Ramadhan Bulan Perjuangan Menegakkan Khilafah
Dalam bulan Maret ini ada dua hal yang penting untuk kita perhatikan. Pertama: Umat Islam sudah 100 tahun lebih kehilangan Khilafah. Tepatnya sejak 3 Maret 1924 M. Kedua: umat Islam memasuki bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah. Bulan perjuangan.
Lebih dari 100 Tahun tanpa Khilafah adalah waktu yang Panjang. Pasalnya, umat Islam hanya dibolehkan hidup tanpa Khilafah berdasarkan Ijmak Sahabat tidak lebih dari tiga hari bersama malamnya. Ketiadaan Khilafah juga menjadi pangkal penderitaan umat Islam selama lebih dari 100 tahun. Palestina yang ada di depan mata adalah bukti nyata penderitaan umat tanpa Khilafah. Yang terkini, sudah lebih dari 30 ribu umat Islam Palestina terbunuh. Ratusan ribu orang terluka. Banyak di antaranya adalah anak-anak, wanita dan para orang tua. Sarana-sarana umum yang sangat dibutuhkan rakyat dihancurkan oleh Zionis Yahudi. Suplai listrik dan air yang dibutuhkan dalam kehidupan rakyat Palestina dihancurkan. Rumah sakit pun dibom. Masjid-masjid dan pemukiman menjadi sasaran utama kejahatan entitas Yahudi ini. Gaza menjadi wilayah yang jauh dari rasa aman. Wilayah ini tidak lagi layak dihuni oleh manusia.
Semua ini tidak bisa dilepaskan dari ketiadaan Khilafah di tengah-tengah umat. Saat ini umat Islam tidak memiliki pelindung yang menjaga umat dari genosida ini. Umat Islam kehilangan junnah (perisai). Itulah Khilafah. Khilafah inilah yang melindungi nyawa kaum Muslim dari musuh-musuh yang biadab. Sayang, Khilafah diruntuhkan oleh negara imperialis Inggris melalui kaki tanganya pengkhianat umat, Mustafa Kamal terlaknat.
Kini, selama lebih dari 100 tahun, Negeri-negeri Islam tanpa Khilafah. Mereka dipimpin oleh para penguasa pengkhianat umat. Alih-alih membebaskan rakyat Palestina dari penderitaan, yang mereka pertontonkan di depan mata adalah pengkhianatan demi pengkhianatan. Baik dengan lisan mereka maupun dari perbuatan mereka!
Kalaupun mereka bicara tentang Palestina, itu hanya basa-basi belaka. Hanya retorika politik. Tak ada aksi nyata untuk menghentikan kebiadaban penjajah Yahudi ini. Saudi membanggakan diri telah memberikan bantuan kemanusian. Pemimpin Turki sibuk berdemonstrasi dan berhenti pada retorika kecaman terhadap entitas Yahudi. Indonesia sibuk dengan usulan dua negara. Padahal ini merupakan jalan Amerika untuk melestarikan penjajah Yahudi ini. Ada pula yang berharap pada PBB dan Mahkamah Internasional yang pasti berpihak pada Amerika dan Zionis Yahudi. Padahal ada hal yang sangat jelas dibutuhkan oleh rakyat Palestina, yaitu mobilisasi pasukan tempur, pengiriman pesawat-pesawat tempur untuk menghancurkan entitas penjajah Yahudi. Namun, semua itu tidak mereka lakukan meskipun sesungguhnya mereka bisa.
Karena itu penting seruan Hizbut Tahrir kepada para panglima perang di negeri-negeri Islam. Ini adalah seruan yang tulus. Siapapun yang memenuhi seruan ini akan mendapatkan pahala yang berlimpah dari Allah SWT:
Kepada para tentara di negeri-negeri kaum Muslim: Bukankah kalian punya hati (akal) untuk memahami, mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar? Tidakkah kalian melihat sungai darah yang mengalir dari anak-anak kaum Muslim di Gaza? Tidakkah kalian melihat pembantaian di kampung, kota dan di jalanan? Tidakkah kalian melihat penghancuran rumah-rumah, pengeboman rumah-rumah sakit, penghalangan ambulan-ambulan untuk mengangkut orang terluka bahkan mereka dibiarkan sampai mati syahid? Tidakkah kalian melihat kebengisan monster Yahudi telah menimpa manusia, batu dan pepohonan? Tirani Yahudi telah meluas ke Gaza dan Tepi Barat, bahkan hingga Palestina yang diduduki pada tahun 1948. Lalu apa lagi yang kalian tunggu? Tidak diragukan lagi, kalian pasti melihat dan mendengar apa yang telah dan sedang terjadi. Tidak adakah di antara kalian orang berakal yang memimpin tentara kaum Muslim serta menolong Islam dan kaum Muslim dengan menghancurkan entitas Yahudi yang menduduki Palestina? Tidak adakah yang mau mengembalikan Palestina sepenuhnya ke Darul Islam. Jika para penguasa lalim menolak, tidak adakah yang mampu mencerai-beraikan mereka berikut orang yang di belakang mereka? Tidak adakah orang yang berakal di antara kalian?!”
Ramadahan yang penuh berkah ini sudah seharusnya menjadi bulan ketaatan bagi para panglima perang untuk menjalankan kewajiban syariah, perintah Allah SWT, yakni jihad fi sabilillah untuk membebaskan tanah Palestina. Inilah yang dilakukan para panglima perang kaum muslim sebelumnya. Rasulullah saw. dan para Sahabat mnjadikan Ramadhan sebagai bulan jihad fi sabilillah. Berbagai perang dan peristiwa besar terjadi pada bulan Ramadhan. Ada Perang Badar, Fathul Makkah, Perang Khandaq (Ahzab), Perang Ain Jalut dan Perang Tabuk.
Ramadhan yang penuh berkah ini juga menjadi bulan perjuangan bagi kaum Muslim untuk menegakkan kembali Khilafah ‘alaa minhaaj an-Nubuwwah. Kampanye global ini memperingati lebih dari 100 tahun umat Islam tanpa Khilafah. Ini bukan romantisme sejarah. Bukan pula meratapi keruntuhannya. Peringatan ini tidak lain untuk mengokohkan visi dan misi perjuangan umat untuk menegakan kembali kehidupan Islam dalam Khilafah. Visi dan misi ini penting untuk terus ditegaskan dan dikokohkan. Apalagi di tengah arus besar yang tengah mengancam keselamatan negeri ini, yakni neoliberalisme dan neoimperialisme.
Menyambut kampanye global ini, Hizbut Tahrir Tunisia mengeluarkan pernyataan tentang pentingnya tiga hal untuk keberhasilan revolusi Islam di negeri Islam sebagai kritik terhadap kegagalan Arab Spring yang bermula dari Tunisia. Pertama, mem-’persenjatai’ peradaban baru. Tentu dengan peradaban Islam yang muncul dari keyakinan Islam. Juga membebaskan diri dari hegomoni Barat dalam menentukan alternatif perubahan, metode maupun tujuannya. Kedua, keberadaan kepemimpinan umat (al-qiyadah) yang setia pada proyek umat dan sadar akan tipudaya Barat untuk memimpin umat menuju perubahan nyata yang berhasil atas dasar Islam. Ketiga, ahlul quwwah yang mukhlis, setia, kuat hingga mampu melindungi perubahan Islam yang terjadi, terutama dari ambisi kerakusan Barat.
Keruntuhan Khilafah dulu menjadi pangkal kehancuran Dunia Islam dan kemunculan berbagai malapetaka yang menimpa Dunia Islam. Karena itu kebangkitan kembali Dunia Islam dari keterpurukannya pun hanya mungkin melalui penegakan kembali Khilafah itu. Khilafahlah yang akan menyatukan kaum Muslim di seluruh dunia. Khilafah yang akan menerapkan kembali syariah secara kaaffah. Khilafah pula yang akan menghadapi segala bentuk ancaman, khususnya neoliberalisme dan neoimperialisme. Inilah yang akan menyelesaikan berbagai persoalan umat saat ini yang muncul akibat penjajahan kapitalisme dan sistem sekuler. Inilah saatnya umat Islam bersatu untuk menegakkan Khilafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah.
AlLaahu Akbar! [Farid Wadjdi]