dipromosikan sebagai awal perdamaian, pada hakikatnya ditujukan untuk membendung gerakan fundamentalis Islam dan membatasi pengaruh Taliban,” paparnya.

Saat ini, sebut Yusuf, Amerika Serikat dan Rusia berupaya menjadikan Taliban sebagai otoritas nasional yang mampu bertindak sebagai pencegah terhadap gerakan Islam mana pun yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka.

“Presiden Vladimir Putin memperjelas hal ini tahun lalu, dengan menggambarkan Taliban sebagai mitra Rusia dalam perang melawan terorisme,” pungkasnya. []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three + 5 =

Back to top button