Muhasabah

Toleransi Rasa Deislamisasi

Toleransi. Menteri Agama yang baru, Nasaruddin Umar, mengatakan ingin memasukkan unsur toleransi ke dalam kurikulum agama. “Satu isu yang saya akan tawarkan kepada kawan-kawan semua nanti itu adalah bagaimana menciptakan satu konsep kurikulum yang betul-betul meng-Indonesia.” Begitu ucap Nasaruddin saat memimpin rapat di Kementerian Agama. (22/10/2024)

Dia menginginkan wawasan mengenai toleransi melekat kepada para pengajar guru agama. “Bagaimana kita menciptakan satu kohesi sosial, suasana yang sangat betul-betul saling menghargai satu sama lain.” Ujarnya.

Bagaimana arahnya? “Kita sudah bisa melihat bagaimana arah toleransi itu. Tengoklah saat Nasaruddin Umar sebagai Imam Masjid Istiqlal mencium kening Paus Fransiskus pada September 2024.” ungkap Deden.  “Secara lahir terlihat akrab. Dekat. Tanpa lagi membincangkan keimanan. ” tambah dia. “Jika ditarik, ujungnya adalah pandangan bahwa semua agama sama,” pungkasnya.

Sebelumnya, Nasaruddin Umar membuka lebar-lebar Masjid Istiqlal untuk Amerika Serikat (AS). Pada 6 Juni 2023.  Duta Besar AS untuk Indonesia, Sung Y. Kim dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, meresmikan American Space di Masjid Istiqlal, bermitra dengan Voice of Istiqlal (VoIST). American Space ini milik Departemen Luar Negeri AS. Pertama kali terletak di dalam sebuah masjid. Apa intinya? Kegiatan itu akan fokus pada demokrasi, hak asasi manusia, dan keberagaman serta mempromosikan pendidikan dan peningkatan keterampilan untuk pemuda usia 18-35 tahun. Tempat ini juga akan menjadi sarana untuk mempelajari seluk-beluk nilai, gagasan dan budaya Amerika, serta menjadi pusat informasi peluang program pertukaran ke Amerika Serikat (https://id.usembassy.gov/id/kedubes-as-di-jakarta-dan-masjid-istiqlal-resmikan-american-space-baru/).

“Padahal, kita tahu nilai AS itu liberal yang bertentangan dengan Islam. AS pembela utama sang penjajah zionis Yahudi atas Muslim Palestina,” komentar Deden.

Bukan hanya itu, pada 7/9/2024 lalu, Nasaruddin Umar dan Kuasa Usaha Kedubes Cina untuk Indonesia, Zhou Kan, juga meresmikan China Space di Perpustakaan Masjid Istiqlal di Jakarta. Berita terkait ini sempat dimuat di laman resmi: https://istiqlal.or.id/blog/detail/peresmian-china-space-dan-kelas-bahasa-mandarin-di-masjid-istiqlal.html. Namun, berita itu sudah dihapus. Di sana tertulis pernyataan “404 Not found”. Namun, masih terdapat beritanya di sumber lain seperti: https://www.antaranews.com/berita/4314875/china-space-diresmikan-di-masjid-istiqlal. “Kami sangat bahagia atas progres yang dicapai di China Space dan berharap akan banyak agenda kolaborasi yang dilakukan di Istiqlal,” ujar Nasaruddin Umar.

Jadi, atas nama toleransi, masjid dijadikan sebagai pusat untuk mendalami nilai serta budaya AS dan Cina. Sudah jelas kemana arah toleransi yang digelorakan oleh Menteri Agama itu. Toleransi yang dimaksudkan lebih bersifat politis.

Selain itu, toleransi diimplementasikan dalam konteks penyamaan semua agama. Pada awal November 2024 ramai video beredar di dunia maya. Terlihat di video tersebut anak-anak usia TK/SD berkerudung sedang berada di suatu gereja. Ada juga anak-anak laki-laki berpeci orange. Terpampang di depan kelas itu salib yang besar. Dalam narasi video tersebut terdengar, “Bukannya ini murid sekolah Islam. Kok belajar di gereja. Lalu masuk Pura juga.” Laki-laki berpeci hitam menjelaskan di video itu, “Oke ah. Jadi itulah salah satu hal yang kita prioritaskan kepada anak-anak. Karena mereka masih usia dini. Sedini mungkin kita tanamkan rasa toleransi bahwa di Indonesia itu terdiri dari beragam agama. Ada 6 agama yang diakui. Beragam suku. Beragam kebudayaan. Tadi kita sudah berkunjung ke Klenteng, kemudian ke gereja, dan sekarang kita berada di pura. Salah satu pura yang tertua di Kota Kediri. Setelah ini kita akan ke wihara. Terakhir nanti di masjid untuk shalat zhuhur.”

Penjelasan itu disambut oleh narasi, “Ini berarti program untuk melatih anak toleransi sejak dini.”

Pria berpeci hitam pun mengatakan, “Betul sekali.”

Narasi dalam video itu menyahut, “Keren juga, ya”

Tidak ada keterangan siapa yang membuat video itu. Apakah orang Islam atau bukan. Lembaga mana yang menyelenggarakan, juga tidak dijelaskan. Satu hal yang terang terlihat dan terbaca adalah itulah toleransi yang dimaksudkan. “Disebut toleransi, tapi faktanya adalah pendangkalan akidah sejak dini,” ujar Sandy. “Orang tua mestinya sadar hal ini. Anak-anaknya diajari bahwa semua agama benar. Padahal, Inna dina ‘inda AlLâh al-Islâm. Sungguh agama/sistem hidup yang Allah ridhai adalah Islam,” tambahnya.

“Jangan heran jika saat ini menyeruak paham agnostik. Yakin adanya Tuhan, tapi tidak perlu beragama. Toh semua agama sama saja.“ Saputra berkomentar.

“Oh pantas, sekarang sedang ada yang mengajukan ke MK agar dibolehkan untuk tidak beragama,” sahut Deden.

Saya katakan. “Jika toleransi dimaknai seperti itu, dapat masuk ke dalam ungkapan kalimatu haqq[in] yuradu bihaa al-baathil’. Kata yang benar, namun digunakan untuk kebatilan.”

Memang, ajaran Islam mengajarkan tasâmuh alias toleransi. Namun, tasâmuh yang dimaksud adalah saling menghargai dan tidak boleh memaksakan agama Islam kepada pihak lain. Tidak ada toleransi dalam akidah. Hakikat toleransi dalam Islam, itulah yang terdapat di dalam QS al-Kafirun. “Dari nama surat saja jelas sekali Surat al-Kafirun. Tidak ada toleransi dalam hal akidah. Ada Mukmin, ada kafir,” ujar Sandy.

“Toleransi yang digembar-gemborkan itu bukan saling menghargai, tetapi mencampurbaurkan ajaran agama. Toleransi yang begitu tidak sesuai dengan ajaran Islam,” sambut Deden. “Jika toleransi macam ini diarusutamakan, yang terjadi adalah pendangkalan akidah Islam. Alih-alih saling menghargai, yang berlangsung adalah penjauhan nilai Islam dari putra-putri kaum Muslim. Lalu disebutlah itu demi keberagaman. Bhinneka tunggal ika,” tambahnya.

Jika hal ini terjadi, apakah ini toleransi ataukah sebenarnya deislamisasi? Atau barangkali toleransi rasa deislamisasi. Waspadalah!

WalLâhu alam. [Muhammad Rahmat Kurnia]

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 + 6 =

Check Also
Close
Back to top button