
Arogansi Trump Tunjukkan Wajah AS Sebenarnya
Terjadi pertengkaran verbal Presiden Amerika Serikat Donald Trump versus Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pertengkaran ini berujung pada pengusiran Zelensky dari Gedung Putih oleh Trump. Tindakan ini dinilai sebagai bentuk arogansi yang mencolok untuk menunjukkan kepada seluruh dunia wajah sebenarnya kebijakan AS di dunia.
“Dengan arogansi yang mencolok ini, Trump bertindak untuk menunjukkan kepada seluruh dunia wajah sebenarnya kebijakan Amerika di dunia,” ujar aktivis Hizbut Tahrir Baher Salih sebagaimana diberitakan hizb-ut-tahrir.info, Senin (3/3/2025).
Kejadian tersebut, ungkap Baher, mencerminkan betapa AS siap membunuh ribuan, bahkan jutaan orang. AS pun siap menyeret rakyat, bangsa dan negara lain ke dalam perang yang mematikan dan brutal. Tentu untuk mencapai ambisi kolonial dan kepentingan materialnya.
“Betapa menyedihkan dan celakanya mereka yang mengikuti AS atau berpegang teguh pada talinya,” ujar Baher.
Pasalnya, sebut Baher, dalam pertemuan tersebut Trump menegaskan bahwa AS tidak memandang masalah konflik Ukraina-Rusia sebagai konflik benar dan salah, atau nilai dan moral; melainkan konflik kepentingan, keuntungan, dan kolonialisme.
Buktinya, beber Baher, Trump memperlakukan masalah ini sebagai kesepakatan bisnis. AS memeras Ukraina agar menandatangani kontrak untuk penjarahan AS terhadap Ukraina senilai 500 miliar dolar dalam bentuk logam mulia dan strategis.
Pemerasan Trump terhadap Ukraina, tegas Baher, dilakukan dengan cara yang terang-terangan dan gamblang. Trump mengancam Ukraina akan kalah perang dengan Rusia. Di antaranya AS akan menghentikan dukungan militernya terhadap Ukraina. AS juga mengancam Presiden Ukraina akan kehilangan jabatannya jika AS meninggalkan dia dan negaranya.
“Trump melakukan semua itu di depan media, kamera dan mikrofon; antara menandatangani penyerahan kekayaan Ukraina ke Amerika dan menerima Ukraina menjadi koloni Amerika tanpa jaminan keamanan terhadap Rusia atau Amerika meninggalkan Ukraina di depan beruang Rusia, dengan punggung dan perut terbuka, yang siap untuk melahap Ukraina sehingga menjadi pelajaran bagi mereka yang datang setelahnya,” beber Baher.
Lihatlah, lanjut Baher, bagaimana Barat—AS dan Eropa—memerangi Rusia dengan menggunakan rakyat Ukraina, untuk mencapai kepentingan mereka. Sebaliknya, kepentingan Ukraina tidak mempunyai tempat dalam perhitungan mereka. Kalaupun ada, itu merupakan perhatian terakhir mereka.
“Bahkan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, yang merupakan penyebab perang, tidak mereka berikan kepada Ukraina meski harga yang dibayarkan oleh Ukraina adalah dengan memerangi Rusia atas nama mereka,” kata Baher.
Hal yang perlu ditegaskan juga, ujar Baher, kebodohan Presiden Ukraina menjadi pelajaran bagi setiap pengikutnya. Dengan kebodohan dan kepercayaannya pada rubah AS dan orang Eropa, yang tidak lebih baik dari AS.
Satu-satunya hal yang patut dipuji dari Zelensky, jelasnya, adalah sikapnya saat ini di Gedung Putih. Meskipun ia lemah dan sangat membutuhkan, ia terbangun dari komanya setelah Trump menyiramkan seember air ke wajahnya. Zelensky sadar bahwa dengan menaati Trump dan menyerah pada apa yang Trump inginkan, maka ia akan membunuh dirinya sendiri dan menuju kematiannya sendiri. Karena itu ia menolak semuanya dengan sikap yang berani meski berujung pada pengusiran dirinya dari Gedung Putih.
“Sungguh, sikapnya ini membuat kita merasakan betapa sengsaranya kita dengan keberadaan para penguasa boneka, seperti Raja Yordania. Dia duduk di kursi yang sama beberapa pekan lalu. Namun, dia duduk dengan sikap tunduk dan terhina, seperti duduknya siswa yang gagal di hadapan gurunya, yang membuat dirinya tidak bisa bangun dari rasa malu dan aibnya. Padahal Trump telah menjatuhkan air terjun di wajahnya. Hal ini membuat kami semakin menyesal dan berkata, ‘Celakalah para penguasa kami! Apakah mereka tidak bisa seperti Zelensky?!’” sebut Baher.
Menurut Baher, dunia, dan kaum Muslim khususnya, sangat membutuhkan pemimpin yang memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang akan mengakhiri arogansi Trump dan pemerintahannya, serta membawa rakyat dan dunia keluar dari ketidakadilan, korupsi dan kebobrokan kapitalisme.
Ia menegaskan, tidak ada yang mampu melawan AS kecuali Negara Khilafah yang akan datang. Eropa yang sedang runtuh, Rusia yang korup, maupun Cina yang introvert tidak akan mampu menghadapi AS dan arogansinya.
“Hanya Islam dan khalifah kaum Muslim yang bisa melakukan itu. Oleh karena itu, kami mengatakan kepada umat Islam, bahwa sekaranglah saatnya untuk mengembalikan kedudukan, martabat dan kepemimpinannya,” pungkas Baher.[]