Ragam Kemenangan Umat Islam Pada Bulan Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan kemenangan bagi umat Islam. Pasalnya, umat Islam berhasil melawan haus dan lapar serta menjaga diri dari segala macam hawa nafsu selama sebulan lamanya. Setiap hari, saat berbuka puasa, kaum Muslim meraih kemenangan. Mereka bergembira atas pertolongan Allah. Puncak kemenangan dan pertolongan-Nya adalah ketika Idul Fitri.
Kemenangan yang diraih oleh umat Islam pada bulan Ramadhan tak hanya dalam menahan diri dari rasa haus dan lapar serta segala bentuk maksiat. Menurut catatan sejarah, umat Islam pun meraih banyak kemenangan lainnya selama bulan Ramadhan.
Lalu apa sajakah kemenangan umat Islam selama bulan Ramadhan dalam catatan sejarah?
Pertama: Kemenangan dalam Perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah. Perang Badar ini disebut sebagai “Yawm al-Furqaan” atau hari pemisah antara yang haq dan batil. Padahal saat itu jumlah pasukan kaum Muslim hanya 313 orang. Mereka bertempur melawan pasukan Quraisy dari Makkah yang berjumlah 1.000 orang.
Kedua: Fathu Makkah atau Pembebasan Kota Makkah pada bulan Ramadhan tanggal 10 tahun ke-8 Hijrah. Peristiwa tersebut menjadi tonggak kemenangan bagi umat Islam, khususnya kaum Muhajirin. Saat itu Rasulullah saw. bersama 10.000 pasukan bergerak dari Madinah ke Makkah. Mereka menguasai seluruh Makkah dengan gilang gemilang. Sejak saat itu Makkah telah up date status dari darul kufur menjadi bagian Darul Islam.
Ketiga: Pada bulan Ramadhan juga, Khalid bin Walid juga berhasil menghancurkan patung Al-Uzzah. Kaum Tsaqif juga menyatakan keislamannya di hadapan Rasululah saw. dan menghancurkan patung Al-Lata yang dulu mereka sembah. Peristiwa tersebut terjadi tepat pada bulan Ramadhan tahun ke-9 Hijrah.
Keempat: Kemenangan dalam Perang Tabuk. Perang yang menjadi perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah saw. tersebut dimenangi oleh umat Islam pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke-9 Hijrah. Saat itu kaum Muslim melawan pasukan dari kaum Romawi. Bangsa Romawi lari tunggang-langgang sebelum sempat berhadapan dengan pasukan kaum Muslim.
Kelima: Pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92 Hijrah, pasukan Islam di bawah kepemimpinan Thariq bin Ziyad berhasil menyeberangi Selat Giblatar atau Jabal Thariq. Mereka kemudian masuk ke Andalusia (Spanyol) dan kemudian berhasil menguasai wilayah tersebut. Selama hampir 800 tahun Islam memimpin di Andalusia (Spanyol) sejak 711 M hingga 1492 M.
Keenam: Umat Islam pada tanggal 15 Ramadhan tahun ke-658 Hijrah berhasil mengalahkan tentara Mongol. Tentara tersebut berada di bawah kepemimpinan Hulagu Khan yang merupakan cucu dari Genghis Khan. Perang tersebut terjadi di Ain Jalut, Palestina Utara.
Ketujuh: Umat Islam di Mesir pernah menang melawan tentara Israel. Saat itu tentara Mesir berhasil merebut benteng Israel, Barlev, yang sebelumnya dianggap tidak akan mungkin terbobol selamanya. Selanjutnya tepat pada tanggal 10 Ramadhan 1393 Hijrah Benteng Barlev pun dapat dihancurkan oleh umat Islam.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa peradaban Islam akan terus berputar dan pernah mengalami berbagai macam kejayaan selama bulan Ramadhan. Torehan prestasi tersebut sesungguhnya menunjukkan bahwa rasa haus dan lapar tidak menjadi penghalang bagi umat Islam untuk meraih kemenangan yang sesungguhnya.
Rahasia Kemenangan Kaum Muslim
Jika kita mencermati sejarah kemenangan kaum Muslim, sebab kemenangan mereka bukan dari besarnya jumlah pasukan dan lengkapnya persenjataan. Sebagai contoh Perang Badar, satu banding tiga, dan Perang Mu’tah, satu banding enam puluh enam. Di dalam Perang Badar hanya ada dua orang Sahabat yang menunggang kuda. Sisanya berjalan kaki.
Demikianlah sebab kemenangan bukanlah besarnya jumlah dan lengkapnya senjata. Satu-satunya sebab kemenangan adalah pertolongan Allah. Allah SWT berfirman:
كَم مِّن فِئَةٖ قَلِيلَةٍ غَلَبَتۡ فِئَةٗ كَثِيرَةَۢ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٢٤٩
Betapa banyak kelompok yang kecil mampu mengalahkan kelompok yang besar dengan izin Allah dan Allah menyertai orang-orang yang sabar (QS al-Baqarah [2]: 249).
Al-Hafizh Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat di atas, menyatakan:
فإن النصر من عند الله ليس عن كثرة عدد ولا عدد
Sesungguhnya kemenangan (diraih) dari sisi Allah bukan dari banyak jumlah pasukan dan banyaknya persenjataan.
Kunci pertolongan Allah diraih adalah bersabar, sebagaimana disebutkan diujung ayat (yang artinya) “Allah bersama orang-orang yang sabar”. Sabar inilah yang diminta dalam doa Thalut ketika berhadapan dengan pasukan Jalut.
رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرٗا وَثَبِّتۡ أَقۡدَامَنَا وَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٢٥٠
Wahai Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran kepada kami, kokohkan kedudukan kami dan tolonglah kami atas kaum kafir (QS al-Baqarah [2]: 250).
Bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran, sebagaimana disebut oleh Nabi saw. dalam hadis riwayat Imam Muslim. Pada bulan Ramadhan umat Islam berada pada puncak ruhiah. Mereka dilatih untuk bersabar untuk taat pada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Di antaranya hal-hal yang dapat membatalkan puasa maupun pahala puasa.
Sabar tidak hanya ketika ditimpa musibah, namun juga dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan. Jika sabar dilakukan dengan benar dan pada tempat yang benar maka ia menjadi kunci kemenangan dari Allah bias diraih.
Karena itu jika umat Islam saat ini ingin meraih kemenangan dalam perjuangan, mereka harus terus menjaga dan memupuk kesabaran dalam memperjuangkan syariah Islam. Tidak bersikap ta’ajjul (tergesa-gesa) dan tergoda dengan jalan perjuangan yang sejatinya adalah jebakan yang dipasang oleh musuh-musuh Islam.
Kunci kedua dari kemenangan yang diraih kaum Muslim adalah keyakinan pada janji Allah (tsiqah bi wa’dilLaah). Inilah yang membuat kaum Muslim memiliki keyakinan tanpa batas bahkan mampu melihat apa yang belum terjadi. Sebabnya, ia yakin bahwa ending dari perjuangannya adalah kemenangan Al-Haq (Islam). Mata mereka tidak silau dengan perhiasan dunia yang menipu. Mereka tak semata melihat dengan mata lahiriah (bashar). Mereka pun melihat dengan mata batiniah (bashiirah). Mereka tidak menggadaikan mabda’ Islamnya dengan kepentingan sesaat. Inilah sikap kaum Mukmin saat menyaksikan 10.000 Pasukan Ahzab (Pasukan Koalisi) yang mengepung Madinah. Inilah ucapan mereka yang diabadikan dalam al-Quran agar menjadi ‘ibrah bagi kita:
وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلۡأَحۡزَابَ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا ٢٢
Ketika kaum Mukmin menyaksikan Pasukan Ahzab, mereka mengatakan, “Inilah yang Allah dan Rasulullah janjikan kepada kami. Benarlah janji Allah dan Rasul-Nya.” Tidaklah bertambah pada diri mereka kecuali keimanan dan ketundukan (QS al-Ahzab [33]: 22).
Janji Allah inilah yang diminta Nabi Muhammad saw. saat berdoa sebelum meletusnya Perang Badar al-Kubra.
اَللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اَللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَ نِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
Ya Allah, tunaikanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah jika kumpulan umat Islam ini dihancurkan, maka Engkau tak akan disembah lagi di muka bumi ini (HR Muslim).
Keyakinan akan janji Allah inilah yang menjadikan seorang pejuang bersabar dengan beratnya ujian perjuangan. Membuat mereka tetap optimis saat banyak orang pesimis. Tsiqah bi wa’dillah inilah yang dilatih dalam bulan Ramadhan. Mereka dilatih untuk yakin dengan besarnya balasan Allah bagi orang yang berpuasa, karena balasan puasa tidak dalam bentuk angka-angka, namun Allah sendiri yang akan membalasnya, bahkan melipatkgandakannya.
Bandingkan dengan sikap kaum munafik dan yang ada penyakit di hatinya. Saat mereka melihat realitas berbalik 180 derajat dengan janji Allah SWT dan Rasulullah saw., mereka mencela Allah SWT dan Rasulullah saw. Allah mengabadikan sikap busuk mereka dalam al-Quran (QS al-Ahzab [33]: 12).
Rahasia kemenangan kaum Muslim yang lain adalah karena pada saat itu mereka dipimpin oleh Nabi Muhammad saw. dan para pemimpin yang adil. Pemimpin inilah yang jika ia mengangkat tangannya ke langit, maka Allah malu jika membiarkan tangan tersebut kembali dalam keadaan kosong. Pemimpin inilah yang hanya takut kepada Allah dengan menjalankan syariah-Nya. Pemimpin inilah yang tegak berdiri di hadapan negara kafir penjajah. Ia mencintai rakyatnya. Rakyatnya juga mencintai dirinya. Ia mendoakan kebaikan bagi rakyatnya. Rakyatnya pun mendoakan kebaikan bagi dirinya, Ia siap menjadi junnah (perisai) untuk membela kepentingan rakyatnya. Ia dibaiat untuk menjalankan al-Quran dan dan as-Sunnah. Ia adalah pemimpin terbaik yang lahir dari sistem yang terbaik: Islam dan Khilafah.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. [Wahyudi Ibnu Yusuf]