Meruntuhkan Mitos ‘Zionis Yahudi Tak Terkalahkan’
Sirene meraung-raung di langit Ahuzat Bayt. Wilayah Palestina ini diduduki dan dijadikan ibukota oleh Zionis Yahudi, lalu diganti namanya menjadi Tel Aviv. Sebelumnya, ribuan roket diluncurkan oleh Gerakan Perlawanan Islam Harakat al-Muqawamat al-Islamiyyah (Hamas) dari Jalur Gaza, Sabtu pagi, 7 Oktober 2023. Akibatnya, aparat dan warga entitas Zionis Yahudi yang tengah merayakan Hari Raya Yahudi Simchat Torah (Bersuka-cita dengan Taurat) panik luar biasa dan lari kocar-kacir. Banyak dari mereka memutuskan untuk segera terbang ke luar negeri.
Tidak hanya meluncurkan 2.500-5.000 roket, para mujahidin juga berhasil membobol pagar kawat tinggi yang memblokade Gaza untuk memasuki wilayah yang dihuni warga entitas Yahudi. Hamas juga berhasil menghancurkan menara pengawas dan komunikasi di sepanjang perbatasan dengan menggunakan senjata drone sehingga menimbulkan area yang tidak dapat terpantau (blank spot) cukup luas bagi militer Zionis.
Sejumlah peledak dan traktor juga digunakan untuk membuat celah dan menghancurkan pagar pembatas. Lewat celah itu sekitar 200 mujahidin menerobos pada serangan gelombang pertama dan menyusul 1.800 lainnya menggunakan sepeda motor dan truk bak terbuka menggeruduk wilayah yang diduduki entitas penjajah.
Tampak pula sejumlah mujahidin berada di langit wilayah yang diduduki entitas Zionis menggunakan parasut. Turun lalu melakukan penyergapan. Mereka bukan terjun dari pesawat terbang atau helikopter. Tentu karena Hamas memang belum memiliki pesawat tempur. Mereka terbang dari daratan Gaza menggunakan parasut yang dilengkapi motor penggerak serta sistem kemudi.
Para mujahidin juga masuk ke wilayah yang dikuasai entitas Zionis melalui pantai dengan moda perahu.
Diperlakukan Baik
Tiga dari mujahid tersebut masuk ke salah satu rumah penduduk Kibbutz Kfar Aza yang berada di Selatan wilayah yang diduduki entitas Yahudi. Rotem, namanya. Ibu muda dengan dua anak.
“Saya memiliki dua anak di sini,” ucap Rotem begitu berpapasan wajah dengan mujahidin dalam rumahnya.
“Jangan khawatir. Saya seorang Muslim. Kami tidak akan menyakiti kalian,” kata salah seorang mujahidin.
Mujahidin lainnya memeriksa seluruh ruangan rumah Rotem. Meski para mujahidin ini ramah, Rotem dan anaknya yang besar merasa terkejut dan tertekan. Namun, gadis kecilnya santai saja bermain tablet.
Muncul seorang mujahid dari dapur membawa kursi dan mempersilakan Rotem dan kedua anaknya duduk. Mata salah seorang mujahid pun tertuju kepada beberapa sisir pisang yang tergolek di meja. “Apakah boleh saya makan satu?” ujar sang mujahid dengan sopan.
“Iya, boleh,” ujar Rotem sembari berupaya menyembunyikan keterkejutannya karena ternyata begitu sopannya orang Islam itu.
Setelah dua jam berada di rumah Rotem, ketiga mujahid itu berpamitan pergi.
Tufaan al-Aqshaa
Dari serangan dadakan yang dinamai Hamas sebagai Operasi Badai Al-Aqsha (Tuufaan al-Aqshaa), setidaknya delapan pangkalan militer dikuasai. Hamas juga menawan sejumlah tentara dan warga sipil di belasan desa dan kota.
Dalam banyak kesempatan pada serangan dadakan tersebut, Hamas selalu berupaya meminimalisir jumlah korban jiwa warga sipil. Namun, mujahidin terpaksa melumpuhkan bahkan sampai menembak mati siapa saja yang melakukan perlawanan yang membahayakan.
Walhasil, pihak Zionis memberitakan 1400 nyawa warganya melayang (direvisi menjadi 1200) dan menyandera 239 warga. Terbanyak terjadi dalam serangan Hamas kepada kerumuman massa ketika mengikuti Festival Nova di Tel Aviv. Namun, belakangan diketahui banyaknya warga sipil Yahudi yang mati tersebut bukan karena serangan Hamas, melainkan oleh tentara Zionis Yahudi sendiri.
Jadi, ketika mujahidin merangsek ke kerumunan, militer Yahudi merespon dengan menurunkan helikopter Apache dan drone bersenjata Zik untuk membendung serangan kelompok milisi itu agar tidak meluas. Namun, drone dan helikopter itu menyerang dengan membabi buta dan tidak selektif. Bukan hanya mujahidin, warga Zionis Yahudi yang tengah disandera Hamas juga ditembaki secara membabi buta oleh militer Yahudi sendiri. Akibatnya, banyak korban tewas yang jatuh dari warga sipil Zionis Yahudi sendiri.
Saksi Mata
Yasmin Porat (44 tahun), ibu tiga anak, merupakan salah seorang saksi mata dalam serangan di Festival Nova tersebut. Untungnya ia dan Tal Katz, rekannya, berhasil lolos dari serangan membabi buta militer Zionis. Keduanya berhasil melarikan diri dengan mobil ke Kibbutz Be’eri.
Ia dan Katz mencari perlindungan di rumah pasangan Adi dan Hadas Dagan di Kibbutz Be’eri. Setelah para pejuang Palestina menemukan mereka, mereka semua dibawa ke rumah lain, delapan orang telah ditawan dan satu pria tewas.
Para tawanan pun diperlakukan dengan baik oleh Hamas. Salah satunya seperti kesaksian Yocheved Lifschitz (85 tahun) yang dibebaskan oleh Hamas, Senin (23/10), setelah dua pekan disandera mujahidin tersebut. Lifschitz melihat di ruang tawanan tersedia kasur di lantai untuk para sandera. Tawanan lain yang terluka parah dalam kecelakaan sepeda motor dalam perjalanan ke Gaza dirawat oleh dokter. Sandra yang haid juga mendapatkan pembalut.
Hamas juga memastikan Lifschitz dan sandra lainnya tidak sakit dan dokter selalu memeriksa kesehatan para sandra setiap dua atau tiga hari sekali. Para sandera pun memakan makanan yang sama seperti yang dimakan penjaga Hamas, antara lain roti pitta dengan keju dan mentimun.
Meruntuhkan Mitos
Operasi Badai al-Aqsha ini meruntuhkan mitos betapa kuat dan hebatnya entitas penjajah Zionis Yahudi. Badan intelijen militer Zionis Yahudi, Mossad, yang selama ini digadang-gadang sebagai lembaga telik sandi yang paling luar biasa hebatnya menjadi tampak dungu. Mereka sama sekali tidak mampu mendeteksi adanya rencana dan upaya serangan dadakan terbesar sepanjang sejarah perlawanan Hamas.
Banyak pihak juga benar-benar tidak menyangka, iron dome yang sejak 2011 menjadi perisai langit dari setiap serangan roket, pada serangan dadakan itu hanya mampu menghalau sebagian kecil saja. Selebihnya, ribuan roket dengan leluasa menghantam dan menghancurkan sejumlah bangunan.
Serangan yang dilakukan pejuang Palestina ini, juga ‘menampar pipi’ para penguasa Arab dan Dunia Islam yang hanya diam menyaksikan kejahatan entitas penjajah Yahudi yang secara rutin menyerang Masjid al-Aqsha dan kaum Muslim yang beribadah shalat tarawih di masjid suci ketiga setiap Ramadhan dan juga menyerang kaum Muslim Palestina setiap Idul Fitri. Padahal para penguasa negeri Islam tersebut memiliki bala tentara dan alutsista yang lebih dari cukup untuk menghentikan kejahatan Zionis Yahudi kepada kaum Muslim Palestina, bahkan sebenarnya mampu mengusir entitas penjajah tersebut dari bumi Palestina.
Tuufaan al-Aqshaa juga menunjukkan bahwa perlawanan dan jihad dari kaum Muslim dalam rangka melawan penjajahan itu tidak pernah berhenti meskipun para penguasa negeri Muslim tidak ada satu pun yang benar-benar lelaki.
Brutal
Berbekal keyakinan bakal didukung penuh Amerika Serikat dan sekutu serta bakal tetap diamnya para penguasa negeri-negeri Islam, militer Zionis Yahudi pun melakukan serangan balik membabi buta dan sangat brutal terhadap Gaza. Benar saja, Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan negara-negara sekutu mendukung penuh Zionis. Para penguasa kafir tersebut berdatangan secara fisik ke Tel Aviv memberikan dukungan.
Seperti biasanya, Amerika Serikat pun terang-terangan mendukung secara finansial dan militer. Kali ini, AS mengerahkan dua kapal induk tercanggihnya ke lepas pantai Palestina yakni USS Dwight D. Eisenhower dan USS Gerald Ford. Di dua kapal induk terparkir lebih dari seratus pesawat tempur, dan disertai sejumlah kapal perusak, dan kapal penjelajah. Seluruh kapal perang tersebut dipersenjatai peluru kendali jarak jauh.
Belakangan, AS pun mengerahkan kapal selam tercanggihnya bertenaga nuklir untuk memastikan Zionis Yahudi aman pula dari upaya serangan bawah laut. Sejumlah pesawat tempur siluman F-35 dan F-15 juga siap dioperasikan kapan saja jika ada pasukan militer dari Dunia Islam datang. Itu semua dilakukan AS untuk memastikan para penguasa Muslim benar-benar diam dan tidak ada satu pun yang coba-coba berani mengerahkan militernya melawan sang anak emas AS yakni Zionis Yahudi.
Melalui pesawat udara, berkali-kali Zionis menghujani langit Gaza dengan bom fosfor putih yang sangat terlarang oleh Hukum Humaniter Internasional (karena jika terkena oksigen menghasilkan api dan panas hingga 815 derajat Celsius, merusak pernafasan, membakar kulit, dan organ dalam tubuh). Zionis Yahudi benar-benar melakukan genosida! Bukan kali ini saja. Dalam banyak serangan di tahun-tahun sebelumnya juga berulang senjata terlarang tersebut kerap dilontarkan di langit Gaza. Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan semua lembaga hukum internasional tidak ada yang berani menghukum Zionis.
Zionis Yahudi semakin jemawa dan seenaknya. Dalam serangannya, Zionis tidak pandang bulu. Semua fasilitas publik; rumah sakit, kamp pengungsi, masjid, gereja dan lainnya dibombardir tanpa ampun. Zionis juga memutus aliran listrik, internet serta menyetop akses air bersih.
Pihak Gaza mengatakan jumlah korban syahid (insyaAllah) akibat serangan biadab tersebut per Selasa, 14 November 2023, telah mencapai 11.320 orang. Korban syahid (insyaAllah) termasuk 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan. Hanya tinggal satu rumah sakit yang beroperasi di Gaza, yakni Rumah Sakit Baptis al-Ahli.
Skenario Zionis
Zionis Yahudi membuat skenario memindahkan ataupun mengusir rakyat Palestina yang tersisa di Gaza ke Sinai, Mesir. Karena itu diperlukan serangan darat untuk memastikan bahwa Hamas benar-benar habis. Zionis pun mulai menyisir yang tersisa dengan serangan darat. Namun, dalam serangan darat, tentara Yahudi menemukan lawan yang sepadan. Bahkan meski alutsista Brigade al-Qassam Hamas seadanya, militer darat Yahudi secara umum jatuh mentalnya.
Yoda, salah seorang tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam tank baja yang sangat canggih, benar-benar ketakutan dan tidak berani maju sedikit pun dari Gaza utara dekat perbatasan dengan wilayah yang diduduki Zionis Yahudi. Pasalnya, ia merasa personil militer Brigade al-Qassam Hamas tersebut seperti monster yang sangat menyeramkan.
Bukan hanya Yoda. Pasukan darat Zionis secara umum memang mengalami kekalahan mental yang luar biasa. Bahkan jika dibanding dengan mentalnya wanita dan anak-anak Gaza, tentara IDF itu tidak ada apa-apanya.
Sekadar Mengecam
Sebanyak 57 para penguasa negeri-negeri Islam termasuk Presiden Jokowi yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) melakukan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa terkait krisis Palestina, Sabtu, 11 November 2023. Namun, sebagaimana biasanya seperti tahun-tahun sebelumnya, hasil konferensi kali ini juga sekadar mengecam tindakan biadab Zionis Yahudi. Tidak ada ada satu pun dari 31 poin resolusi yang dicetuskan yang berisi pengerahan bala tentara Dunia Islam untuk menghentikan kebiadaban Zionis Yahudi. Apalagi sampai mengerahkan bala tentara mengusir entitas penjajah Zionis Yahudi itu dari tempat suci ketiga kaum Muslim dan Palestina.
Yang ada, justru mereka mengaminkan solusi solusi dua negara (two states solution) untuk Zionis Yahudi dan Palestina. Solusi ini memang selama ini didengungkan Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tentu saja solusi tersebut salah besar karena melegitimasi pencaplokan wilayah Palestina oleh Zionis Yahudi walau hanya sebagian. Apalagi wilayah Palestina yang sudah diduduki Zionis Yahudi per 2022, sudah lebih dari 85 persen.
Yang tidak kalah jahatnya adalah penguasa Mesir dan Yordania. Dua negara yang berbatasan langsung dengan Palestina tersebut sekadar menerima pengungsi dari Gaza pun ogah. Apalagi sampai harus mengerahkan bala tentaranya untuk membela Muslim Palestina.
Biadabnya lagi, bantuan logistik dari berbagai penjuru dunia termasuk dari Indonesia per 10 November 2023 masih tertahan di pintu perbatasan Rafah, Mesir. Belum ada tanda-tanda bakal diizinkan masuk ke Gaza sebelum mendapat restu dari entitas Zionis Yahudi.
Presiden Turki Erdogan juga hanya mengecam Zionis Yahudi sebagai penjahat perang dan berniat membawa mereka ke Mahkamah Pidana Internasional. Namun, dalam waktu bersamaan tetap saja memberikan wilayah Turki untuk dilewati 40 persen kebutuhan minyak Zionis Yahudi dari negeri Islam lainnya, yakni Kazakhstan dan Azerbaijan.
Reaksi Rakyat Dunia
Berbeda dengan para penguasanya yang membela mati-matian Zionis Yahudi, rakyat di berbagai penjuru dunia secara umum lebih simpati kepada Palestina dan mengutuk keras Zionis Yahudi dan para penguasa negeri-negeri Islam yang diam saja. Mereka yang turun ke jalan di berbagai belahan dunia dan berkicau di dunia maya juga mengutuk para penguasa Barat dan Amerika Serikat yang melakukan pembelaan membabi buta terhadap Zionis Yahudi. Tampak sekali polarisasi antara kebijakan penguasa versus rakyatnya sendiri dalam kasus Palestina ini.
Meski kondisi Palestina seperti ini, seperti berjuang sendirian dan nyaris mati, hadis-hadis bisyaarah (kabar gembira yang diturunkan oleh Allah SWT kepada umat-Nya, baik melalui al-Quran maupun ucapan Rasul-Nya) terkait kembalinya Baitul Maqdis/Palestina ke pangkuan kaum Muslim semakin meyakinkan orang-orang beriman bahwa ujungnya kaum Muslim bakal memenangkan peperangan. Karena Allah SWT tidak pernah mengkhianati janji-Nya.
Maka dari itu, partai politik Islam ideologis internasional Hizbut Tahrir di negara mana pun berada, tetap istiqamah menyadarkan sebanyak-banyaknya kaum Muslim dunia dengan solusi yang syar’i terkait masalah ini yakni: jihad dan khilafah. Jihad berfungsi untuk mengenyahkan kafir penjajah di Palestina dan negeri Muslim lainnya yang tengah diduduki secara militer. Khilafah berfungsi untuk memerdekakan seluruh negeri Muslim termasuk Indonesia secara hakiki dari berbagai sistem kufur jebakan kafir penjajah. Allahu Akbar! [Joko Prasetyo]