Dunia Islam

Normalisasi Israel-UEA: Lembaran Hitam Penguasa Pengkhianat

Uni Emirat Arab (UEA) dan entitas Yahudi telah sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik penuh di antara mereka. Demikian menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri entitas Yahudi Benjamin Netanyahu, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al Nahyan dan Presiden AS Donald Trump.

Bin Zayed mengatakan bahwa dalam kontak dengan Trump dan Netanyahu, disepakati peta jalan kerjasama bersama untuk membangun hubungan bilateral yang telah disepakati. Berdasarkan kesepakatan tersebut, kedua negara akan bertukar duta besar dan bekerjasama di berbagai bidang. Di antaranya keamanan, pendidikan dan kesehatan. Perdana Menteri dari entitas Yahudi menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai peristiwa bersejarah. Dia mengatakan bahwa UEA akan menginvestasikan dana dalam jumlah besar di entitas Yahudi. Namun, dia menekankan bahwa kesepakatan tersebut tidak membatalkan rencana aneksasinya. Dia berkomitmen untuk menerapkannya melalui koordinasi dengan pemerintah Amerika saja, bahwa kebijakan entitasnya terhadap Tepi Barat tidak akan berubah.

Kesepakatan pengkhianatan baru ini datang untuk semakin memperjelas keadaan para penguasa yang telah mendominasi kehidupan umat Islam. Para penguasa UEA sama seperti para penguasa kaum Muslim lainnya. Mereka hanyalah alat murah di tangan musuh-musuh umat Islam. Mereka melaksanakan apapun yang diperintahkan kepada mereka tanpa ragu atau malu.

Melalui kontak telepon, para penguasa UEA secara resmi masuk dalam klub para normalisator secara terbuka dengan entitas Yahudi. Mereka bergabung tanpa rasa malu dengan kelompok yang mengakui keberadaan entitas Yahudi di sebagian besar bumi yang diberkati (Palestina). Mereka menormalisasi hubungan dengan Yahudi tanpa rasa malu dan berdosa sedikit pun. Seolah-olah entitas Yahudi tidak sedang menduduki bumi kiblat yang pertama dari dua kiblat, tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah, serta tempat Isra’ Nabi saw.!

Para penguasa UEA yang malang itu tidak dapat menyelamatkan wajah mereka selama berjam-jam. Sekutu baru mereka, Perdana Menteri dari entitas Yahudi, menyatakan bahwa dia berkomitmen dengan masalah aneksasi, dan tidak akan meninggalkannya, sebab hal itu masih dalam agenda pemerintahannya. Pengumuman entitas Yahudi ini langsung menggugurkan dalih para penguasa UEA yang lemah. Ini tercermin melalui pernyataan normalisasi dengan imbalan penangguhan aneksasi dan perpanjangan kedaulatan atas Tepi Barat! Inilah nasib setiap pengkhianat agamanya. Hina di dunia ini serta siksaan di akhirat yang lebih pedih dan menghinakan.

Para penguasa kaum Muslim sama dalam pengkhianatan. Banyak pihak secara terbuka menormalkan dan membangun hubungan; menyerukan solusi dua negara, legitimasi internasional dan keputusan internasional sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah bumi yang diberkati (Palestina). Solusi dua negara yang diserukan oleh para penguasa dan Otoritas Palestina. Ada inisiatif Arab yang kental aroma pengkhiatannya. Juga ada keputusan internasional. Semua mengarah pada akibat yang sama, yaitu pengkhianatan, pengabaian dan penyerahan sebagian besar wilayah di bumi yang diberkati. Imbalannya adalah sebuah negara kecil yang lemah, yang bertugas melindungi entitas Yahudi, menyiksa warga Palestina, serta membatasi dan mempersulit ruang gerak mereka. Tujuannya agar mereka dengan sukarela pergi meninggalkan negerinya. Bisa juga, agar mereka mau melakukan asimilasi budaya supaya tidak menjadi penghalang bagi entitas Yahudi dan masa depannya dalam kehidupan yang aman di bumi yang diberkati sebagai tujuan untuk semua solusi kolonialismenya.

Para penguasa budak menerima kejahatan ini. Sebagian mereka secara formalitas menentangnya melalui media dan menggambarkannya sebagai pengkhianatan. Namun sebenarnya, mereka semua setuju atas pengkhianatan itu. Mereka juga sama-sama setuju untuk mengakui legalitas entitas Yahudi. Bahkan kadang-kadang mereka bekerja sama dan berkoordinasi dengan Yahudi secara diam-diam dan di lain waktu secara terbuka.

Inisiatif Arab mengusulkan normalisasi secara terbuka dan penuh dengan imbalan negara lemah di atas sebagian tanah Palestina. Oposisi mereka mirip dengan oposisi terhadap Sadat, yang menandatangani Perjanjian Camp David. Mereka menyebut perjanjian itu sebagai pengkhianatan, namun tidak lama kemudian mereka mencampai perdamaian dengan penjajah tentang perbatasan tahun 67, yang menjadi tuntutan otoritas dan para penguasa. Dengan itu perjuangan untuk mencapainya menjadi perjuangan dan kepatuhan pada ketetapan-ketetapan! Dengan demikian, mereka menjadi lebih berkhianat dari pada Sadat!

Para penguasa UEA, sama seperti para penguasa kaum Muslim lainnya, hanya mewakili diri mereka sendiri. Mereka telah menjual dirinya kepada setan melalui kerelaannya menjadi antek kaun kafir penjajah Barat. Umat berlepas diri dari mereka. Umat yang telah meyakini al-Qur’an dan Surat al-Isra’ hanya melihat pembebasan Palestina adalah solusi untuk masalah bumi yang diberkati itu. Solusi yang sesuai syariah yang pernah berlaku di Hittin ketika Sang Pahlawan Shalahuddin yang telah menyapu bersih pasukan Salib. Solusi itu akan hidup kembali dalam kenyataan. Saat nanti tentara umat bangkit dan mengaum kembali untuk mengibarkan panji Islam di tembok-tembok al-Quds, dan di seperempat bumi yang diberkati, serta mencabut entitas Yahudi selamanya.

Masalah bumi yang diberkati adalah masalah umat yang besar dan mengakar. Umat keluar sebagai pemenang pada sebagian besar peperangan di negeri itu. Umat mengalahkan pasukan Salib di Hittin dan menghancurkan Mongol di Ain Jalut. Umat akan bangkit kembali untuk menang dan mendapatkan lagi bumi yang diberkati, bahkan seluruh negeri. Bumi yang diberkati itu tidak akan lagi menjadi kartu pemilihan di tangan Trump, atau siapa pun, yang melaluinya mereka mencapai prestasi politik yang lemah dengan menginstruksikan para penguasa UEA untuk menjalin hubungan dengan entitas Yahudi.

Sungguh, masalah bumi yang diberkati adalah masalah umat. Umat akan berusaha untuk mengambil kembali kekuasaannya dengan mendirikan Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang akan membuat Trump dan para pengikutnya melupakan bisikan setan. Kemudian mencabut pengaruhnya dan para bonekanya, yaitu para penguasa kaum Muslim yang sudah berkhianat. Lalu mengembalikan bumi yang diberkati ke pelukan umat Islam.

Pengkhianatan yang terbuka ini, dan apa yang telah dicapai oleh masalah Palestina, hanya dapat dijawab dengan mengirim tentara umat Islam, para panglima dan perwiranya untuk membebaskan bumi yang diberkati, mencabut entitas Yahudi dan para penguasa pengkhianat yang bersekongkol melawan umat dan masalah-masalahnya. Tidak ada pembebasan bagi tempat Isra’, atau kebangkitan bagi umat di bawah naungan para penguasa yang bersekongkol melaksanakan perintah dari musuh-musuh umat, dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan keikhlasan, serta mempromosikannya, seolah mereka anggota tim sukses kampanye pemilihan Trump!

Dalam hal ini, umat seharusnya tidak diam, melainkan harus bergerak untuk mengakhiri periode pengecualian ini dalam kehidupan umat Islam, dan menghilangkan mendung agar matahari Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhaj an-nubuwwah bersinar, yaitu Khilafah yang akan menghancurkan Trump dan para penguasa yang menjadi budaknya.  “Berkata, ‘Kapan itu (akan terjadi)?’ Katakanlah, ‘Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat.’” (TQS al-Isra’ [17] : 51). [M Bajuri/Sumber: Kantor Media Hizbut Tahrir Palestina]

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three + twelve =

Back to top button