
Al-Quran Dibakar Lagi, Cermin Kelemahan Muslim
Merespon berulangnya pembakaran al-Quran di Swedia yang kali ini dilakukan Salwan Momika, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, ini cermin kelemahan umat Islam. “Ini semua cermin kelemahan umat Islam. Andai dulu Rasmus Paludan dipenggal kepalanya, tidak akan muncul Salwan. Andai Paludan yang dibiarkan oleh pemerintah Swedia, kemudian Swedia itu kita gempur, tidak akan lahir Salwan,” tuturnya di acara Perspektif: Legalisasi Bakar Al-Qur’an Swedia, Urgensi Kekuatan Islam Global!! di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data, Sabtu (1/7/2023).
Kelemahan itu, lanjutnya, muncul karena umat Islam tidak bersatu sehingga umat Islam yang jumlahnya hampir dua miliar keok (kalah) dengan Swedia. “Ini pentingnya kita bersatu, dan untuk bersatu perlu dua syarat. Harus ada institusi yang menyatukan dan yang kedua harus ada pemimpin yang menyatukan,” imbuhnya.
UIY mengingatkan, pentingnya institusi politik dan pemimpin yang menyatukan umat, dengan mencontohkan bagaimana kekuatan Khalifah Sultan Abdul Hamid mampu mencegah penayangan opera dari Prancis yang menghina Nabi. “Ini hari umat Islam tidak punya perbowo (wibawa),” tukasnya.
Ketiadaan institusi politik itu, ucapnya, menjadikan ajaran Islam tidak bisa direalisasikan, akhirnya umat terpinggirkan. “Sekadar melindungi al-Quran tidak bisa, melindungi marwah Nabi saw. tidak bisa, melindungi negeri Muslim tidak bisa. Ini harus memberikan pelajaran, beginilah kalau kita lemah. Mengapa kita lemah? Karena tidak bersatu. Kenapa tidak bersatu? Karena kita tidak punya institusi politik yang menyatukan kita, tidak punya pemimpin yang menyatukan kita,” tegasnya.