Kilas Dunia

Pakar: Omicron Bukan Asli Indonesia

Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D. mengatakan omicron bukan asli Indonesia. “Omicron ini bukan asli Indonesia. Dia berasal dari PPLN (pelaku perjalanan luar negeri),” tuturnya, Ahad (30/1/2022) di acara Spesial Bincang Hangat: Ada Apa dengan Omicron? di kanal YouTube UIY Official.

Menurut Ahmad, PPLN itulah yang membawa omicron. “Cuma menariknya, karena mereka yang PPLN itu sudah vaksin semua, maka yang kita dengarkan gejalanya enggak begitu berat,” terangnya.

“Tapi ada satu kejadian di Wisma Atlet. Cleaning service, dia tidak pernah ke luar negeri ternyata kena. Ini menunjukkan omicron ini mutasinya unik. Dia sangat efisien,” imbuhnya.

Ia lalu menjelaskan kronologi mengapa disebut sangat efisien. Virus SARS-Cov-2 itu titik masuk utamanya harus menempel ke protein manusia yang namanya ACE2 (angiotensin-converting enzyme 2). “ACE2 ini penting mengatur tekanan darah. Namun, ketika covid datang itu digunakan oleh virus covid untuk nempel,” paparnya.

“Dulu waktu SARS 2002-2004 dia juga mengenali ACE2. Cuma ikatan dia ke ACE2 enggak begitu kuat, sehingga ketika dia masuk ke paru-paru dia akan mengalir begitu saja dengan gravitasi nunggu sampai di paru-paru, lalu dia masuk pelan-pelan sehingga angka SARS itu enggak banyak. Total SARS di dunia cuma 8.000, tingkat kematian 10 persen,” ungkapnya.

“Nah, ini menarik. Sepupunya, yaitu covid, daya ikat ke ACE2 ini sepuluh kali lipat lebih kuat, dan mengikatnya mulai dari rongga nafas atas ke hidung sampai paru-paru. Jadi sepanjang ini, mulai dari hidung, mulut, baru ke saluran nafasnya,” imbuhnya.

Menurut Ahmad, menempelnya ACE2 ini menjadi modal utama. “Saat muncul varian berikutnya ternyata ACE2 ini tidak hanya menempel saja, ia perlu masuk. Untuk masuk dibantu oleh enzim manusia yang namanya tempres (semacam gunting pemotong pita supaya tamu bisa masuk). Omicron ini unik. Varian alfa, beta, gamma, delta semua itu arah mutasinya membuat supaya dia lebih mudah dipotong oleh gunting tadi,” bebernya.

“Jadi, jika menempelnya makin bagus masuknya lebih cepat, dampaknya juga dahsyat. Apalagi di paru-paru itu guntingnya banyak banget, begitu menempel langsung masuk. Omicron ini ternyata cerdik dia. Ketika dia termutasi dia masih bisa menempel dengan sangat bagus dan dia enggak perlu pemotong pita. Dia bisa masuk bludus (nyelonong) sendiri,” paparnya.

Masalahnya, lanjutnya, omicron bisa melakukan itu dengan sangat efisien di rongga nafas atas, karena ACE2-nya banyak banget di sana. Sementara kalau di paru-paru relatif sedikit sehingga omicron untuk bisa masuk ke paru-paru itu susah apalagi tidak dibantu dengan pemotong pita tadi itu.

“Sehingga efisien itu maksudnya, bisa menempel dan masuk ke dalam hidung dan nafas atas kita lebih mudah dan dia enggak perlu banyak jumlahnya, ini yang membuat efficiency ratio jadi sangat tinggi” terangnya.

Terkait kasus omicron di Inggris dan Amerika yang sangat tinggi, Ahmad Rusdan, menjelaskan penyebabnya ada dua. Faktor internal virus dan faktor manusianya. “Tapi masalahnya di Amerika, Inggris, mereka enggak mau pakai masker,” jelasnya.

“Di Amerika itu lucu. Tidak ada mandatori vaksin. Masker juga begitu. Begitu omicron datang, banyak yang kena. Mereka yang masuk rumah sakit kebanyakan yang belum divaksin. Mereka jarang pakai masker, pasti kena,” tuturnya.

Menurut Ahmad, dua faktor inilah yang menyebabkan infection rate-nya tinggi. “Omicron yang tabiatnya begitu, yang kedua memang perilaku orangnya kayak begitu,” imbuhnya.

Meski demikian mortality rate (angka kematian) virus omicron ini rendah. “Ya karena omicron lahirnya itu di era vaksinasi maka dia ketemu inang-inang yang sudah banyak divaksinasi. Andai  omicron lahir pada Januari tahun lalu, beda cerita,” pungkasnya. [Joy dan Tim]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 + 14 =

Back to top button